Analisis Kasus Mekanisme tata pelaksanaan bioremediasi dalam kegiatan hulu minyak bumi di Indonesia

hidup dan menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup danatau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 2 Dalam Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999, Pasal 9 hingga Pasal 11 menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun danatau menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 danatau menimbun limbah B3 dan bahwa setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib mengolah limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak mampu diolah di dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolah limbah B3. Dalam bidang usaha penghasil limbah Peraturan Pemerintah ini mengatur pada Pasal 23 bahwa pengolah limbah B3 dilakukan oleh penghasil atau badan usaha yang melakukan kegiatan pengolahan limbah B3.

C. Analisis Kasus

PT Chevron Pacific Indonesia CPI yang beroperasi di wilayah Riau, sejak tahun 2003 hingga 2011 telah melakukan proses bioremediasi di beberapa wilayah yang terdeteksi terkontaminasi limbah untuk mengembalikan tanah yang terkontaminasi limbah hasil produksi minyak bumi. Bioremediasi ini dianggarkan USD 270 juta yang diambil dari klaim biaya pemulihan cost recovery yang ditanggung oleh pemerintah. Proyek bioremediasi dikerjakan oleh CPI beserta tujuh perusahaan swasta, dua diantaranya adalah PT Green Planet Indonesia GPI dan PT Sumigita Jaya SJ sebagai kontraktor pelaksana bioremediasi. Mekanisme pemilihan kontraktor sebagai pihak ketiga dari proyek bioremediasi ini dipilih dengan cara tender. Namun, pada pelaksanaannya proses bioremediasi tidak dilakukan sebagaimana mestinya, sehingga muncul adanya pelanggaran. Sidang perkara proyek bioremediasi PT Chevron Pacific Indonesia CPI yang dipimpin hakim ketua Sudharmawati Ningsih atas terdakwa Endah Rumbiyanti digelar pada tanggal 12 Juni 2013 dengan agenda pembacaan tuntutan oleh jaksa penuntut umum JPU. Dalam tuntutan jaksa diulas berbagai bukti yang mendukung tuduhan menyangkut proses bioremediasi yang diatur dalam Kepmen LH 1232008 dan pelanggaran perijinan pengolahan limbah oleh kontraktor yang diatur dalam PP 181999, artinya jaksa memeriksa kasus ini sebagai pelanggaran peraturan lingkungan. Kasus ini terkait proses pengadaan, maka sesuai dengan kontrak PSC dan PTK 007 BP Migas sekarang SKK Migas maka Jaksa pun berkoordinasi mendengarkan penjelasan pejabat SKK Migas. SKK Migas sebagai institusi yang menerbitkan aturan tersebut dan yang berwenang menilai adanya pelanggaran telah menyatakan bahwa proses tender CPI untuk proyek ini telah sesuai dengan PTK 007 dan petunjuk SKK Migas. Dalam tuntutannya, Jaksa mengatakan bahwa Endah Rumbiyanti bersama-sama dengan Kukuh Kertasafari dan Widodo sebagai penanggung jawab kegiatan bioremediasi, tapi Endah Rumbiyanti tidak pernah melaksanakan tugasnya, hanya menerima laporan. Terdakwa pun dianggap tidak melaksanakan kewajiban jabatan untuk memberi saran mengenai perizinan. Pemulihan fungsi lingkungan hidup wajib dilaksanakan oleh pihak yang melakukan pencemaran maupun perusakan lingkungan hidup, sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun jo. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 mengatur tentang Kegiatan industri yang menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun wajib mengolah limbah hasil produksinya sebelum membuangnya ke media lingkungan hidup, limbah minyak bumi yang dihasilkan usaha atau kegiatan minyak, gas, dan panas bumi atau kegiatan lain yang menghasilkan limbah minyak bumi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun, demikian diatur dalam Pelaksanaan pengolahan limbah minyak bumi dan tanah yang terkontaminasi minyak bumi dapat dilakukan secara biologis, yang mana tata cara pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis. Kegiatan bioremediasi yang dilakukan oleh CPI dilakukan berdasarkan ketentuan pada PP No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun jo. PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas PP No. 18 Tahun 1999. Tatacara pelaksanaan bioremediasi dilaksanakan berdasarkan ketentuan pada KepMenLH No. 128 Tahun 2003. Kewenangan melakukan kegiatan pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun dan termaksud di dalamnya kegiatan bioremediasi adalah kewenangan Perusahaan ketika melakukan usaha pertambangan hulu berbentuk eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi dimana perusahaan akan mendapatkan dana pengembalian atau cost recovery dari pemerintah setelah perusahaan benar-benar menyelesaikan kegiatan operasional pertambangannya. Pemerintah dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengawas kegiatan usaha pertambangan hulu bagian eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi.

D. Hukum Lingkungan Menurut Sudut Pandang Hukum Islam