Kritik Matan Hadis Tentang Yang Tidak Menyayangi Tidak Disayangi

2. Kritik Matan

Kriteria kesahihan matan hadis menurut para ulama di antaranya adalah meneliti sisi bahasa yang sesuai dengan bahasa kenabian, mengemukakan pendapat ulama, meneliti sejarah, dan melihat kesesuaian dengan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam. Untuk mengetahui kualitas matan hadis yang menjadi objek penelitian penulis, maka penulis menggunakan pendekatan tersebut. Hadis di atas secara umum menerangkan tentang kasih sayang harus diberikan kepada semua manusia, berlaku tanpa batasan waktu dan tempat. Dalam hal ini, penulis akan menguraikannya sebagai berikut. Pertama, mengemukakan melalui pendekatan bahasa. Dengan mengambil sebuah kata yang dianggap penting, yaitu yarhamu, asal kata dari rahima-yarhamu yang berarti menyayangi, dan kata tersebut biasa digunakan oleh Rasulallah saw. Kedua , penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama. Di antaranya penulis mengemukakan pendapat al- „Ainî. 5 Ia mengutarakan bahwa hadis di atas serupa dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Barang siapa yang tidak menyayangi manusia, maka ia tidak disayangi oleh Allah swt . 6 Selanjutnya, al- „Ainî mengemukakan hadis yang diriwayatkan oleh al-Tabarânî, yaitu, Barang siapa yang tidak menyayangi orang yang ada di bumi, maka ia tidak disayangi oleh siapa yang ada di langit . 7 5 Badru al-Dîn al- „Ainî al-Hanafî, „Umdat al-Qâri Syarh Sahîh al-Bukhârî Mulifat Wurud Min Multaqi Ahl al-Hadis Juz XXXII h. 194. 6 Abû al-Husain Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairî al-Nîsâbûrî, al-Jâ mi„ al- Sahîh al-Musammâ Sahîh Muslim Dar al-Jail Beirut + Dar al-Afaq al-Jadidah-Beirut bab Rahmatu al-Sibyan wa al- „Iyal wa Tawadi„uhu. Jilid 7 h. 77. Selanjutnya, ia mengutarakan pendapat al-Tabarânî yang dikutip dari kitab Mu„jam al-Ausat, Barang siapa yang tidak menyayangi kaum muslimin, maka ia tidak disayangi oleh Allah swt. 8 Ketiga , penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah. Dalam hal ini, penulis merujuk ke asbâb al-wurûd hadis. Setelah dilacak bahwa hadis tersebut memiliki kisah tentang al- Aqra‟ yang melihat Rasulullah saw. mencium cucunya, sedangkan ia tidak pernah mencium kesepuluh anaknya. Mananggapi hal tersebut, Rasulullah saw. bersabda dengan hadis yang menjadi pembahasan ini. Dengan demikian, melalui pedekatan sejarah, hadis di atas pernah terjadi di masa Rasulallah saw. 9 Keempat , kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Ajaran mengenai kasih sayang merupakan syariat yang ditujukkan kepada seluruh manusia. Bahkan Rasulullah saw. diturunkan ke muka bumi ini sebagai rahmatan li al- „âlamîn. Jadi hadis ini sesuai dengan syariat agama. Dengan demikian melalui keempat pendekatan tersebut penulis berkesimpulan bahwa matan hadis yang tidak menyayangi tidak disayangi sahih.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Yang Tidak Menyayangi