Kontrak ini menyatakan bahwa Investor yang telah mendapatkan izin melakukan pertambangan kegiatan hulu minyak bumi di Indonesia
bertanggung jawab dalam hal kegiatan operasional dari eksplorasi, eksploitasi, pengeboran hingga kegiatan pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun
ataupun kegiatan bioremediasi serta menanggung resiko operasi kegiatan usaha hulu minyak dari awal pelaksanaan hingga akhir pelaksanaan yang
dikemudian waktu pemerintah akan mengembalikan biaya operasi atau cost recovery.
B. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Kegiatan Bioremediasi di dasarkan pada Pancasila dalam butir ke 5 yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dengan pengertian
bahwa antara hak dan kewajiban harus seimbang dimana perusahaan pertambangan yang telah mendapatkan haknya untuk melaksanakan kegiatan
Usaha Hulu di wilayah Indonesia berkewajiban pula untuk melakukan kegiatan pemulihan atas wilayah pertambangan dimana hal ini bersandingan
pula dengan hak rakyat Indonesia untuk mendapatkan lingkungan yang bersih dan asri.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 kegiatan Bioremediasi didasarkan pada Pasal 33 ayat 4 yang menyatakan bahwa perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional atau dengan kata lain bahwa badan usaha yang melaksanakan kegiatan perekonomiannya di wilayah Indonesia harus
berdasarkan prinsip wawasan lingkungan dalam kegiatan usahanya yang bersandingan pula dalam hak rakyat Indonesia yang diatur dalam Pasal 28H
ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan yang sehat dimana dalam
Pasal 28I ayat 4 dan 5 dikatakan bahwa perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab Negara,
terutama Pemerintah dan untuk menegakan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip Negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak
asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang- undangan.
C. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dibuat mengingat pembangunan nasional harus berdasarkan
kesejahteraan rakyat terutama di bidang minyak dan gas bumi yang merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh
Negara serta komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak yang
mempunyai peranan penting dalam perekonomian Negara. Melihat perkembangan dan kebutuhan hukum dibidang pertambangan minyak bumi
yang semakin terbarukan maka Undang-Undang ini diundangkan. Dalam Undang-Undang ini dikatakan bahwa pengertian dari Kuasa
Pertambangan adalah wewenang yang diberikan Negara kepada Pemerintah untuk menyelenggarakan Eksplorasi dan Eksploitasi atau kegiatan usaha hulu
dengan mengeluarkan izin pertambangan kepada badan usaha berbentuk Kontrak Kerja Sama. Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau
bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih menguntungkan Negara dengan hasil dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Kontrak Kerja sama memuat hal-hal mengenai penerimaan Negara, wilayah kerja dan pengembaliannya, kewajiban
pengeluaran dana, perpindahan kepemilikan hasil produksi atau Minyak dan Gas Bumi, jangka waktu dan kondisi perpanjangan kontrak, penyelesaian
perselisihan, kewajiban pemasokan minyak bumi danatau gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, berakhirnya kontrak, kewajiban pasca operasi
pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja, pengelolaan lingkungan hidup, pengalihan hak dan kewajiban, pelaporan yang diperlukan, rencana
pengembangan lapangan, pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak
masyarakat adat dan pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia.
Mengenai hal penguasaan diatur dalam Pasal 4 yang menyatakan bahwa Minyak dan Gas sebagai sumber daya alam strategis tak terbarukan
yang terkandung didalamnya wilayah hukum Pertambangan Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh Negara, penguasaan oleh
Negara yang dimaksud adalah penguasaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan dan Pemerintah sebagai
pemegang penguasa pertambangan membentuk Badan Pelaksana. Pasal 6 Undang-Undang ini menyatakan bahwa kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan
dikendalikan melalui kontrak kerja sama dimana didalamnya memuat hal bahwa manajemen operasi berada pada Badan Pelaksana.
Kegiatan Usaha Hulu diatur dalam Pasal 11 yang menyatakan bahwa kegiatan usaha hulu dilaksanakan oleh Badan Usaha atau bentuk usaha tetap
berdasarkan Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana. Undang-Undang ini mengatur pula mengenai pembinaan dan
pengawasan yang dilakukan Pemerintah mengenai hal kegiatan bioremediasi, diatur dalam Pasal 39 ayat 1 bahwa dalam hal pembinaan, pemerintah
berkewajiban menetapkan kebijakan mengenai kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi berdasarkan aspek lingkungan dan pelestarian lingkungan hidup
dimana pelaksanaan pembinaan ini harus bersifat cermat, transparent dan adil. Diatur lebih lanjut dalam Pasal 40 ayat 3 bahwa pengelolaan lingkungan
hidup berupa kewajiban untuk melakukan pencegahan dan penganggulangan
pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup, termasuk kewajiban pascaoperasi pertambangan dan ketentuan lainnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah. Mengenai hal Pengawasan Pemerintah diatur dalam Pasal 41 yang
berisi tentang tanggung jawab kegiatan pengawasan atas pekerjaan dan pelaksanaan kegiatan usaha minyak dan gas bumi terhadap ditaatinya
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku berada pada departemen yang bidang tugas dan kewenangannya meliputi kegiatan usaha
minyak dan gas bumi dan departemen lain yang terkait. Pengawasan atas pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu berdasarkan Kontrak Kerja Sama yang
dijalankan oleh Badan Pelaksana. Pasal 44 mengatur lebih lanjut mengenai fungsi dan tugas badan pelaksana bahwa badan pelaksana memiliki fungsi
untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha Hulu agar pengambilan sumber daya alam Minyak dan Gas Bumi milik Negara dapat
memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
BP Migas diatur dalam pasal 44 ayat 3 bahwa tugas badan pelaksana adalah memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya
dalam hal penyiapan dan penawaran Wilayah Kerja serta Kontrak Kerja Sama, melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama.
D. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup