Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal
Dalam kitabnya, Ahmad bin Hanbal mengemukakan sanad-sanad hadis dari berbagai jalur. Namun, penulis mengambil sebuah hadis yang sanad-sanadnya
adalah „Abdullâh, Abî Ahmad bin Hanbal, „Abd al-Samad, Hammad, Tsâbit,
dari Anas.
14
Seperti halnya kualitas hadis di atas, penulis berkesimpulan bahwa status hadis tersebut berkualitas sahih karena sesuai dengan kriteria kesahihan
sanad hadis. Hadis-hadis di atas memiliki rangkaian sanad yang sahih. Baik itu melalui
penelitian yang telah dilakukan oleh perawi hadis maupun para pengkritik hadis. Dengan demikian, penulis berkesimpulan bahwa hadis mengenai urusan dunia
sanad-sanadnya sahih.
2. Kritik Matan
Sebagaimana kriteria kesahihan matan, hal-hal yang ditempuh adalah: Pertama
, penulis meneliti dari sisi bahasa Arab untuk mencari kesesuaian dengan bahasa Nabi. Namun perlu diketahui bahwa hadis di atas secara umum mengenai
14
Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz III h. 152.
urusan dunia, yaitu tentang petani yang hendak mengawinkan tanamannya agar mendapatkan hasil terbaik. Dengan pendekatan bahasa, penulis mengambil sebuah
kata yang dianggap penting, yaitu A„lamu, asal kata dari „Alima-ya„lamu yang
berarti mengetahui. Kata tersebut merupakan ism tafdîl kata kerja yang bermakna memiliki keunggulan dari yang lainnya kata a
„lamu pada hadis tersebut digunakan oleh Rasulallah saw. karena petani tersebut lebih mengetahui masalah
pertnian. Kedua
, penulis mengemukakan melalui pendekatan pendapat para ulama. Dalam hal ini penulis mengemukakan pendapat al-Nawawî. Menurutnya, ucapan
Nabi tersebut tidak berdasarkan syariat tetapi menurut pendapat dan ijtihadnya sendiri tentang urusan dunia sebagaimana layaknya kehidupan kesehariannya. Di
sisi lain, para sahabat seperti „Ikrimah mengatakan bahwa lafaz tersebut tidak
bersumber dari Nabi saw. secara hakiki. Di tempat lain, para ulama mengatakan bahwa bidang pertanian bukanlah keahliannya, Nabi lebih memahami soal
perdagangan, perang, dan menggembala kambing. Oleh karena itu, masalah pertanian bukanlah bidangnya.
15
Ketiga , penulis menjelaskan dengan pendekatan sejarah, di dalam kitab
Sahîh Muslim dikemukakan pada suatu hari Rasulullah saw. lewat dan bertemu
petani yang mengawinkan serbuk kurma pejantan ke putik kurma betina. Ia bersabda,
“Sekiranya kamu tidak melakukan hal itu niscaya kurma itu akan baik.” Mendengar komentar dari Nabi saw. petani tersebut tidak lagi melakukan hal itu.
Setelah beberapa lama, Nabi saw. lewat dan menegur para petani itu, “Mengapa pohon kurma itu?” lalu para petani mengatakan sesuai dengan apa yang telah
15
Abû Zakaria Yahyâ bin Syarafuddîn al-Nawawî, Sahîh Muslim bi Syarh al-Nawawî Dar al-Ihya al-Turats al-
„Arabi: Beirut Juz XV h. 116.
disampaikan oleh Nabi saw. Mendengar keluhan seperti itu, Nabi bersabda, “Kamu sekalian lebih mengetahui tentang urusan duniamu”.
16
Hadis beserta asbâb al-wurûd
yang terdapat di dalam kitab Sahîh Muslim merupakan bukti pendekatan sejarah hadis di atas pernah dialami oleh Rasulallah saw.
Keempat , kesesuaian hadis dengan prinsip agama. Ajaran mengenai ikhtiar
dalam kehidupan duniawi amat ditekankan, terutama inovasi dalam berbagai hal agar mendapatkan hasil terbaik. Allah swt. berfirman dalam surah al-Qasas [28]:
77,
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari kenikmatan duniawi .
Bahkan, setelah melakukan shalat ditekankan untuk bertebaran mencari karunia Allah swt. Di dalam firman-Nya dikemukakan,
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung
. QS. Al- Jumu„ah [62]: 10
Ikhtiar dalam kehidupan duniawi, inovasi dalam berkerja dan mencari karunia Allah swt. merupakan sesuatu yang amat dianjurkan syariat Islam. Oleh
karena itu, hadis ini tidak bertentangan dengan agama. Dengan demikian setelah dikemukakan empat macam pendekatan kesahihan matan hadis, dapat penulis
simpulkan bahwa matan hadis tersebut sahih.
16
al-Nîsâbûrî, al-Jâ mi„ al-Sahîh al-Musammâ Sahih Muslim, bab Wujub al-Imtitsal ma
qalahu Syar „an Duna. Jilid VII h. 95.
3. Pemikiran M. Syuhudi Ismail Tentang Hadis Urusan Dunia