Halangan Pernikahan Permasalahan dalam Pernikahan

BAB IV URGENSI KAFAAH TERHADAP KEUTUHAN KELUARGA

A. Permasalahan dalam Pernikahan

1. Halangan Pernikahan

Tidak sedikit dari para pemuda dan pemudi yang telah siap berumah tangga tertunda pernikahannya disebabkan adanya halangan dan rintangan. Rintangan-rintangan itulah yang mengakibatkan timbulnya masalah banyaknya laki-laki membujang dan menjadikan perempuan sebagai perawan tua. Di antara halangan dan rintangan itu adalah: a. Mahar yang terlalu tinggi Hendaklah dipahami bahwa perkawinan itu adalah sunnah Allah dan Rasul-Nya bukan arena dan medan perniagaan, yang menuntut syarat dan harga yang terlalu tinggi. Bukan pula mengikuti adat-istiadat yang berlaku yang menetapkan berbagai bentuk aturan yang tidak diajarkan oleh syariat Islam. Allah SWT berfirman:  ? . 0 \ , Bƒ 3 •œ l 20 9  9–V0 34 34  V J 47R  31 X uV0 3 t R uV0 ]] n t\23 ™ MgNP Artinya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya, Maha Mengetahui. ” QS. An-Nur, 24:32 Rasulullah SAW bersabda: 5 6 - 7 8 ی 4 = 7 ? 7 5 5 6 P N = 4 ﺕ P : ی- c C T ﺕ ﺕ . 4 C - Q C l C ; : ی F + J f] T L 109 Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a., bersabda Rasulullah SAW : Apabila datang kepadamu orang yang kamu ridhai agama dan akhlaknya untuk meminang, maka terimalah pinangannya. Jika tidak, maka akan berlakulah fitnah dan kerusakan di muka bumi. ” HR. Tirmizi 4 4 9h 7 - 6 5 6 5 5 7 ? 7 = c ,- ; ی ; 4 ? 6 + J T L 110 Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan mas kawinnya mahar. ” HR. Ahmad Berdasarkan keterangan di atas, maka seorang muslim hendaknya mengikuti sunnah Allah dan Rasul-Nya dalam memudahkan dan meringankan mahar pernikahan serta memilih orang yang beriman serta shalih dan berakhlak mulia sebagai pasangan hidup. 111 109 Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Saurah, Sunan al-Tirmizi, juz-2, Beirut: Dar al-Fikr, 1994, h. 345. 110 Ahmad Ibnu Hanbal, al-Musnad, t.t.: al-Maktabah al-Islamiyah, t.th., h. 494. 111 Abu Muhammad Jibril Abdurrahman, Karakteristik Lelaki Shalih, cet.I, Yogyakarta: Wihdah Press, 1999, h. 371. b. Biaya pernikahan terlalu berat Penghalang pernikahan yang selanjutnya ialah beban pernikahan itu sendiri yang terlalu besar dan tinggi, berupa biaya-biaya pembelanjaan majelis akad nikah, kenduri pernikahan, hadiah-hadiah pertunangan, perlengkapan pengantin, dan lain-lain. Inilah di antara keberatan yang harus ditanggung pihak laki-laki, sehingga tidak ada calon yang mampu melaksanakannya melainkan mereka yang memiliki kemampuan saja. Tidak sedikit dari kalangan pemuda dan pemudi yang berhasrat menyelamatkan diri dari tergelincir ke lembah kerusakan dan kemaksiatan, yaitu dengan melaksanakan pernikahan yang sah, sesuai dengan syariat Allah SWT. Tetapi melihat biaya yang sangat tinggi menjadikan dinding dan tembok penghalang keinginan mereka untuk melakukan perbuatan yang mulia, yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka hendaklah disadari bahwa Islam tidak mensyariatkan pembelanjaan pada waktu melakukan akad dan majelis pernikahan kecuali memberi mahar mas kawin bagi wanita yang dinikahi dan mengadakan walimah yang sederhana untuk menyambut tamu dan sahabat, tetangga dan keluarga. Adanya hadiah dan pembelanjaan lain, yang memberatkan itu bukanlah kewajiban, itu terpulang kepada pihak laki-laki, menurut kemampuannya. 112 c. Halangan studi dan pendidikan Sebagian besar para pemuda dan pemudi telah menjadikan ini sebagai alasan untuk tidak melaksanakan pernikahan dahulu. Alasannya antara lain adalah: 1 Masalah ekonomi dan keuangan Persoalan rezeki, umur dan jodoh adalah termasuk perkara yang ghaib. Meskipun demikian, usaha dan ikhtiar mencari rizki adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu, dan takdir itu tidak meniadakan usaha dan ikhtiar. Sementara itu adalah termasuk ibadah, apabila sesorang pemuda dan pemudi telah berhasrat melakukan pernikahan atas dasar iman dan ingin menyelamatkan diri dari tercebur ke dalam jurang kemaksiatan dan atas dasar takwa, maka segala persoalan akan dapat teratasi. 113 Firman Allah SWT: P © KV0 6 71 • j KV J L³ MNP   J [o 5b - . • … Artinya: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya... ” 112 Ibid., h. 371. 113 Ibid., h. 379. QS. At-Thalak, 65:2-3 2 Masalah status sosial titel Tidak sedikit pemuda-pemudi yang jiwanya telah terbius oleh penyakit gila titel, kedudukan, dan kehormatan, demikian juga sebagian orang tua. Mereka menganggap titel adalah segala-galanya yang dapat memudahkan segala urusan seperti mencari pekerjaan, mengangkat derajat, dan dihormati orang. Sesungguhnya nilai seseorang itu bukan terletak pada status dan titelnya. Bukan pula pada pangkat dan pekerjaannya. Juga bukan pada kekayaan, kehebatan, dan kepopulerannya. Karena prestasi keduniaan itu akan sirna dan lenyap suatu saat nanti. 114 3 Masalah pernikahan yang akan mengganggu pendidikan Alasan ini telah menjadi fenomena yang umum di tengah masyarakat pada saat ini, bahwa pernikahan itu akan mengganggu studi karena pendidikan tidak akan sukses bagi mereka yang terpaksa memikirkan persoalan rumah tangga sekaligus sewaktu belajar. Namun alasan ini tidak berdasar sekali melainkan pada mereka yang tidak meyakini akan kemampuan di dalam menyeimbangkan dua tugas ini dalam satu waktu yang sama. Bahkan pernikahan merupakan faktor yang 114 Ibid., h. 379. terpenting yang melahirkan suasana yang sesuai bagi seorang pelajar. Dan juga dapat menyelamatkan dari pemikiran yang sia-sia. 115 d. Bujukan hawa nafsu yang bebas Para pemuda sekarang ini banyak yang tidak berkeinginan untuk melaksanakan pernikahan, seakan-akan ia tidak pernah memerlukannya karena dipengaruhi oleh corak kehidupan yang penuh kebebasan. Bagaimana mungkin para pemuda ini ingin menikah sedangkan mereka akan mendapatkan dengan mudah sekali tempat untuk menghilangkan kehausan seks mereka. Bagaimana mungkin para pemuda ini memikirkan pernikahan sedangkan jalan untuk melakukan perbuatan yang keji terbentang luas di hadapan mereka. e. Lemahnya semangat keagamaan Terbuka lebarnya tempat-tempat kemaksiatan, meluasnya pergaulan antara pemuda-pemuda dan gadis-gadis, dan merajalelanya perzinaan yang mana telah memberi peluang bagi kebanyakan pemuda mendapatkan keinginan nafsunya dan menyalurkan nafsu seksnya. Keadaan ini menyebabkan mereka memandang tidak perlunya melaksanakan pernikahan itu. Tetapi mereka tidak akan terjerumus ke dalam kekejian itu dan tidak menukarkan kesucian dengan kehinaan melainkan karena pemuda itu telah jauh dari agamanya. Inilah yang 115 Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Jakarta: Dirjen Bimmas dan Haji, 2001, h. 142. merupakan faktor terpenting yang mendorong sebagian besar dari mereka memilih cara hidup yang penuh noda dan dosa, terbenam di dalam kekejian dan kehinaan. 116 Sebaliknya, bagi para pemuda yang mempunyai perasaan dan semangat beragama keimanan yang mendalam, maka tentulah mereka tidak akan mendekati perbuatan-perbuatan maksiat itu. Dan mereka akan senantiasa muraqabah yang berhubungan dengan Allah SWT, dan karena itulah mereka terdinding dari perbuatan-perbuatan yang merusak dan menghancurkan. Inilah faktor yang menyekat para pemuda untuk memiliki perempuan yang halal di dalam hidup mereka, sebagai penenang jiwanya, menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan yang akan menyelamatkan akhlaknya. Tetapi bagi para pemuda yang beriman, maka faktor yang paling berpengaruh dan penghalang baginya untuk melaksanakan pernikahan adalah karena tingginya mahar, dan biaya pernikahan, disamping kurang siapnya jiwa mereka yang tidak meyakini akan kemampuan membimbing sebuah keluarga di dalam rumah tangga.

2. Krisis Rumah Tangga