d. Payment pembayaran merupakan ukuran bagaimana cara nasabah
mengembalikan pembiayaan dan sumber dana dari mana saja untuk pengembalian pembiayaan.
e. Protection perlindungan tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.
f. Prospect ramalan kedepan yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan
datang mempunyai prospek atau sebaliknya
14
. Disamping menggunakan prinsip pemberian pembiayaan diatas, bank
syari’ah dalam memberikan pembiayaan juga menggunakan prinsip 3 R yaitu: a. Returns hasil yang diperoleh apakah penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh
perusahaan calon peminjam setelah mendapatkan kredit apakah hasil tersebut cukup untuk menutupi hasil pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula
usahanya untuk berkembang. b. Repayment pembayaran kembali apakah pembayaran kembali tersebut cocok
dengan jadwal pembayaran kembali dari pembiayaan yang akan diberikan itu. c. Risk bearing ability kemampuan menanggung risiko. Hal yang perlu
diperhatikan adalah sejauh mana kemampuan debitur untuk menanggung risiko
15
.
B. Pengertian Akad Mudharabah
Ketika bank syari’ah pertama kali berkembang, baik ditanah air maupun di mancanegara, seringkali dikatakan bahwa bank syari’ah adalah bank bagi hasil. Hal
14
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 hal 106.
15
Rahmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, hal 249.
ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dengan bank konvensional yang beroperasi dengan sistem bunga. Hal ini betul, tapi tidak sepenuhnya benar, karena
sesungguhnya bagi hasil itu hanya merupakan bagian saja dari system operasi bank syari’ah.
Penjelasan diatas perlu ditegaskan untuk meluruskan pemahaman dan persepsi masyarakat, bahwa bank syari’ah hanya terbatas pada sistem bagi hasil.
Sebenarnya tidaklah demikian. Bank syari’ah mempunyai ruang gerak yang lebih luas dari system bagi hasil. Bank syari’ah juga dapat menerapkan sistem jual beli dan
sewa menyewa, disamping tentunya system bagi hasil
16
. Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut
17
.
16
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: UIN Press, 2009 hal 204.
17
M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: UIN Press, 2009 hal: 95.
Serupa dengan pendapat AH. Azharudin Lathif
18
yang mengatakan bahwa mudharabah pada dasarnya adalah berbagi keuntungan profit sharing. Apabila
terjadi kerugian dari segi permodalan ditanggung sepenuhnya oleh shahibul maal sedangkan pengusaha
mudharib menanggung kerugian berupa hilangnya
kesempatan mendapatkan profit. Akad mudharabah dibolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seseorang yang ahli
dalam mengelola dana. Banyak diantara pemilik modal yag tidak ahli dalam mengelola dan memproduktifkan uangnya, sementara banyak yang ahli dibidang
perdagangan tapi tidak memiliki modal. Mudharabah
19
adalah akad yang telah digunakan oleh umat muslim sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.
Ketika nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam,
maka akad mudharabah dibolehkan, baik menurut Alqur’an, Sunnah, maupun Ijma’. Dalam praktek mudharabah antara Khadijah dan nabi, saat itu Khadijah
mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh nabi Muhammad Saw keluar negeri. Dalam kasus ini Khadijah berperan sebagai pemilik modal shahibul maal
sedangkan nabi Muhammad Saw berperan sebagai pelaksana usaha mudharib. Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal
18
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press, 2005 hal: 134.
19
Mudharabah disebut juga
qiradh atau
muqaradah. Makna keduanya sama.
Mudharabah adalah istilah yang digunakan di Irak, sedangkan istilah qiradh digunakan oleh masyarakat Hijaz.