77
penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Lagrange Multiplier LM Test atau yang disebut Uji Breusch-Godfrey dengan membandingkan
nilai probabilitas R- Square dengan α = 5 0.05.
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Uji Lagrange Multiplier Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
107.5091 Probability 0.000000
ObsR-squared 40.83391 Probability
0.000000 Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa nilai ObsR-squared adalah 40.83391 dan nilai probabilitas adalah 0.000000 yang lebih kecil
dari α = 5 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terdapat masalah autokorelasi.
Untuk menanggulangi masalah aurokorelasi pada penelitian ini, maka dapat menggunakan model Differensi Tingkat Pertama, yaitu
penyembuhan autokorelasi dengan mengestimasi menggunakan differensi tingkat pertama dengan memasukan persamaan dy c dx. Wing W.
Winarno, 2009:5.31-5.33 Kemudian diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
78
Tabel 4.4 Hasil Uji Lagrange Multiple Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
2.151393 Probability 0.128969
ObsR-squared 4.460504 Probability
0.107501 Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 nilai probabilitas ObsR-squared sebesar 0.107501 lebih besar dari
α 5 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa model ini sudah tidak terdapat autokorelasi.
5 Uji Linieritas
Dalam penelitian ini, untuk menguji lineraitas model digunakan
model uji Ramsey Ramsey RESET Test. Uji ini dikembangkan oleh
Ramsey tahun 1969 untuk menguji kesalahan spesifikasi dengan menggunakan general test of specification error atau lebih dikenal dengan
RESET Regression Error Specification Test. Kriterianya adalah bila probabilitas Log-
Likehood rasio lebih besar dari α = 5 0,05 maka data adalah linier. Ervani, 2005:230
Tabel 4.5 Uji Ramsey RESET Test
Ramsey RESET Test: F-statistic
0.062925 Probability 0.803125
Log likelihood ratio 0.070191 Probability
0.791059 Sumber: Data diolah
79
Dari uji linieritas Uji Ramsey RESET Test pada tabel 4.6 nilai probabilitasnya adalah 0.791059 ternyata lebih besar dari α = 5 0,05.
Artinya tidak terdapat masalah linearitas dengan kata lain bentuk fungsi estimasi dalam penelitian ini adalah linier.
b. Uji Statistik
Hasl pengolahan data atau estimasi yang dilakukan menggunakan program komputer Eviews 5.0, dengan menggunakan metode regresi linier
berganda atau Ordinary Least Square OLS yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Regresi Tabungan
Mudharabah
Dependent Variable: LNTM Method: Least Squares
Date: 052513 Time: 21:48 Sample: 2008M08 2012M08
Included observations: 49 Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob. C
23.40726 3.161462 7.403933
0.0000 LNINF
0.453662 0.094611 4.795041
0.0000 LNKURS
-0.236265 0.379167 -0.623117
0.5364 LNBI
-2.774316 0.346209 -8.013404
0.0000 R-squared
0.723441 Mean dependent var 16.67850
Adjusted R-squared 0.705003 S.D. dependent var
0.331899 S.E. of regression
0.180266 Akaike info criterion -0.510655 Sum squared resid
1.462318 Schwarz criterion -0.356221
Log likelihood 16.51105 F-statistic
39.23792 Durbin-Watson stat
0.192662 ProbF-statistic 0.000000
Sumber: Data diolah
80
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.8 di atas, maka didapat persamaan regresi sebagai berikut:
LNTM = 23.40726 + 0.453662 LNINF - 0.236265 LNKURS - 2.774316 LNBI
1 Uji Parsial
Hasil yang didapatkan dari uji statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Tabungan Mudharabah
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas variabel inflasi 0.0000
lebih kecil dari α = 5 0.05, maka secara parsial individu, variabel independen Inflasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel dependen Tabungan Mudharabah. Dan nilai koefisien Inflasi sebesar 0.453662, artinya dengan asumsi
ceteris paribus variabel independen yang lain konstan maka apabila Inflasi naik sebesar satu persen, maka Tabungan Mudharabah akan
naik sebesar 0.453662 .
b. Pengaruh Kurs terhadap Tabungan Mudharabah
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas variabel kurs adalah 0.5364, ini lebih besar dari
α = 5 0.05. Maka secara parsial variabel independen Kurs tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen Tabungan Mudharabah, dengan nilai koefisien Kurs sebesar -0.236265.
81
c. Pengaruh BI Rate terhadap Tabungan Mudharabah
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui nilai probabilitas BI Rate adalah 0.0000, ini lebih kecil dari α = 5 0.05. Maka dapat
dikatakan bahwa variabel independen BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel dependen Tabungan Mudharabah.
Dengan nilai koefisien BI Rate adalah -2,774316, artinya dengan
asumsi ceteris paribus variabel independen yang lain konstan maka
apabila BI Rate naik sebesar satu persen, maka akan menurunkan
Tabungan Mudharabah sebesar 2,774316 .
2 Uji Signifikan F uji secara bersama-sama
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen Inflasi, Kurs dan BI Rate secara bersama-sama terhadap
variabel dependen yaitu Tabungan Mudharabah. Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh hasil nilai F-statistic adalah
39.23792 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000000. karena nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari α = 0,05 0,000000 0,05.
Berarti dapat disimpulkan bahwa Inflasi, Kurs dan BI Rate secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap Tabungan
Mudharabah .
82
3 Uji Adjusted R
2
Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.8 dengan menggunakan metode OLS maka diperoleh Adjusted R
2
sebesar 0,705003 70,5003. Yang berarti bahwa kemampuan variabel
independen Inflasi, Kurs dan BI Rate dalam menjelaskan variabel dependen
Tabungan Mudharabah
adalah sebesar
0,705003 0,705003 sedangkan sisanya sebesar 0,294997 29,4997
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Dimana variabel itu tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
c. Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil dari pengujian statistik dan ekonomi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk
menerangkan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi Tabungan Mudharabah
. Dari ketiga variabel independen Inflasi, Kurs, dan BI Rate yang dimasukkan ke dalam pengujian statistik ternyata tidak semua variabel
berpengaruh secara signifikan. 1
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tabungan Mudharabah, ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Patra Yunita 2008. Dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa
Inflasi secara
signifikan
83
mempengaruhi jumlah Dana Pihak Ketiga giro, tabungan, deposito perbankan syariah. Apabila terjadi inflasi, maka jumlah DPK perbankan
syariah akan mengalami penurunan, diakibatkan oleh penarikan dana oleh nasabah untuk kebutuhan konsumsi. Inflasi mengakibatkan
penurunan daya beli mata uang the fall of purchasing power sehingga dibutuhkan uang dalam jumlah lebih banyak untuk mengkonsumsi
barang yang sama. Dalam kondisi ini, untuk memenuhi konsumsi masyarakat, penarikan dana simpanan perbankan syariah sangat
mungkin terjadi. Pada teori Effek Fisher menyatakan bahwa ketika terjadi
kenaikan inflasi sebesar satu persen akan mengakibatkan kenaikan pada tingkat suku bunga sebesar satu persen. Dan karena dalam ekonomi
islam itu tidak diperbolehkan menggunakan tingkat suku bunga maka pada perbankan syariah akan menaikkan Nisbah Bagi Hasil yang
digunakan sebagai langkah untuk mengatasi agar nasabah tidak berpaling ke bank konvensional yang menawarkan bunga tinggi.
Sehingga dengan dinaikkannya Nisbah Bagi Hasil membuat nasabah akan tetap menyimpan dananya pada Tabungan Mudharabah.
2 Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kurs tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Tabungan Mudharabah. Dan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chintia Agustina Triadi
2010:100 yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh