Pengertian Akad Mudharabah KAJIAN PUSTAKA

Serupa dengan pendapat AH. Azharudin Lathif 18 yang mengatakan bahwa mudharabah pada dasarnya adalah berbagi keuntungan profit sharing. Apabila terjadi kerugian dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh shahibul maal sedangkan pengusaha mudharib menanggung kerugian berupa hilangnya kesempatan mendapatkan profit. Akad mudharabah dibolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli dalam mengelola dana. Banyak diantara pemilik modal yag tidak ahli dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak yang ahli dibidang perdagangan tapi tidak memiliki modal. Mudharabah 19 adalah akad yang telah digunakan oleh umat muslim sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam, maka akad mudharabah dibolehkan, baik menurut Alqur’an, Sunnah, maupun Ijma’. Dalam praktek mudharabah antara Khadijah dan nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh nabi Muhammad Saw keluar negeri. Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal shahibul maal sedangkan nabi Muhammad Saw berperan sebagai pelaksana usaha mudharib. Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal 18 Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press, 2005 hal: 134. 19 Mudharabah disebut juga qiradh atau muqaradah. Makna keduanya sama. Mudharabah adalah istilah yang digunakan di Irak, sedangkan istilah qiradh digunakan oleh masyarakat Hijaz. dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua yakni pelaksana usaha dengan tujuan untuk mendapatkan untung disebut akad mudharabah. Singkatnya akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.

C. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah

Secara umum, landasan dasar syari’ah akad mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadits berikut ini: a.Al-Qur’an                                                                                                 Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri sembahyang kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasannya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.al-Muzammil:20 b.Al-Hadits Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung gandum kualitas rendah untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.” HR Ibnu Majah no. 228-, kitab at-Tijarah. c.Ijma’ Di antara dalil kuat yang menunjukkan akan disyariatkannya mudharabah ialah kesepakatan ulama Islam sejak zaman dahulu hingga sekarang akan hal tersebut. Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsentrasi terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid. Ibnu Munzir asy-Syafii berkata, Kita tidak mendapatkan dalil tentang al- Qiradh mudharabah dalam Kitab Allah Azza wa Jalla, tidak juga dalam sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi, kita dapatkan bahwa para ulama telah menyepakati akan kehalalan al-Qiraadh dengan modal berupa uang dinar dan dirham. Al-Isyaraf oleh Ibnul Munzir asy-Syafii, 238. Ibnu Hazm berkata, Al-Qiraadh al-Mudharabah telah dikenal sejak zaman Jahiliyyah, dan dahulu kaum Quraish adalah para pedagang. Mereka tidak memiliki mata pencaharian selain darinya, padahal di tengah-tengah mereka terdapat orang tua yang tidak lagi kuasa untuk bepergian, wanita, anak kecil, anak yatim. Oleh karena itu, orang-orang yang sedang sibuk atau sakit menyerahkan modalnya kepada orang lain yang mengelolanya dengan imbalan mendapatkan bagian dari hasil keuntungannya. Dan tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah diutus, beliaupun membenarkan akad tersebut, dan kaum muslimin kala itu juga menjalankannya. Kalaupun sekarang ada yang menyelisihi tentang hal ini, maka pendapatnya itu tidak perlu diperhatikan, sebab ia telah terlebih dahulu menyelisihi