Aplikasi Pembiayaan Mudharabah Untuk Sektor Pertanian di BPRS Al-

yang mengajukan pembiayaan dengan nilai plafond per-nasabah non-group Rp 120 juta sehingga total pendanaan mencapai Rp 840 juta. Diantara 7 nasabah tersebut ada satu nasabah yang melakukan usaha pertanian yang disebut agro grow box bertani dengan menggunakan media kotak. Peran BPRS disini adalah menyediakan dana untuk membeli peralatan pertanian seperti pasir, sekam, pupuk, mesin air untuk penyiraman tanaman, dan plastik kaca untuk menutupi tanaman. Petani tersebut mencoba menanam beberapa jenis sayuran, padi dan tebu. Sedangkan untuk memasarkan hasil panen sipetani memilih supermarket yang terdapat di Bogor, perlu untuk diketahui disini BPRS tidak ikut serta dalam hal pemasaran, BPRS hanya membantu nasabah dalam hal pemberian pinjaman dana. 38 BPRS Al-barokah biasanya melakukan pengawasan secara berkala setiap bulannya. Tahap yang harus dilalui nasabah hingga pinjamannya di bank usai adalah: tahap, pembayaran angsuran pinjaman, setelah tahap tersebut usai maka nasabah diboehkan untuk mengambil jaminan agunan yang ditahan oleh pihak bank, dan tahap terakhir adalah bank mengeluarkan surat keterangan lunas sebagai bukti bahwa antara nasabah dan bank sudah mengakhir akad pembiayaan mudharabah mereka. 38 Ibid.

C. Analisis 1. Analisis dari perspektif

fiqh muamalat Berikut ini adalah rukun dan syarat mudharabah: a. Rukun mudharabah adalah: a. pemilik lahan; b. penggarap; c. lahan yang digarap; dan d. akad. b. Pemilik lahan harus menyerahkan lahan yang akan digarap kepada pihak yang akan menggarap. c. Penggarap wajib memiliki keterampilan bertani dan bersedia menggarap lahan yang diterimanya. d. Penggarap wajib memberikan keuntungan kepada pemilik lahan bila pengelolaan yang dilakukannya menghasilkan keuntungan. e. Akad mudharabah dapat dilakukan secara mutlak dan atau terbatas. f. Jenis benih yang akan ditanam dalam mudharabah terbatas harus dinyatakan secara pasti dalam akad, dan diketahui oleh penggarap. g. Penggarap bebas memilih jenis benih tanaman untuk ditanam dalam akad mudharabah yang mutlak. h. Penggarap wajib memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lahan, keadaan cuaca, serta cara yang memungkinkan untuk mengatasinya menjelang musim tanam. i. Penggarap wajib menjelaskan perkiraan hasil panen kepada pemilik lahan dalam akad mudharabah mutlak. j. Penggarap dan pemilik lahan dapat melakukan kesepakatan mengenai pembagian hasil pertanian yang akan diterima oleh masing-masing pihak. k. Penyimpangan yang dilakukan penggarap dalam akad mudharabah, dapat mengakibatkan batalnya akad itu. l. Seluruh hasil panen yang dilakukan oleh penggarap yang melakukan pelanggaran, menjadi milik pemilik lahan. m. Dalam hal terjadi keadaan tersebut, pemilik lahan dianjurkan untuk memberi imbalan atas kerja yang telah dilakukan penggarap. n. Penggarap berhak melanjutkan akad mudharabah jika tanamannya belum layak dipanen, meskipun pemilik lahan telah meninggal dunia. o. Ahli waris pemilik lahan wajib melanjutkan kerja sama mudharabah yang dilakukan oleh pihak yang meninggal, sebelum tanaman pihak penggarap bias dipanen. p. Hak menggarap lahan dapat dipindahkan dengan cara diwariskan bila penggarap meninggal dunia, sampai tanamannya bisa dipanen. q. Ahli waris penggarap berhak untuk meneruskan atau membatalkan akad mudharabah yang dilakukan oleh pihak yang meninggal. r. Akad mudharabah berakhir jika waktu yang disepakati telah berakhir. 39 Dalam hal rukun akad mudharabah terdapat beberapa perbedaan pendapat antara Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul. Sedangkan Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja dan kad; tidak hanya terbatas pada rukun sebagaimana yang dikemukakan Ulama Hanafiyah, akan tetapi, Ulama Hanafiyah memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain Ijab dan Qabul sebagai syarat akad mudharabah. Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah : 1. Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil. 2. Mengenai modal disyaratkan : a berbentuk uang, b jelas jumlahnya, c tunai, dan d diserahkan sepenuhya kepada mudharib pengelola. Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya. 39 http:esharianomics.comesharianomicsakad-transaksimudharabahrukum-dan- syarat-mudharabah , diakses tanggal 8 Oktober 2011.