Kriteria Calon Istri Ajaran Islam untuk Mencari dan Memilih Pasangan Hidup

Hal yang tak kalah penting yang perlu diperhatikan oleh seorang perempuan muslimah dan orang tua atau walinya adalah hendaknya mengetahui sifat dan sikap calon suami tersebut. Adapun sifat dan sikap seorang laki-laki yang baik untuk menjadi suami yang baik sesuai dengan pandangan Islam, yakni sebagai berikut: 1 Bertanggung jawab 2 Rajin bekerja 3 Berwibawa 4 Penyabar 5 Memiliki sikap humor 6 Adil dan Bijaksana 7 Jujur dan dapat dipercaya 8 Tidak cemburu berlebihan 9 Dapat membimbing dan mendidik istri 10 Tidak pemarah 11 Tidak kikir namun tidak boros dalam memberikan uang belanja 12 Tidak ringan tangan. 35 Apabila telah menemukan kriteria seorang laki-laki yang mempunyai sifat dan sikap yang demikian, insyaAllah harapan dan tujuan dalam berumah tangga yang didambakan sesuai selera hati akan tercapai, yakni rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah.

2. Kriteria Calon Istri

35 Asrorun Ni’am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h. 27. Dalam hal memilih calon istri, bagi kaum laki-laki harus memiliki kriteria tertentu. Membina suatu rumah tangga bukanlah sekadar untuk pelampiasan nafsu syahwat belaka, bukan untuk sekadar permainan belaka kawin-cerai dan juga bukan untuk sementara waktu seumur jagung, tetapi berumah tangga adalah suatu kegiatan yang mengandung nilai-nilai ibadah yang sakral yang telah diatur tata caranya sedemikian rupa baik oleh agama dan maupun oleh negara. Untuk itu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan perlu memperhatikan kriteria-kriteria calon istri sehingga pemilihan calon istri tersebut merupakan hasil penyeleksian pemikiran yang matang, bukan sekadar asal-asalan. Hal itu ditujukan untuk memperoleh kebahagian dalam berumah tangga. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh kaum laki-laki dalam memilih calon istri, yaitu: a. Motivasi pernikahan Pada hakikatnya, dalam hal memilih calon istri itu terdorong oleh empat faktor, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW: 4 ی 8 7 - P - 8 ? 7 = 6 5 ﺕ- . Z 9H M 2 ; M Y M ی- M C \ ] ,ی 4 ﺕ R ی _ + J K L 36 Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: Perempuan dinikahi karena empat faktor, yaitu karena hartanya, 36 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari., h. 1639. kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah engkau memilih yang beragama, karena akan membawamu pada kebahagiaan. ” HR. Bukhari dan Muslim 1 Faktor harta kekayaan Rasulullah SAW berpesan kepada kaum laki-laki dalam hal memilih calon istri agar bukan karena dorongan faktor kekayaan sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis: 5 6 9 4 7 4 = 7 ? 7 5 5 6 ﺕ ,- ; 2 ; - M 4 C ; ; - M 4 P ی : ی M 4 ﺕ 4 M 4 C ; M 4 P ﺕ B ` M 4 . 4 ﺕ 4 , ی 4 +++ J 4 T L 37 Artinya: “Dari Abdullah Ibnu Amr berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Janganlah menikahi seorang wanita semata-mata karena kecantikannya, jangan-jangan kecantikannya itu justru menyesatkan. Jangan pula karena hartanya itu karena dapat membuatnya menjadi sombong dan sewenang-wenang. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya... ” HR. Ibnu Majah Oleh karena itu, untuk memperoleh harta kekayaan bukanlah dengan cara menikahi perempuan kaya, tetapi harus berusaha dengan sendiri. Karena perkawinan bukanlah jalan untuk memperoleh harta kekayaan, melainkan suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan membentuk rumah tangga bahagia sejahtera. 2 Faktor kedudukan Rasulullah SAW pun berpesan dalam sebuah hadis, 37 al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, h. 584. 5 6 - 7 8 9 4 9aﻥ 4 = 7 ? 7 5 5 6 4 ﺕ , = ی : T 7 Vb + ++ J T L 38 Artinya: “Dari anas Ibnu Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa menikahi seorang perempuan karena kebangsawanannya kedudukan, niscaya Allah tidak akan menambah kecuali kehinaannya. ” HR. Ahmad Dengan demikian, untuk memperoleh status sosial atau kedudukan yang terhormat, baik dalam lingkungan kerja atau lingkungan masyarakat, adalah dengan berusaha sendiri, bukan dengan cara menumpang orang lain, termasuk istri sendiri. 3 Faktor kecantikan Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah menikahi seorang wanita semata-mata karena kecantikannya, jangan-jangan kecantikannya itu justru menyesatkan. ... ” HR. Ibnu Majah Namun, bila kecantikan istri itu ditunjang oleh kecantikan rohaninya yakni agamanya, kecantikannya itu bukan saja menimbulkan rasa cinta bagi suami, tetapi juga akan membawa ketenteraman dan ketenangan batin suami. Karena suami percaya pada istrinya yang memiliki agama yang kuat, sehingga tidak mencurigai istrinya berselingkuh. Hal semacam ini telah dijanjikan Allah SWT dalam ayat al-Qur’an berikut ini: 7• i KV0 4 vs k E; c  56 7 8 38 Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, jil.VI, t.t.: al-Maktabah al-Islamy, t.th., h. 395. 0=‹ [ 1 8 S  2 0=‹ y 34 Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu Adam dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. .. ” QS. Al-A’raf, 7:189 4 Faktor agama Seorang laki-laki yang menikahi seorang perempuan karena faktor agama maka ia akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya, 5 6 - 7 8 9 4 9aﻥ 4 = 7 ? 7 5 5 6 4 S 6 7 ? 2 Q C ﻥ B : ی- C K 7 C B 6 + J T L 39 Artinya: “Dari Anas Ibnu Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa dikaruniai istri yang shalihah oleh Allah, berarti ia telah menyelamatkan separuh agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam separuhnya lagi. ” HR. Ahmad Untuk itu, hendaknya mengutamakan faktor agama dalam menikahi seorang perempuan, yakni taat konsisten dalam melakukan ajaran-ajaran agama, taat kepada suaminya, menyenangkan hati suami, dan dapat menjaga dirinya dan harta suami manakala suami bepergian. b. Status atau keberadaan perempuan untuk dinikahi 39 Ibid., h. 389. Yang dimaksud dengan status atau kedudukan perempuan di sini adalah boleh tidaknya seorang perempuan dinikahi berdasarkan hukum agama Islam, Undang-undang dan AdatTradisi setempat. Dalam ajaran Islam dan Undang-undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia, tidak semua orang boleh dinikahi. Ada orang-orang yang haram dinikahi untuk selamanya mahram muabbad, yaitu orang yang memiliki hubungan darah nasab, hubungan kerabat semenda mushaharah, atau hubungan sepersusuan radha’ah. Ada pula yang haram dinikahi untuk sementara waktu mahram muaqqat. 40 Allah SWT berfirman: 5b  ,  L ’ V0 q“ V0W X ab34 c n j k34 05’ ,= m R 0”.4 V0 n eLo39 n MNNP F ghJ 9o   1 ‰ 70;X 97 S  }   S  0;X N•. 0  0;X F SZ 0  9. 1 ‰ BYŽ| K ;X 7WO ? 97 S q“ = 7 WOsJ F 1 ‰ –V0W 3—  99‡k ? YŽ| K A3B ’?‚  –V0W 3=— YŽ| K \.R S 2 } 313 3_ R K   \.R S 2 40 Ketentuan ini dimuat dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 8-9, yang dirinci lagi oleh Kompilasi Hukum Islam pasal 39-44 dan pasal 54. ˜“313 5L R 0;X8 9o ™ 6‡k  9–V0;X BŒŽoK 93C š 7 ‚  q› ƒ PB ƒ SZ 0 ab34 c n ar34 KV0 Ll X? L€ 0•2 s? MNgP _ F ;XWœ  S V0W X ab34 F 9X Artinya: “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang Telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan yang ditempuh. Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu mertua; anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu dan sudah kamu ceraikan, Maka tidak berdosa kamu mengawininya; dan diharamkan bagimu isteri-isteri anak kandungmu menantu; dan menghimpunkan dalam perkawinan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan diharamkan juga kamu mengawini wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki Allah Telah menetapkan hukum itu sebagai ketetapan-Nya atas kamu . …” QS. An-Nisa’, 4:22-24 Dalam hukum adat pun terdapat larangan menikahi orang-orang tertentu. Dalam adat masyarakat Minang, misalnya, berlaku eksogami suku yaitu orang yang sesuku di dalam satu desa tidak boleh nikah. Begitu juga dalam adat masyarakat Batak, berlaku larangan pernikahan semarga. 41 c. Sifat dan sikap calon istri Ada beberapa sifat pada diri seorang perempuan yang dapat dijadikan modal atau syarat untuk terciptanya suatu keluarga yang sakinah , mawaddah, dan rahmah. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut: 1 Shalihah taat dalam beragama Perempuan shalihah adalah perempuan yang benar-benar baik akidahnya, baik akhlaknya dan baik pula ibadahnya; niscaya akan menjadi istri yang benar-benar berbakti kepada suami, pandai menjaga kehormatan diri dan pandai pula menjaga kehormatan saat suami tiada di sampingnya. 42 Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya: F 3 •œ 00 R ]F , F Ž o R 3 Lž uV0 … Artinya: “…Maka perempuan-perempuan yang shalihah, adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka… ” QS. An-Nisa’, 4:34 Istri yang shalihah itu merupakan perhiasan yang paling indah di dunia serta memiliki nilai yang tinggi dan agung. Shalihahnya 41 A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, Jakarta: FSH UIN Syarif Hidayatullah, 2006, h. 101. 42 M. Nipan Abdul Halim, Membahagiakan Istri sejak Malam Pertama, cet.II, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000, h. 43. seorang perempuan bukanlah sebatas pengakuannya saja, tetapi tercermin dari segala perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebelum berumah tangga maupun sesudah hidup berumah tangga. Rasulullah SAW bersabda: 7 ? 7 5 P 9 4 7 4 5 6 = 1ﻥ c M G 2 Q + J T = ; L 43 Artinya: “Dari Abdullah Ibnu Amr, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Dunia adalah hiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah. ” HR. Muslim Dengan demikian, maka perempuan shalihah itu kelak akan menjadi istri terbaik di hadapan suaminya. Ia menyenangkan setiap kali dipandang oleh sang suami, taat apabila diperintah, rela dengan apa yang diterima dan senantiasa menjaga kehormatan keluarganya. Hal ini dinyatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: c ,- ; 4 V ﻥ d M ﺕ V ﺕ M W V 6 ; R M ﺕ V E R - M d C ﻥ ; M + J e ;- T L Artinya: “Sebaik-baik istri ialah dia yang jika kau pandangi, ia menyenangkanmu; jika kau perintah, ia menaatimu; jika kau beri bagian, ia senang menerimanya dan jika kau tinggalkan, ia senantiasa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu. ” HR. An-Nasa’i Kemanfaatan hidup seorang mukmin yang paling tinggi ialah bertakwa kepada Allah SWT. Karena dengan bertakwa kepada-Nya, 43 Abu al-Husain Muhammad Ibn al-Hajjaj al-Qusyairy al-Naisabury, Shahih Muslim, juz-5, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-‘Araby, t.th., h. 1090. niscaya ia akan meraih kebahagiaan hidup yang sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Namun ada kemanfaatan lain yang juga akan melengkapi kebahagiaan dunia dan akhirat, yakni kemanfaatan beristrikan perempuan shalihah. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: 5 6 - 7 8 Q 4 = 7 ? 7 5 5 6 : O 4 7 f c 4 S 9Q ? 2 9Q +++ J T L 44 Artinya: “Dari Abu Umamah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Tiada kemanfaatan yang lebih baik bagi insan beriman setelah bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, selain istri yang shalihah... ” HR. Ahmad Itulah kemanfaatan beristrikan perempuan shalihah. Dia senantiasa menjadi pendukung dan motivator bagi segenap keluarganya menuju kebahagiaan dunia hingga akhirat. Ia akan mengingatkan dengan penuh kasih kepada suami dan anak-anaknya saat mereka melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan. Ia akan senantiasa memberikan dorongan yang dapat membangkitkan semangat bagi suami dan anak-anak agar menghambakan diri secara total kepada Allah SWT. Ia akan selalu memberikan semangat kepada suami agar tekun bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan demi terpenuhinya totalitas penghambaan diri kepada 44 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 389. Allah SWT. Sehingga kebahagiaan dunia-akhirat pun akan lebih dirasakan oleh keluarga yang bersangkutan. 45 2 Berasal dari keturunan nasab yang baik Istri ibarat ladang tempat bercocok tanam bagi suami. Maka ladang yang subur tentunya akan menumbuhkan tanaman yang subur pula, ladang yang gersang akan menggersangkan tanamannya juga, dan seterusnya. Allah SWT mengibaratkan hal ini dalam firman-Nya: l V0W 3— YŸ J K … Artinya : “Istri-istrimu adalah ladang bagimu…” QS. Al-Baqarah, 2:223 Jika para ahli genetika mengatakan bahwa gen-gen akan memberikan pembawaan tersendiri kepada keturunan generasi berikutnya secara langsung atau berselang, maka jauh sebelumnya Rasulullah SAW telah menegaskan hal ini dalam sabdanya: 5 6 - 7 8 9 4 9aﻥ 4 = 7 ? 7 5 5 6 ﺕ C 2 Y G Z C P g : h + ++ J T L 46 Artinya: “Dari Anas Ibnu Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Kawinlah dengan golongan yang shalih sebab pengaruh keturunan itu sangat kuat. ” HR. Ahmad Sehubungan dengan itu, maka calon istri yang ideal tentulah perempuan yang bernasab baik-baik, perempuan yang diturunkan dari alur keluarga yang baik-baik. Dan para remaja muslim seharusnya 45 M. Nipan, Membahagiakan Istri, h. 46. 46 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 394. memilih perempuan yang bernasab baik-baik tatkala hendak menentukan pilihannya. Sehingga diharapkan kelak akan melahirkan anak-anak yang baik pula. 47 Baiknya seorang istri dalam suatu rumah tangga itu merupakan hasil bimbingan dan didikan kedua orang tuanya. Peran kedua orang tua dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya sangatlah penting dalam lingkungan keluarga. Keluarga adalah sarana dan wahana yang pertama dan pokok dalam membimbing dan mendidik anak untuk membentuk suatu kepribadian, mengenal nilai-nilai dan norma-norma serta hukum-hukum yang berlaku di masyarakat kelak. Kaum laki-laki yang menginginkan calon istri yang shalihah, carilah dari keluarga yang baik. Biasanya dari keturunan yang baik agamis, terlahir anak-anaknya yang baik pula. Sebaliknya, suatu keluarga yang jauh dari agama, terlahir pula anak-anaknya yang jauh dari agama. 3 Bukan kerabat yang dekat Kerabat dekat itu adalah kerabat yang memiliki garis keturunan kerabat atau saudara antara calon istri dengan calon suami. Bila terjadi pernikahan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki yang masih ada hubungan kekerabatan atau tali persaudaraan berdasarkan garis keturunan antara keduanya, maka pernikahan itu 47 M. Nipan, Membahagiakan Istri, h. 54. dapat mengakibatkan lemahnya nafsu syahwat, baik terhadap suami dan atau istri. Apabila tetap dilangsungkan pernikahan, maka dikhawatirkan akan lahir anak-anak yang lemah. 48 Anak yang lemah di sini ada dua kemungkinan, yakni: pertama , lemah dalam hal fisik jasmani, yaitu anak yang lahir cacat tubuhnya. Kedua, lemah dalam hal rohani jiwa, yaitu si anak akan lahir dengan kecerdasan yang kurang bahkan tergolong idiot. Sehubungan dengan itu, maka sebaiknya para remaja muslim menghindari pilihan dari perempuan yang masih keluarga dekatnya, sekalipun ia tidak termasuk perempuan yang haram dinikah. Dengan demikian, insyaAllah keluarga yang bakal dibentuk akan lebih mendatangkan kebahagiaan. Anak-anak yang lahir akan lebih sehat baik fisik maupun mentalnya dan jumlah saudaranya pun akan lebih besar. 4 Perawan gadis Setiap laki-laki muslim hendaklah memilih calon istri yang masih gadis perawan. Hal ini selain erat hubungannya dengan kesuburan perempuan yang bersangkutan sehingga lebih memungkinkan akan melahirkan banyak anak, juga banyak 48 Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malyabary, Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrat al-‘Ain, Surabaya: Maktabah Muhammad Ibnu Nabhan wa Auladah, t.th., h. 99. keistimewaan yang bakal diperoleh oleh suami. Keistimewaan- keistimewaan ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: 5 6 - 7 8 9 4 = 7 ? 7 5 5 6 . = . C ﻥ M 4 ] A C ﻥ K 6 1 c b ; + J T L 49 Artinya: “Dari Jabir r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Hendaklah kalian menikahi wanita yang masih gadis, karena ia lebih manis tutur katanya, lebih banyak keturunannya, lebih kecil kemungkinan berkhianatnya dan lebih bisa menerima pemberian yang sedikit. ” HR. Ahmad Dengan demikian, pernikahan antara laki-laki bujangan dengan perempuan yang berstatus gadis merupakan pernikahan yang ideal. Karena kedua belah pihak sama-sama memasuki gerbang kehidupan yang baru dan keduanya pun sama-sama belum memiliki pengalaman. Rasulullah SAW pernah memberikan anjuran untuk menikahi perempuan yang masih gadis, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits: 4 9 P - 8 ? 7 = 6 5 ی 9 ﺕ R . I i, U 6 5 i, C 5 ﺕ R . ﺕ M ﺕ + J K L 50 Artinya: “Dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda kepadanya, ‘Hai Jabir, dengan siapakah engkau menikah, perawankah atau janda?’ Jawab Jabir, ‘Saya menikah dengan janda.’ Beliau bersabda, ‘Alangkah baiknya jika engkau menikah dengan perawan gadis. Engkau dapat menjadi hiburannya dan dia pun menjadi hiburan bagimu. ” HR. Bukhari dan Muslim 49 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 394. 50 al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 1639 Dalam pandangan Islam, keperawanan seorang perempuan adalah masalah sakral. Keperawanan merupakan barometer baik dan buruknya perempuan tersebut, baik dari segi agama, akhlak, kepribadian, dan sebagainya. Bahkan pernikahan antara laki-laki muslim dan perempuan yang telah hilang keperawanannya akibat hubungan zina itu haram hukumnya. Sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam ayat al-Qur’an berikut ini: A3f i 5b L , ab34 = 2 ,=Ll3y z 7= o i 5b V0 1 , ab34 p …3y z ¡ghJ C  D A   Bƒ ,  MgP Artinya: “Pezina laki-laki tidak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki- laki atau dengan laki-laki musyrik; dan yang demikian itu diharamkan bagi orang-orang mukmin. ” QS. An-Nur, 24:3 5 Subur Suatu rumah tangga akan terasa hambar dan sepi apabila tidak ada anak. Apabila telah menjalani kehidupan berumah tangga selama bertahun-tahun, tetapi belum dikaruniai seorang anak pun, tentunya hal ini selain menimbulkan kesepian juga sangat menggelisahkan kedua pasangan suami dan istri tersebut. Dengan demikian kesuburan rahim seorang perempuan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk suatu rumah tangga. Islam mengajarkan kepada para jejaka agar memilih perempuan-perempuan yang subur. Sehingga kelak akan berbahagia hidup bersama istri dan anak-anak yang bakal dilahirkannya. Bahkan lebih baik lagi apabila memilih perempuan dari keturunan yang banyak anak, agar kelak dari rahimnya akan lahir banyak anak pula. Hal ini secara tegas diperintahkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: 5 6 - 7 8 99 ;ی 4 9 4 = 7 ? 7 5 5 6 ﺕ : : : C ,ﻥ 8 . i . = = ی I Q + J T L 51 Artinya: “Dari Ma’qal Ibnu Yasar r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Nikahilah calon istri yang subur banyak anak lagi penyayang, karena kelak pada hari kiamat aku akan membanggakan jumlah kalian yang besar di hadapan umat- umat yang lain. ” HR. Ahmad Untuk mengetahui subur atau tidaknya calon istri, bisa dilakukan dengan mengamati alur keturunannya dari atas. Jika ternyata mereka itu rata-rata beranak banyak atau berjumlah cukup dan tidak ada jalur yang mandul, niscaya lebih bisa diharapkan bahwa perempuan calon istri tersebut pun memiliki gen benih keturunan yang sama-sama subur. 52 51 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 394 52 M. Nipan, Membahagiakan Istri, h. 49. Dengan mempunyai istri yang memiliki kesuburan atau tidak mandul, pasangan suami-istri tinggal menunggu waktu saja akan kedatangan anak buah hati penguat suatu rumah tangga. 6 Sekufu sepadan Yang dimaksud dengan kafaah di sini adalah kesamaan, kesepadanan antara calon suami dan calon istri atau antara keluarga dari calon istri dengan keluarga dari calon suami. 53 Untuk keterangan lebih lanjut tentang kafaah ini, akan dibahas tersendiri. 7 Keringanan mas kawin mahar Rasulullah SAW menegaskan bahwa nilai maskawin yang baik adalah yang ringan. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis, 4 4 9h 7 - 6 5 6 5 5 7 ? 7 = c ,- ; ی ; 4 ? 6 + J T L 54 Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan mas kawinnya mahar. ” HR. Ahmad Dari hadis tersebut, jelaslah bahwa maskawin mahar di dalam suatu pernikahan tidak harus bernilai tinggi sehingga memberatkan pihak pelamar calon suami. Karena mahar bukanlah merupakan tanda kemuliaan seseorang dan bukan pula jalan untuk 53 Al-Malyabury, Fathul Mu’in, h. 106. 54 Ibnu Hanbal, al-Musnad, h. 494. menaikkan derajat seseorang, tetapi untuk menyatakan kesungguhan seorang laki-laki untuk menikahi seorang perempuan. Mahar bukan merupakan rukun pernikahan, bukan pula sebagai perjanjian jual-beli atau untuk memperoleh seorang perempuan. Adapun sikap yang ideal pada diri seorang perempuan untuk membentuk suatu rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah itu adalah sebagai berikut: 1 Taat kepada Allah SWT 2 Taat kepada suami dalam hal tidak mendurhakai Allah 3 Pandai mengatur rumah tangga 4 Menerima pemberian suami, baik sedikit maupun banyak 5 Menjaga rahasia suami 6 Menyenangkan suami 7 Selalu meminta izin suami 8 Menjaga kehormatan diri 9 Menjaga harta suami 10 Lemah lembut dalam berbicara 11 Tidak berbicara dengan orang lain bukan muhrimnya 12 Tidak boros terhadap nafkah suami 13 Tidak cemburu yang tidak beralasan 14 Tidak berburuk sangka terhadap suami 15 Tidak bersentuhan bukan dengan suami 16 Tidak berwajah muram terhadap suami 17 Tidak mengubah ciptaan Allah. 55

C. Konsep Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah