Kritik Matan Hadis Tentang Syair dan Hikmah

dengan hadis-hadis sahih yang terdapat dalam kitab-kitab sunan lainnya, oleh karena itu hadis yang berkualitas d a„îf tersebut bersatatus sahîh li ghairihi. Dengan demikian secara umum penulis kemukakan bahwa hadis mengenai syair puisi dan hikmah kualitas sanadnya sahih.

2. Kritik Matan

Sebagaimana kriteria kesahihan matan, penulis menguraikan langkah- langkah sebagai berikut. Pertama, penulis akan meneliti dari sisi bahasa Arab yang sesuai dengan bahasa kenabian. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hadis di atas secara umum mengenai anjuran bersyair. Sekilas, tampaknya hadis ini dengan hadis sebelumnya bertentangan. Namun setelah diadakan berbagai macam pendekatan maka hadis tersebut akan bermakna sejalan dan dapat dikhususkan kepada siapa hadis tersebut berlaku. Melalui pendekatan bahasa, penulis mengambil contoh sebuah kata yang dianggap penting, yaitu hikmah. Kata hikmah merupakan asal kata dari hakama-yahkumu hikmatan. Kata tersebut merupakan masdar yang berarti hikmah, rahasia, atau mengetahui hal yang benar. Kata tersebut sering digunakan oleh Rasulullah saw. ketika menunjukkan sebuah kalimat, perbuatan serta ucapan yang mengandung hikmah. Kedua , penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat ulama. Dalam hal ini, penulis telah mengemukakan pada hadis sebelumnya. Yaitu, syair yang baik diperbolehkan menurut para ulama. Sedangkan yang dilarang adalah syair yang bertujuan menghina, mengejek dan berimplikasi negatif. Ketiga , penulis mengemukakan dengan pendekatan sejarah. Sebab turunya sebuah hadis adakalanya diawali dengan berbagai peristiwa dan ada pula yang tanpa diawali dengan peristiwa yang melatar belakanginya. Mengenai hadis ini tidak ditemukan peristiwa yang melatar belakangi sebab musabab turunya hadis tersebut. Keempat , kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Kriteria keempat ini telah penulis kemukakan di atas, namun untuk memperkuat pandangan agama maka penulis kemukakan pendapat al-Sind î, menurutnya bahwa syair puisi boleh dilakukan dengan tujuan kebaikan. Akan tetapi jika syair dilakukan untuk hal-hal yang buruk maka syair itu diserupakan dengan nanah. Pada umumnya syair merupakan hawa nafsu yang dikemukakan oleh penyair, namun untuk membatasi hal itu penyair haruslah dilandasi dengan keimanan dan amal saleh. 53 Dari tiga pendekatan, nampaknya secara matan hadis ini dapat dikategorikan berkualitas sahih walaupun tanpa pendekatan asbâb al-wurûd, karena tidak semua hadis terdapat asbâb al-wurûdnya.

3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Syair dan Hikmah