Pengertian Pernikahan Konsep Pernikahan dalam Islam

BAB II TINJAUAN UMUM

TENTANG RUMAH TANGGA SAKINAH

A. Konsep Pernikahan dalam Islam

4. Pengertian Pernikahan

Dalam bahasa Indonesia, pernikahan berasal dari kata “nikah”, yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh wathi. 10 Sedangkan menurut istilah, nikah berarti suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim. 11 Akad ini menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Itu merupakan suatu ikatan lahir antara dua orang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan memiliki keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan syariat Islam. Kata nikah sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan coitus. Pernikahan disebut juga perkawinan, berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. 12 10 Muhammad bin Ismail al-Kahlaniy al-Shan’aniy, Subul as-Salam Syarh Bulugh al-Maram min Adillah al-Ahkam , jil.III, Bandung: Dahlan, tth., h. 109. 11 M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, h. 249. 12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed.II, cet.II, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, h.456. Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, di antaranya adalah: + Artinya: “Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.” 13 Muhammad Ali Ibn Muhammad al-Syaukani mendefinisikan: ,- . 12ی 4 4 Artinya: “Nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang menghalalkan hubungan seksual antara suami-istri .” 14 Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI, pengertian perkawinan dan tujuannya dinyatakan dalam pasal 2 dan 3 sebagai berikut: Pasal 2: Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pasal 3: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. 15 Adapun yang dimaksud dengan perkawinan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 UU No.11974 pasal 1 bahwa: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang 13 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz-7, cet.III, Beirut: Dar al-Fikr, 1989, h. 29. 14 Muhammad Ali Ibn Muhammad al-Syaukani, Nail al-Authar, juz-5, Kairo: Maktabah al- Iman, t.th., h. 110. 15 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, cet.II, Jakarta: CV Akademika Pressindo, 2005, h. 114. wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh karena itu, pengertian perkawinan dalam ajaran agama Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga pasal 2 KHI menegaskan bahwa perkawinan adalah akad yang sangat kuat mitsaqan ghalidhan untuk menaati perintah Allah, dan melaksanakannya merupakan ibadah. Apabila Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menggunakan istilah yang bersifat umum, maka KHI menggunakan istilah khusus yang tercantum dalam al-Qur’an. Misalnya, mitsaqan galidzan, ibadah, sakinah, mawaddah , dan rahmah. 16 Kedua pengertian perkawinan tersebut dari sudut kebahasaan dan istilah, dapatlah dipahami bahwa nikah merupakan suatu ikatan perjanjian yang sakral dan kekal antara seorang laki-laki calon suami dengan seorang perempuan calon istri untuk bersama-sama sepakat saling mengikat di antara keduanya, hidup bersama dalam membentuk lembaga keluarga rumah tangga agar memperoleh kedamaian hati, ketenteraman jiwa dan cinta kasih. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat ar-Rum ayat 21 sebagai berikut:  ,  . 12 34 56 7 8 9 , : 16 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h. 7-8. ,;2 = ? 34 A3B C  D EF G HI 4 JK L MNOP Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir. ” QS. Ar-Rum, 30:21 Dasar disyariatkannya nikah ialah firman Allah SWT dalam surat an- Nisa ayat 3 : +++  00 R ST0 U S V0W X Y;8 Z [ 7\ ] ? 3_ R \. S ab c 7  e; c  R +++ Artinya: “…, maka nikahilah perempuan lain yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka nikahilah seorang saja,... ” QS. An-Nisa’, 4:3 Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: 5 6 - 7 8 9: ; 4 4 = 7 ? 7 5 5 6 ی A 4 B - . = C C ﻥ E 1F G G 4 4 = ی ; B H C G I C ﻥ + J K L 17 Artinya: “Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu mempunyai biaya, maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya nikah dapat menundukkan mata dan dapat menjaga kemaluan kehormatan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka hendaklah berpuasa, karena puasa merupakan perisai baginya. ” HR. Bukhari dan Muslim 17 Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz-3, Beirut: al- Maktabah al-Ashriyyah, 1997, h. 1632.

5. Hukum dan Prinsip Pernikahan