STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON

(1)

STRATEGI

PUBLIC RELATION

TEATER KOMA DALAM

MENARIK MINAT PENONTON

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Diajukan Oleh:

Fitri Indrayati

NIM: 1111051000129

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2015 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Juni 2015


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER KOMA DALAM MENARIK

MINAT PENONTON

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Fitri Indrayati

NIM 1111051000129

Di Bawah Bimbingan

Ade Masturi, MA

NIP: 197506062007101001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul STRATEGI PUBLIC RELATION TEATER

KOMA DALAM MENARIK MINAT PENONTON telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 1 Juni 2015

Sidang Munaqasyah

Ketua, Sekretaris,

Dr. Roudhonah Saprudin, S.Pd

NIP: NIP:

Penguji I, Penguji II,

H. Zakaria Wahidin Saputra, M.Ag

NIP: NIP 19700903 199603 1 001

Pembimbing,

Ade Masturi, MA


(5)

ABSTRAK Fitri Indrayati

Strategi Public Relation Teater Koma dalam Menarik Minat Penonton

komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai. Dan teater merupakan salah satu media paling efektif dalam hal penyampaian pesan, tetapi semakin berkembang nya zaman, teater mulai dilupakan masyarakatnya akibat muncul media-media komunikasi yang lebih beragam, namun ditengah permasalahan ini ternyata masih ada kelompok teater yang tetap eksis hingga saat ini, yakni teater Koma. bahkan teater Koma saat ini sudah memiliki penonton tetap. Hal ini tidak lepas dari sistem kerja Public Relation teater Koma yang sangat baik.

Pertanyaan mayornya, Bagaimana strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton? Sedangkan pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses kerja public relation teater Koma? apa saja strategi yang digunakan teater Koma dalam menarik minat penonton?

Teater Koma melakukan strategi public relation agar mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi dirancang mulai dari penelitian, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi .

Teori yang digunakan adalah teori Public Relation menurut Cutlip, Center dan Broom yakni fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik. Metode yang digunakan metode penelitian kualitatif dan mengacu kepada sumber tulisan / studi pustaka.

Teater Koma memulai proses kerjanya dengan memahami apa saja kejadian sekitar yang sedang terjadi dimasyarakat, mencoba menyelami lebih dalam strategi yang dapat menarik perhatian masyarakat, kemudian mereka mengadakan rapat internal dan melaksanakan strategi tersebut dalam tahap pelaksanaan, selanjutnya proses terakhir yakni mereka mengadakan evaluasi agar selalu ada perubahan terhadap kualitas kerja maupun strategi yang dibangun. Strategi yang digunakan yakni strategi door to door, strategi kedekatan, strategi media online, strategi publikasi dan strategi database.

Teori menurut Cutlip Center dan Broom ini merupakan salah satu konsep teori yang ampuh dalam menjalankan sebuah proses public relation, karena saat prosesnya, terdapat tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan yang diraih dapat mendekati atau berhasil mendekati harapan yang diinginkan. Teori ini lebih mengedepankan daya kreatif sumber daya manusianya agar ide atau gagasan strategi yang didapat semakin berkembang.

Dari penelitian ini, dapat dipahami bahwa teater Koma memiliki strategi public relation yang sangat baik dan terkonsep dengan rapih sehingga mampu meraup penonton hingga mencapai 20.000 penonton setiap pertunjukkan.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang dengan segala keindahan-Nya telah mengkaruniakan penulis hidup yang indah sehingga berbagai kesulitan dapat penulis lalui dengan perasaan bahagia dan penuh syukur.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, Muhammad SAW. Beliaulah Sang Pembawa misi kebenaran sepanjang zaman dan semoga dengan kasihnya kita dapat menjadi umatnya yang selalu dalam naungannya.

Selanjutnya, Penulis mempersembahkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini:

1. DR. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, beserta jajarannya.

2. Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta ibu Fita Fathkhurokhmah M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dengan sabar dan memberikan banyak ilmu kepada peneliti selama peneliti menimba ilmu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.

3. Bapak Ade Masturi, MA selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar mengajarkan, membantu, mengarahkan dan meluangkan waktunya untuk peneliti. Semoga bapak selalu diberikan limpahan


(7)

karunia dan nikmat sehat serta senantiasa mendapat perlindungan dari Allah SWT.

4. Dosen-dosen Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi, yang namanya tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada peneliti. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT serta selalu diberi nikmat sehat dan ilmu yang bermanfaat.

5. Om Nano Riantiarno beserta sang istri tante Ratna Riantiarno selaku penanggung jawab Teater Koma, terimakasih sekali sudah mengizinkan peneliti menjadikan teater Koma sebagai objek penelitian, juga ilmu serta wawasan yang sudah diberikan kepada peneliti. Semoga Om dan Tante senantiasa diberi nikmat sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa. Dan khususnya untuk Teater Koma semoga terus berkembang dan semakin sukses agar selalu dibanggakan oleh masyarakatnya.

6. Secara khusus kepada kedua Orang tua terkasih ayahanda dan ibunda (Imrawady, SE dan Deswita) yang tak jarang dibuat kecewa oleh perilaku peneliti. Terima kasih Pah, Mah, untuk semua dukungan, kelembutan kasih sayang, materi, juga kesabaran dalam merawat peneliti serta doa-doa indah yang selalu kalian lantunkan untuk peneliti. Semoga kalian selalu diberikan nikmat sehat juga selalu dalam lindungan rahmat dan hidayah dari Allah sang pencipta langit dan bumi.


(8)

7. Kakak ku tersayang, Yenita Indrayati, Amd. Keb. Terimakasih kakak

telah mencurahkan kasih sayang, do‟a serta dukungan yang berlimpah

kepada peneliti. Semoga kakak selalu sehat dan dilindungi oleh Allah SWT.

8. Teman-teman KPI D 2011, yang mungkin tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih kawan untuk cerita dan kisah-kisah indah yang sudah kita ukir bersama, semoga kisah dan persahabatan kita tak lekang oleh waktu meski jarak nantinya akan memisahkan kita. Sukses selalu untuk kita semua.

9. Teman-teman KKN UINESCO, Fikri, Udon, Hilman, Siska, dara, Intan, Nadhiroh, Mariam, Hakim, Rusdy, Evi, Ela, Indana, Dede, Arif. Terimakasih kawan, kalian mampu membuat peneliti bahagia setiap kali berkumpul dengan kalian, juga dukungan serta doa yang kalian berikan selama penelitian ini. aku bangga bisa jadi bagian dari kalian. Sukses selalu untuk kita dan Desa Cijambe tempat kita mengabdi. 10.Kawan-kawan KPI A hingga E angkatan 2011, Kakak-kakak dan

adik-adik Mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, meski banyak yang tidak peneliti kenal tapi peneliti bangga dan bahagia menjadi bagian dari kalian. Semoga kita semua bisa membanggakan almamater kita.

11.Segenap Keluarga Besar Teater Syahid yang telah memberikan banyak sekali ilmu, pengalaman dan tempat peneliti berkeluh kesah disamping kegiatan kuliah. Khususnya kepada teman-teman angkatan 2011 Amel,


(9)

Idat, Elita, Zaza, Ari, Jafar, Julpong, Fiqi, Ocho, Rajab. Terimakasih keluargaku, aku banyak belajar dari semuanya. Terimakasih sudah membuat peneliti jadi lebih baik dan lebih produktif. Sukses selalu untuk teater Syahid dan orang-orang didalamnya.

12.Teman-teman kosant, Ella, Tria, Itha, Anni, Azizah. Terimakasih neng sudah selalu perhatian, mendukung, membantu juga menghibur peneliti selama mengerjakan penelitian ini. semoga kita semua lulus dengan nilai yang membanggakan. Tak lepas doa-doa indah kuucapkan kepada kalian agar senantiasa diberi nikmat sehat, rezeki yang bermanfaat, juga kesuksesan dimasa mendatang. Semoga persahabatan ini tak pernah putus hingga kelak kita saling berjauhan. 13.Spesial untuk seorang lelaki hebat Iman Hamdani. Terima kasih ya

sudah selalu menemani dan banyak membantu peneliti lewat do‟a, dukungan serta motivasi demi lancarnya penelitian ini. semoga kau senantiasa sehat, diberi rezeki yang bermanfaat, sukses selalu juga bahagia yang tak terhingga.

Dan kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi baik yang telah kalian berikan. Akhirnya teriring salam dan doa, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 6

1. Pembatasan Masalah... 6

2. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian………... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Metodologi Penelitian……….... 9

1. Paradigma Penelitian... 9

2. Pendekatan Penelitian... 9

3. Metode Penelitian... 10

4. Subjek dan Objek Penelitian... 11

5. Teknik Pengumpulan Data... 11

6. Teknik Analisis Data... 13

7. Teknik Penulisan... 16

F. Tinjauan Pustaka………. 17


(11)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi……… 19

1. Pengertian Strategi……… 19

2. Tahap –Tahap Strategi...……… 22

B. Public Relation…...………... 24

1. Pengertian Public Relation... 24

2. Proses Public Relation... 26

a. Penelitian (Research)... 26

b. Perencanaan (Planning)... 27

c. Pelaksanaan (action)... 28

d. Evaluasi (evaluation)... 30

C. Teater …...………... 31

1. Pengertian Teater…...………... 31

2. Sejarah Teater di Indonesia…...……….. 35

3. Minat Penonton... 37

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Berdirinya Teater Koma………..……….. 39

B. Profil Umum Teater Koma……….. 43

C. Visi dan Misi Teater Koma...………. 46

D. Sistem Kerja Teater Koma..……… 47

E. Produksi Teater Koma dari Masa ke Masa... 54

1. Era Tahun 70-an... 54

2. Era Tahun 80-an... 55

3. Era Tahun 90-an... 56


(12)

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Penelitian...………. 59

B. Perencanaan...………. 61

1. Strategi Door to Door... 62

2. Strategi Kedekatan... 63

3. Strategi Media Online... 65

4. Strategi Publikasi... 68

5. Strategi Database... 69

C. Pelaksanaan... 70

D. Evaluasi... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 80

B. Saran………...….... 82

DAFTAR PUSTAKA... 84


(13)

DAFTAR TABEL

1. Tabel.1 Daftar Tim Produksi Teater Koma... 49


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena semua kegiatan yang kita lakukan menggunakan komunikasi. Komunikasi juga bagaikan urat nadi dalam kehidupan sosial manusia. Bahkan bisa dikatakan tidak mungkin jika seseorang dapat menjalani kehidupannya tanpa berkomunikasi. Sebab tanpa komunikasi manusia tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi (khalifah). Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi.1 komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai.

Jadi, secara umum komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Apapun jenis aktivitasnya manusia pasti memerlukan komunikasi, baik komunikasi secara individu, kelompok maupun organisasi. Dan teater menjadi salah satu media yang dapat mengkomunikasikan pesan-pesan kepada masyarakat.

Sedangkan teater berasal dari bahasa Yunani yakni teatron, artinya tempat melihat, Atau area yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para

1

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.377


(15)

dewa.2 Dan berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsa nya dikemas dalam suatu karya yang disebut sebagai seni. Didalam menyatakan rasa dan karsa tersebut, alat atau media utamanya ditunjang oleh berbagai unsur pendukung, seperti gerak, suara, bunyi, dan rupa.3

Jadi, teater memiliki alat utama dan alat penunjang, dimana alat utamanya adalah tubuh manusia itu sendiri yang biasa kita sebut dengan aktor atau aktris, aktor ataupun aktris menjadi sorot utama atau media utama yang menjadi perhatian utama para penonton, baru kemudian unsur yang dapat mendukung aktor/aktris tersebut diantaranya gerak seperti gerak tubuh, bunyi dan sejenisnya, kemudian suara seperti kata atau ucapan, dan bunyi seperti efek bunyi atau musik, dan yang terakhir rupa seperti cahaya, sinar lampu, kostum.4

Teater mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya dan mampu menimbulkan dampak. Teater juga bisa dikatakan sebuah gerakan sosial yang mungkin menjadi profesi tertua setelah kekuasaan politik, mengingat teater berkembang sejak zaman yunani kuno. Didalamnya terkandung unsur-unsur komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang diinginkan, kepuasan pribadi, pembangunan serta pengembangan diri,

2

Nano Riantiarno, Kitab Teater, (Jakarta: Grasindo, 2011), h.1

3

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 4


(16)

pembelajaran terhadap pengalaman hidup, penghargaan bagi manusia dan alam, serta tanggung jawab. 5

Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan kombinasi dari berbagai bentuk seni. jika disejajarkan dengan jenis-jenis kesenian lainnya, teater akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik. Berbeda dengan film, mungkin film bisa ditonton berungkali dan pesan yang sampai akan sama ketika menonton untuk yang kesekian kalinya, maka dari itu tidak heran jika film menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyampaian pesan kepada penontonnya. Namun teater memiliki cara dan keunikan tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesannya, dimana media utamanya adalah tubuh sang aktor dan panggung menjadi media tempat mereka menyampaikan pesan-pesan tersebut. sangat berbeda ketika kita melihat pertunjukkan teater secara langsung dengan menonton di tayangan ulang yang sudah berbentuk rekaman/video.

Sesungguhnya hakikat seni teater adalah pertunjukkan langsung. Karena jika sudah direkam itu berarti beberapa esensi dari pertunjukkan tersebut telah lenyap. Dimana aura-aura prima dari para aktor sudah tidak terasa lagi, juga artistik dan seluruh unsur penunjang sudah berupa tayangan ulang. Berbeda saat kita menyaksikan pertunjukkan teater secara langsung, seluruh unsur yang ada dalam pertunjukkan tersebut adalah bagian dari pertunjukkan. Semua yang ada memiliki arti tersendiri baik itu berbentuk verbal maupun simbol-simbol. Tidak hanya aktor yang menjadi sorotan para penonton,

5


(17)

namun juga segala yang ada disekitarnya, seperti makeup, kostum, artistik, setting panggung, lighting, properti, handprop (property yang melekat ditangan/dipegang) dan masih banyak lagi, bahkan penonton menjadi salah satu unsur penunjang dari pertunjukkan tersebut. penonton akan dibawa kedalam pertunjukkan tersebut, bagaimana jiwa dan raga kita berada dalam satu emosi dengan para aktor serta semua unsur penunjangnya, sehingga penonton dengan bebas dapat menyaksikan apa-apa yang ada dan yang terjadi diatas panggung. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan terasa lebih efektif. Mungkin film dapat diulang beberapa kali ketika mengalami kesalahan saat pengambilan adegan, namun tidak dengan teater, apapun yang terjadi saat pengadeganan akan menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan tanpa bisa diperbaiki. Oleh karenanya diperlukan latihan berbulan-bulan untuk dapat meraih hasil akhir yang terbaik juga meminimalisir kesalahan-kesalahan saat pertunjukkan tiba.

Namun nyatanya, sampai saat ini film masih menjadi media utama yang diminati oleh masyarakat. Orang-orang bahkan tak segan memesan tiket bioskop terlebih dahulu sebelum film tersebut dikeluarkan. Film memang salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan. Tidak sulit bagi para penggiat film untuk menarik para penonton agar menonton film-film mereka.

Saat ini, teater masih bisa dikatakan media atau hiburan untuk masyarakat kelas menengah keatas. Juga keterbatasan media massa dalam menayangkan dan menyebar luaskan seni teater. Seolah teater menjadi topik


(18)

yang tidak laku, berbagai pertunjukkan teater hanya diminati oleh kalangan sesama teaterawan atau pencinta seni. Melihat perbandingan jumlah penonton yang ada antara film dan teater. Teater seolah menjadi produk yang

“eksklusif” ditengah masyarakat, menjadikannya terpisah dalam kehidupan

sehari-hari hanya bisa diakses dan dinikmati oleh mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk itu. Padahal sesungguhnya teater sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, karena pertunjukkan-pertunjukkan yang diangkat berasal dari fenomena atau kejadian sehari-hari yang ada di masyarakat.

Indonesia masih menjadi negara yang asing untuk menjadikan pertunjukkan seni teater menjadi bagian dalam kehidupan mereka sehari-sehari. Hal inilah yang menjadi dampak bahwa penonton teater tidak berkembang. Ditengah polemik ini, ternyata masih ada teater yang sejak awal berdiri mengalami perkembangan yang sangat baik bagi kelangsungan kesenian di Indonesia, ia bernama teater Koma, yang didirikan oleh seniman bernama Nano Riantiarno sejak tahun 1977 di Jakarta. Teater koma termasuk kedalam teater kontemporer/teater modern. Mengingat ciri-ciri teater modern adalah memiliki tempat khusus untuk pergelaran, penyaji dan penonton dipisah, jika dipanggung prosenium terdapat tirai-tirai yang diangkat dan diturunkam sebagai penanda pentas dimulai atau telah selesai, penonton harus membayar karcis, dan fungsinya hiburan, lakon sejalan dengan zamannya,


(19)

idiom-idiom modern digunakan, terdapat naskah drama sebagai acuan jalannya sebuah pertunjukkan .6

Dan teater Koma sampai saat ini masih konsisten terhadap pertunjukkan-pertunjukkan yang mereka sajikan dan sukses mempertahankan penonton-penonton setianya, teater Koma sudah memiliki penonton-penonton tetap yang secara pasti menyaksikan setiap pertunjukkan mereka berlangsung. Biasanya penonton-penonton tersebut akan menyebarkan informasi pertunjukkan teater Koma kepada kerabat dan orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya mereka menonton teater Koma. karena di beberapa pertunjukkan, peneliti pernah menemukan fenomena penonton baru yang baru pertama kali menonton teater Koma, bahkan tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota. Hal inilah yang menjadi percontohan bagi teater-teater di Indonesia untuk bisa menarik minat masyarakat agar menonton pertunjukkan teater..

Maka, berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti ingin menyusun skripsi dengan judul: “Strategi Public Relation Teater Koma

dalam Menarik Minat Penonton

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Media untuk menyampaikan pesan-pesan moral memang sangat banyak. Televisi, film, dan sebagainya kini menjadi media utama yang banyak digunakan oleh masyarakat. Namun teater memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri bagi siapapun yang menyaksikan pertunjukkannya.

6


(20)

Sehingga pesan-pesan yang disampaikan kepada penonton akan lebih efektif. Dan agar penelitian ini lebih terarah dan pembahasannya tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan pembatasan masalah.

Adapun pembatasan masalahnya yakni pada strategi public relation yang digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan Teater Koma.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan diatas, maka rumusan masalah yang akan peneliti teliti adalah:

a. Bagaimana perencanaan strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton?

b. Bagaimana pelaksanaan strategi Public Relation teater Koma dalam menarik minat penonton?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rencana strategi apa yang digunakan oleh teater koma dalam menarik para penonton.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan strategi yang telah mereka rencanakan dalam menarik minat penonton.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat secara:

1. Secara Teoritis, yaitu memberikan sumbangan wawasan keilmuan, khususnya mengenai keikutsertaan teater dalam menjaga dan


(21)

memelihara kesenian melalui pengemasan sebuah pertunjukkan di teater Koma.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam perkembangan kajian kesenian khususnya mengenai kajian yang berhubungan dengan seni teater dalam menarik minat penontonnya. Selain itu, semoga skripsi ini dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa di masa datang. 3. Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

rujukan bagi praktisi, seniman, serta pihak-pihak yang terlibat dalam dunia teater agar lebih memperhatikan strategi public relation apa yang akan digunakan agar mampu menumbuhkan minat masyarakat dalam menonton pertunjukkan teater khususnya teater Koma. Selain itu, semoga penelitian ini menjadi sebuah rujukan untuk meningkatkan kesadaran pelaku kesenian terhadap membangun minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan teater. Untuk masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran untuk lebih peduli tidak hanya pada cerita apa yang akan di sajikan oleh sebuah pementasan teater, tetapi hal-hal yang luput dari suatu pementasan. Tentunya peneliti mengharapkan penelitian ini bisa menambah wawasan bagi para pembacanya.


(22)

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna.7 Dua hal yang menjadi karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik pemaknaan dan proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi sebagai sebuah kegiatan yang dinamis.8

Paradigma konstruktivis bermula dari yang umum menuju yang spesifik, paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif serta pengetahuan diperoleh tidak melalui indra semata karena pemahaman mengenai makna adalah jauh lebih penting.9 Paradigma ini lebih menekankan pada pemahaman makna pada suatu realita dari yang paling umum hingga yang paling khusus.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.10 Penelitian deskriptif kualitatif sesungguhnya dapat dikatakan sebagai

7

Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h.42 8

Eriyanto, Analisis Framing: Ideologi, dan Politik Media, h.42.

9

Poerwandari, Kristi, Pendekatan kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPS3P, 2007), h.23

10

Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),h.24.


(23)

penelitian yang diarahkan pada pengukuran yang cermat terhadap suatu fenomena sosial tertentu.11 Dalam konteks ini peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta namun tidak melakukan pengujian hipotesis.

Menurut Crasswell dalam sebuah pendekatan kualitatif memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih penelitian jenis ini, yaitu: Pertama, sebuah penelitian yang lebih memperhatikan proses daripada hasil, Kedua, peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi, ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam pengumpulan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi di lapangan, dan Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.12

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus ini hanya terbatas pada suatu kasus-kasus tertentu yang sedang diteliti pada objek tertentu atau perusahaan yang bersangkutan13.

Metode studi kasus ini termasuk ke dalam riset lapangan, dimana peneliti meneliti suatu permasalahan tertentu secara khusus, peneliti bisa melakukannya dengan teknik survey maupun teknik eksperimen14.

11

Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., Metode Penelitian Komunikasi, h.24 12

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h.303

13

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2010) h.33

14


(24)

Peneliti terlebih dahulu membuat kerangka konseptual untuk kemudian melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya.

4. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah kelompok kesenian teater. Dalam hal ini adalah teater Koma.

b. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah strategi komunikasi apa yang digunakan oleh teater Koma dalam menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan mereka.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses komunikasi diadik, relasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab.15 Wawancara dilakukan secara bebas tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Sasaran wawancara adalah penanggung jawab teater Koma, yakni Ratna Riantiarno.

15

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: konteks-konteks Komunikasi,


(25)

b. Observasi

Observasi yang dimaksud adalah peneliti meneliti atau mencatat secara langsung peristiwa yang terjadi, peneliti juga bisa berperan sebagai partisipan dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek yang sedang diteliti16

Observasi dilakukan oleh peneliti tidak hanya menghasilkan data yang berasal dari pancaindra, namun juga dari apa yang dirasakan, disentuh, dicicipi dan sebagainya, semua itu dapat menjadi bahan pertimbangan penelitian selama peristiwa tersebut masih berkaitan dengan penelitian kita17.

Observasi dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung proses kegiatan yang berlangsung di teater Koma, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses pertunjukkan teater di teater Koma.

c. Dokumentasi

Yakni pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.18 Dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk melakukan interaksi dan terlibat langsung oleh suatu peristiwa yang bersangkutan.19 Dokumentasi juga dapat digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal, dokumentasi sebagai

16

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, h.221 17

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.133 18

Usman Husaini dan Akbar Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2003), cet ke-4, h.73

19


(26)

sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan atau bahkan mampu mendeskripsikan sebuah hal baru.

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh melalui pengumpulan data-data, literatur maupun kajian kepustakaan terkait masalah yang akan diangkat dan bisa didapatkan dari buku-buku, artikel, berita, foto dan lain-lain20

6. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data mengenai strategi public relation, teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis public relation oleh Cutlip, Center dan Broom. Menurut ketiganya, strategi public relation memiliki empat proses, diantaranya:

1. Research (penelitian)

Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.21

2. Perencanaan (planning)

Dari tahap awal akan berlanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahapan ini bertugas membaca situasi atau menyusun permasalahan, maka dengan membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan

20

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, h.144 21


(27)

didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.22 3. Pelaksanaan (action)

Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.23

4. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian, perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.24

Untuk memperkuat teknik analisis tersebut diatas, maka peneliti juga menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil data sementara yakni dari observasi (pengamatan), dokumentasi, dan wawancara. Setelah itu data-data tersebut dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, dan diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis setiap data atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam dan menyeluruh. Dalam menganalisis data terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut:

22

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126 23

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.130 24


(28)

a. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan lapangan.25 Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data, dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus, menulis memo, dan lain sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang relevan dan tidak mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.26 Data tersebut didapat dari observasi di teater Koma, yang beralamat di Bintaro, Jakarta Selatan.

b. Penyajian data, yakni mengumpulkan seluruh informasi yang sudah terarah untuk kemudian memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.27 Penyajian data kualitatif disajikan dalam teks naratif, penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan.28 Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun agar mudah dipahami.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji kebenaran, kecocokan, dan kekokohannya.29

25

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet ke-1, h. 85

26

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 27

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 28

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, h. 85 29


(29)

Peneliti menarik kesimpulan dari data wawancara narasumber, tinjauan teori dan mencantumkan data yang sudah akurat hingga dijadikan sebagai kesimpulan dari jawaban rumusan masalah.

Apabila seluruh data telah terkumpul maka untuk menganalisisnya digunakan teknik analisis deskriptif, yaitu peneliti berupaya mendeskripsikan kembali data-data yang telah terkumpul mengenai persepsi dan pemahaman tentang strategi komunikasi teater koma dalam menumbuhkembangkan minat para penontonnya.

Bogdan dan Biklen menyebutkan bahwa analisis data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan menemukan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.30

7. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan teknik penulisan

berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Karya iIlmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

30

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) h.248.


(30)

F. Tinjauan Pustaka

Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam tinjauan tersebut ditemukan beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan yaitu dalam hal penggunaan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya.

Adapun beberapa skripsi yang penulis temukan dan menjadi rujukan dalam meneliti diantaranya:

1. Strategi Komunikasi Public Relation Hotel Sofyah Betawi (Syariah) Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Terhadap Tamu oleh Nadya Ramayani

2. Strategi Publik Relation PT. Anugrah Bersama Sejahtera Dalam Menjalin Loyalitas Customer oleh Johan Alkautsar

3. Strategi Public Relations Pegadaian oyariah Cabang Ciputat Raya Dalam Membangun Kepuasan Layanan Terhadap Konsumen oleh Siti Muslipah

4. Strategi Public Relations Rabbani Dalam Mensosialisasikan Busana Muslim Modern

5. Strategi Komunikasi Rumah Busana RANTI Dalam Mensosialisasikan Busana Islami oleh Dian Putra.


(31)

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN yang akan memaparkan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL

yang akan menguraikan dan membahas teori-teori mengenai strategi public relation. Selain itu, bab ini juga membahas tentang apa itu kesenian teater: pengertian, sejarah dan perkembangannya serta kaitannya dengan menarik minat penonton.

BAB III GAMBARAN UMUM yang berisi profil dan sejarah berdirinya Teater Koma, juga visi dan misi, serta struktur kepengurusan Teater Koma.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA yang berisi temuan data dan analisis mengenai strategi public relation teater Koma dalam menarik minat penonton.


(32)

(33)

19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari dua suku dari bahasa Yunani yakni tratos dan agein,

dimana stratos berarti pasukan dan agein berarti memimpin, jadi strategi berarti ilmu mengenai memimpin pasukan.31 Asumsi awal yang mengawali kata strategi adalah para jenderal yang ingin memimpin pasukan menjelang genderang bendera peperangan dilaksanakan. Sehingga tidak mengherankan jika kata strategi sangat melekat dengan para pasukan militer dan pasukan-pasukan yang sifatnya memenangkan perang.32

Kini pemahaman mengenai strategi sudah meluas, perang yang awalnya memperebutkan kemerdekaan negara, ada pula perang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, kini strategi harus mencakup didalamnya kesepakatan bersama, interaksi satu sama lain, demi tercapainya tujuan bersama.33

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia cetakan ketiga (2005:1092) disebutkan strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan

31

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: Center for Strategicand Internasional Studies-CSIS, 1978), hal.7

32

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi:Sebuah Konsep Pengantar,

(Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), h.8 33


(34)

damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Dari paparan pengertian diatas, strategi berarti ilmu untuk melaksanakan suatu hal tertentu menggunakan kebijakan atau cara-cara yang telah ditentukan sehingga tujuan yang inginkan dicapai dapat terlaksana lebih mudah dan terarah, juga strategi mencakup kedalam beberapa faktor, yakni faktor kesepakatan bersama, faktor interaksi satu sama lain, agar tidak terjadi kesalahpahaman satu sama lain.

Strategi juga bagaimana kita mampu membaca sekitar dan memahami lebih dalam apa-apa yang terjadi disekitar sehingga strategi yang ingin digunakan akan lebih mudah dan langsung mengarah ke sasaran.

Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar, selain itu strategi juga memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang.34

Menurut Steinner dan Meinner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.35

34

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.19

35

George Steinner dan John Meinner, Manajemen Strategi, penerjemah: Agus Dharma,(Jakarta: Erlangga, 1999) h.20


(35)

Dengan demikian, strategi merupakan cara atau rencana akan suatu hal demi mencapai tujuan yang diharapkan agar sasaran yang dituju terarah dan khusus. Strategi juga mencakup berbagai faktor didalamnya seperti interaksi satu sama lain, internalisasi terhadap keadaan sekitar, juga pembacaan keadaan terhadap situasi yang terjadi juga mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Kini strategi banyak digunakan didalam sebuah organisasi untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya, juga strategi menjadi media komunikasi dalam menyatukan aspirasi dari berbagai perorangan agar mencapai kata sepakat demi tercapainya tujuan. Namun nyatanya pada abad ini strategi tidak hanya dapat digunakan oleh organisasi atau sekumpulan lembaga yang mengharuskan banyak anggota, melainkan strategi kini dapat digunakan oleh individu setiap manusia untuk mencapai maksud dan tujuan yang diinginkan.

Menurut Ali Murtopo, strategi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yang pertama memusatkan perhatian pada kekuatan, artinya mengoptimalkan semua yang dimiliki termasuk apa-apa yang menjadi landasan khusus strategi tersebut dalam menguatkan strategi yang sudah dirancang dan dikemas sedemikian rupa, karena kekuatan menjadi titik utama dalam fokus perencanaan strategi; yang kedua yakni memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak serta analisa aksi, yang berarti strategi mencakup berbagai hal yang mengharuskan objeknya mampu menganalisa semua yang ada dan yang terjadi; ketiga strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut, pada ciri-ciri


(36)

kali ini mengasumsikan bahwa tujuan menjadi alasan mengapa strategi itu digunakan dan strategi tersebut dapat muncul karena kita sudah terlebih dulu mengetahui tujuan yang akan dicapai, oleh karenanya strategi menjadi penguat demi tercapainya tujuan yang diharapkan; keempat berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan kemudian melakukan analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan tersebut.36

2. Tahap - Tahap Strategi

Dalam proses penerapan strategi, tahapan strategi menurut Fred R. David menjadi dasar utama arau acuan untuk melaksanakan strategi ke yang lebih khusus dan spesifik, karena hal itu akan membantu keakuratan dari penelitian tersebut. Dalam bukunya Fred R. David mengemukakan bahwa sebuah strategi dapat teruji keberhasilannya jika telah melalui ketiga tahapan dasar berikut, tahapan-tahapan tersebut diantaranya:

a. Perumusan Strategi

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun strategi apa yang akan digunakan. Pada tahap ini antara lain bertugas menetapkan visi dan misi, mengidentifikasi, peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari sudut pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan

36


(37)

keunggulan yang dimiliki organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka panjang, membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dicapai.37

b. Implementasi Strategi

setelah melakukan perumusan dan menetapkan strategi yang digunakan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan atau menerapkan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Pada tahap ini memerlukan suatu keputusan dari pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat dilaksanakan.38 Implementasi strategi atau disebut juga dengan penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang sportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi, dan pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.39

c. Evaluasi Strategi

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan strategi. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui ketika ada strategi yang sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai

37

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6 38

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.6 39


(38)

faktor eksternal dan internal yang terus menerus dapat berubah. Evaluasi strategi terdapat tiga aktivitas yang dianggap sangat krusial, diantaranya mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur performa dan mengambil langkah korektif.40 Evaluasi Juga dapat menjadi tolok ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan juga untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai atau belum.

B. Public Relation

1. Pengertian Public Relation

Untuk memahami Public Relation (PR) dengan lebih luas maka kita dapat menelaah pendapat para pakar. Onong Uchjana didalam bukunya mengemukakan definisi dari Cutlip, Center dan Broom yang menyatakan bahwa public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.41

Prof Marston yang dikutip oleh Onong Uchjana mengatakan bahwa

public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara sebuah organisasi

40

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, h.7 41

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, (Bandung: CV Mandar Maju, 2009), h.116


(39)

demi kepentingan publik, dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk meraih pengertian umum dan dukungan publik.42

Adapula Rex Harlow mendefinisikan PR yang juga dikutip oleh Onong dalam bukunya, PR adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, serta kerja sama; melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu menajemen menjadi tahu dan tanggap terhadap opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; juga menggunakan penelitian dengan teknik komunikasi yang baik sebagai sarana utamanya.43

Dari definisi barbagai pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya PR mengedepankan kesejahteraan umum dalam hal ini publik. Publik sebagai media untuk melaksanakan komunikasi menjadi sarana atau dasar utama mereka mengemukakan definisi-definisi tersebut. Para ahli tersebut juga mengungkapkan pentingnya fungsi manajemen bekerja demi pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya. PR juga bertujuan melakukan perubahan yang efektif, sehingga akan terbukti apakah manajemen yang mereka lakukan berhasil atau tidak.

42

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.117 43


(40)

2. Proses Public Relation

Seperti yang telah peneliti uraikan sebelumnya pada hal tahapan strategi, PR juga melakukan cara-cara tersebut dengan mengkombinasikan kepentingan dan tujuan PR. Ada empat tahapan PR yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center yang dikutip oleh Onong dalam bukunya. Keempat tahapan PR tersebut adalah:

a. Research (Penelitian)

Tahapan ini merupakan tahapan dalam mengumpulkan fakta dan data yang berkaitan dengan hal atau objek yang akan dikerjakan, segala keterangan harus diperoleh dengan selengkap dan seakurat mungkin karena menghindari hal-hal fatal dikemudian hari.44 Pada saat pencariannya memerlukan waktu, tenaga dan biaya. Imajinasi kreatif sangat diperlukan pada saat ini, dengan ide-ide kreatif yang mendalam akan menghasilkan konsep maupun gambaran luas mengenai projek tersebut, dengan imajinasi kreatif juga akan menghindari atau memperkecil kendala-kendala yang akan terjadi, juga munculnya antisipasi dalam mengatasi kendala tersebut. Data-data atau konsep yang sudah didapat kemudian diolah kembali agar data memperoleh data yang benar-benar matang lalu akan dipisahkan dan dikelompok-kelompokkan agar memudahkan nanti saat penggunaannya.45

44

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.125 45


(41)

b. Perencanaan (Planning)

Dari tahap awal akan berlanjut ke tahap perencanaan. Dalam tahapan ini bertugas membaca situasi atau menyusun permasalahan, maka dengan membaca atau menyusun permasalahan yang terjadi maka akan didapatkan kesimpulan dalam mengatasi maupun memilih orang-orang yang tepat dan berhak menangani setiap permasalahan tersebut.46

Dalam perencanaan diperlukan pemikiran yang matang, oleh karenanya pada tahapan ini merupakan salah satu tahapan penting yang ikut menentukan sukses tidaknya sebuah pekerjaan PR keseluruhan. Perencanaan ini menghendaki penglihatan keseluruhan, mulai dari perkiraan yang jauh kedepan, ke belakang dan sekelilingnya.

Sebuah rencana adalah campuran dari kebijaksanaan (policy) dan tata cara (procedure).47 Kebijaksanaan dari pimpinan PR ini menjadi pedoman bagi pemikiran dan tindakan para petugas yang akan bekerja nantinya, sedangkan tata cara meliputi pemilihan tindakan yang akan dijalankan kelak dalam tahap pelaksanaan. Perencanaan ini sangat bermanfaat bagi pimpinan PR, dan anggota yang menjalankan, karena sukses tidaknya proses PR ini sangat bergantung tahap perencanaan, karena seluruhnya yang akan

46

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.126

47


(42)

dikerjakan pada tahap pelaksanaan harus dipikirkan matang-matang pada tahap ini.

c. Pelaksanaan (action)

Sama halnya dengan impelementasi strategi, pada tahap ini merupakan tahapan inti dari seluruh apa-apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahapan ini, seluruh pihak yang bertugas harus melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan gambaran konsep pada perencanaan lalu. Agar tidak terjadi penyimpangan strategi maupun hasil yang tidak memuaskan dan diluar harapan.

Pada tahap ini hubungan antara pimpinan PR kepada para anggota sangat dibutuhkan, semuanya harus menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik mungkin. Betapa pentingnya komunikasi yang terjalin pada tahapan ini agar memberikan kemudahan sirkulasi kerja yang maksimal.48

Dalam pelaksanaan, akan ada saja hal-hal yang tidak terduga yang terjadi, oleh karenanya mengapa diperlukan penemuan pengolahan data yang matang, juga orang-orang yang berkompeten dibidangnya.

Ada 7 hal penting yang termasuk dalam tahap pelaksanaan menurut Cutlip, Center dan Broom yang dikutip oleh Neni yakni sebagai berikut:

48


(43)

Credibility, dalam hal ini dimaksudkan bahwa kegiatan komunikasi

dimulai dengan “a climate of belief”, terutama untuk dimainkan

oleh peran seorang sumber komunikasi dimana ia haruslah seorang yang dianggap berkompeten.49 Yang kedua Context, dalam hal ini suatu program komunikasi haruslah dapat berhadapan dan menyesuaikan dengan realitas dan lingkungan dimana komunikasi itu dilancarkan, yang terpenting adalah pesan tersebut harus disampaikan sesuai dengan penerimanya (sasaran).50Content, yang dimaksudkan adalah bahwa pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh audience yang menerimanya, bukan hanya dimengerti oleh komunikatornya.51 Selanjutnya Clarity, pesan yang disampaikan harus menggunakan term-term yang sederhana, kata-kata yang digunakan harus mempunyai arti yang sama baik bagi komunikator maupun komunikan.52 Continuity and Consistency,

komunikasi adalah proses yang tidak ada henti-hentinya dan dilakukan secara terus menerus, oleh karena karakternya demikian maka harus diupayakan agar terdapat variasi dalam pengaplikasiannya disamping kontinuitasnya terjaga.53 Channels,

eksistensi media komunikasi harus dapat dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan komunikasi, juga memberikan dampak

49

Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas, 2007) h.153

50

Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.153

51

Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154

52

Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154

53


(44)

manfaat bagi komunikannya, pemilihan jenis media diupayakan dapat menjangkau publik sasarannya.54 Yang terakhir Capability of the audience, komunikasi akan efektif jika kebutuhan audience terpenuhi juga meliputi faktor-faktor sarana dan prasarana yang ada.55

d. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan tahap terakhir setelah tahap penelitian, perencanaan, dan pelaksanaan. Sebelumnya dalam tahap pelaksanaan, tidak jarang terjadi perubahan suatu program yang telah direncanakan. Dan memang setiap program dalam tahap perencanaan harus kenyal, tidak kaku, demi lancarnya kegiatan yang dilakukan.56

Sehingga tujuan utama dari evaluasi ialah untuk mengetahui apakah kegiatan PR benar-benar dilaksanakan menurut rencana berdasarkan hasil penelitian atau tidak. Jadi evaluasi sangat penting. Karena tanpa penilaian, tidak akan diketahui sampai dimana kelancaran kegiatan PR yang telah berlangsung.

Seperti dalam tahap-tahap lainnya, dalam tahap evaluasi ini pun pimpinan PR hendaknya bekerja dengan teliti dan seksama. Dalam hal ini kejujuran merupakan faktor paling penting, semua data-data harus faktual, pimpinan tidak boleh memberikan tafsiran, apalagi penyelewengan fakta, jika terjadi demikian, maka pemimpin

54

Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.154

55

Neni Yulianita, Dasar- dasar Public Relation, h.155 56


(45)

tersebut tidak fungsional.57 Oleh karenanya pentingnya mengumpulkan fakta dari awal tahapan dilakukan agar memudahkan saat evaluasi. Sehingga akan diketahui nantinya apa saja yang menjadi kendala, apa saja yang memudahkan, dan berhasil atau tidak strategi tersebut.

C. Teater

1. Pengertian Teater

Teater berasal dari bahasa Yunani yakni “Teatron” yang berarti tempat yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para dewa.58

Teater dapat juga diartikan mencakup gedung, para pekerja (pemain dan kru), sekaligus kegiatannya (seluruh peristiwa yang terjadi didalamnya),adapula yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan baik dipanggung tertutup maupun diarena terbuka.59

Suatu peristiwa yang mencakup tiga unsur didalamnya (pekerja, tempat, peristiwa) maka itu adalah teater.60

Jadi, sejatinya teater menurut Nano Riantiarno dalam bukunya

“Kitab Teater” adalah sebagai berikut:

“Suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya mewujud dalam suatu karya (seni)”61

57

Onong Uchjana Effendy, Human Relation & Public Relation, h.131 58

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 59

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 60


(46)

Teater merupakan gerakan sosial dan bisa jadi merupakan profesi tertua setelah kekuasaan politik, didalamnya terkandung komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras, pengembangan karakter, kreativitas yang menuntut kita lebih kritis, demi hasil akhir yang terbaik.62 Teater menuntut para pekerjanya untuk bekerjasama dalam membangun sebuah karya seni agar mampu dinikmati oleh masyarakat, bukan semata demi kesuksesan individu.

Teater sebagai sebuah hasil karya seni merupakan satu kesatuan yang utuh antara aktor (media utamanya) dengan semua unsur penunjang yang mendukung peristiwa tersebut. Kita bisa berpandangan mengenai teater lewat empat cara, yakni:

(a)Sebagai hiburan atau Hiburan;63 hiburan dalam huruf h (huruf kecil) adalah yang berarti teater berfungsi sebagai suatu hiburan semata, yang semata-mata hanya menghibur untuk menghilangkan penat selama beraktifitas, sedangkan H (huruf kapital) adalah teater sebagai objek tempat dimana masyarakat dapat menyaksikan hiburan dari segala sudut pandang yang berbeda, juga masyarakat dapat menjadikan teater sebagai tempat yang paling tepat melihat kondisi sosial politik yang sedang terjadi dalam konteks menghibur.

61

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1 62

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2 63


(47)

(b)sebagai alat pendidikan;64 selain berfungsi sebagai hiburan teater juga dapat menjadi media atau alat pendidikan, karena teater juga sangat dekat dengan pendidikan, didalamnya terkandung pesan-pesan moral yang mengajak para penonton untuk melakukan internalisasi mengenai apa yang disampaikan oleh pertunjukkan tersebut.

(c)sebagai senjata sosial/politik;65 teater sangat dekat dengan masyarakatnya. Karena pertunjukkan yang digelar biasanya merujuk atau transpirasi dari kondisi yang tengah terjadi disekitar. Termasuk disaat masyarakat sudah penat dan jenuh dengan keadaan sosial politik saat ini, teater bisa menjadi media yang sangat efektif untuk melancarkan aksi kepada para politisi maupun lembaga yang bersangkutan, sebab di dalam teater terdapat aksi dialog serta tempat masyarakat mengeluarkan apa yang dirasa selama ini.

(d)sebagai dokumen sejarah.66 Teater banyak mementaskan cerita mengenai sejarah atau kisah-kisah yang sudah ada, baik sejarah sosial politik maupun sejarah etalase kehidupan. Sejarah bisa dikenang dan diabadikan melalui teater, teater mementaskannya, menceritakan isi dari kisah tersebut yang dikemas sedemikian rupa agar bisa dinikmati oleh khalayak.

64

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 65

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 66


(48)

Setiap orang yang menonton pertunjukkan teater sudah pasti melihat teater dengan sudut pandang yang berbeda, dan itu sah-sah saja. Karena para sutradara biasanya membebaskan para penontonnya mengambil kesimpulan apa saja dari pementasan yang berlangsung.

Oleh karenanya tidak jarang usai pementasan berlangsung biasanya diadakan diskusi kecil yang isinya membahas tentang pertunjukkan tersebut, diskusi mencakup berbagai kalangan, mereka saling bertukar pikiran mengenai apa saja yang didapat ketika menyaksikan pertunjukkan tersebut.

Sebagai sebuah bidang seni, teater membantu manusia memahami dunianya atau membantu manusia dalam memaknai kehidupan, teater juga membantu kita dalam membentuk persepsi mengenai realita kehidupan yang ada melalui imajinasi, intelektual, dan emosi.67

Teater terdiri dari unsur-unsur sastra drama, seni peran, seni gerak, seni suara, seni musik, seni rupa, arsitektur.68 Perbedaan pada setiap pertunjukkan/kelompok teater adalah terletak pada cara penyajiannya (kemasannya), biasanya setiap kelompok teater memiliki ciri khas menurut aliran teori yang dianutnya masing-masing

67

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.3 68


(49)

2. Sejarah Teater di Indonesia

Nano Riantiarno meringkas sejarah teater modern yang ada di Indonesia menurut Jakob Sumardjodi dalam bukunya “Kitab

Teater”(2011 : 27) menjadi lima periode:

I. MASA PERINTISAN TEATER MODERN (1885 - 1925) a) Teater bangsawan (1885 - 1902)

b) Teater Stamboel (1891 - 1906) c) Teater Opera (1906 - 1925)

II. MASA KEBANGKITAN TEATER MODERN (1925 - 1941) a) Miss Robert Orion (1925)

b) Dardanella Opera (1926 - 1934) c) Awal Teater Modern Indonesia (1926)

III. MASA PERKEMBANGAN TEATER MODERN (1942 - 1970) a) Teater di Zaman Jepang

b) Teater Tahun 1950-an c) Teater Tahun 1960-an

IV. MASA TEATER MUTAKHIR 1970-an – 1980-an

V. TEATER KONTEMPORER/TEATER MASA KINI(1980-an hingga sekarang.)

Sebelum munculnya teater modern atau teater kontemporer, di Indonesia sudah terdapat teater rakyat dan teater tradisional. Baik teater rakyat dan teater tradisional terbagi menjadi dua bentuk, di antaranya teater orang dan


(50)

teater boneka.69 Teater orang diadakan di istana raja contoh pementasannya seperti wayang wong dan tari bedoyo, bisa juga diadakan dikalangan masyarakat umum pementasan yang disajikan seperti ketoprak, lenong, ludruk.70

Sedangkan teater boneka biasanya juga diadakan di istana raja, jenis pementasannya seperti wayang golek/wayang kulit, dan juga bisa diadakan di kalangan masyarakat umum jenis pementasannya adalah wayang krucil.71

Jadi diperkirakan sebelum tahun 1885 teater sudah masuk ke Indonesia yang disebut sebagai teater tradisional / teater rakyat.

Teater Koma sudah termasuk ke dalam teater modern. Karena mengingat ciri-ciri teater modern adalah diantaranya: memiliki tempat khusus untuk pergelaran; penyaji dan penonton dipisah; jika pementasan di panggung prosenium terdapat tirai-tirai (layar) yang diangkat dan diturunkan sebagai penanda bahwa pertunjukkan akan dimulai atau telah selesai; penonton harus membayar karcis; fungsinya hiburan; lakon sejalan dengan zamannya; idiom-idiom modern digunakan; bahasa yang dipakai melayu rendah, melayu tinggi, bahasa Indonesia; ada pegangan cerita tertulis atau naskah dramanya.72

Dari penjelasan ciri-ciri teater modern diatas, maka bisa dikatakan bahwa teater-teater yang berkembang saat ini rata-rata sudah menjadi teater modern atau teater masa kini, termasuk teater Koma didalamnya.

69

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.27 70

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.27 71

Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.28 72


(51)

3. Minat Penonton

Jika ditinjau dari ilmu komunikasi, maka minat penonton termasuk sebagai komunikan. Karena penonton berperan sebagai penerima pesan atau sebagai penerima apa-apa yang disajikan oleh teater Koma.

Menurut Hafied Cengara dalam bukunya “pengantar ilmu komunikasi” ,

menyebutkan bahwa apa yang disebut sebagai komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh sumber pesan, penerima pesan bisa terdiri dari satu orang atau lebih maupun terdiri dari kelompok, partai bahkan negara.73 Komunikan juga bisa berperan sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca.74

Ada banyak sebutan untuk para penerima pesan, bisa disebut komunikan, khalayak, sasaran, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau

receiver.75

Penerima pesan atau komunikan sangat penting dalam tataran komunikasi, karena pesan akan dikirim lalu diolah melalui komunikan, dimana komunikan menerima pesan yang telah diberikan dan diolah maka akan terjadi perubahan yang diinginkan. Namun, jika pesan tidak diterima oleh komunikan maka akan terjadi perubahan yang tidak diinginkan atau akan terjadi gangguan komunikasi, oleh karenanya hal-hal seperti itu yang

73

Hafied Cengara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005), h.25 74

Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2003) h.76

75


(52)

terkadang menjadi pemicu terjadi kesalahpahaman maupun kesalahan-kesalahan lainnya.

Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melakukan komunikasi, maka mengenal lebih dalam si penerima pesan atau komunikan merupakan hal yang sangat penting, karena itu berarti kita sudah melakukan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan berkomunikasi.76 Karena setiap orang pasti berbeda karakter, berbeda pula cara kita menyikapinya. Begitu pula pada teater Koma, dengan berbagai karakter masyarakat yang menjadi sasaran komunikasinya, maka teater Koma harus menyajikan pertunjukkan sebaik mungkin agar bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat. Dan penonton bagi teater Koma merupakan salah satu sasaran utama mengapa dibuatnya pertunjukan-pertunjukan tersebut.

76


(53)

(54)

39

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Berdirinya Teater Koma

Saat itu di Jakarta, Pada tanggal 1 Maret 1977, ada dua belas seniman yang bergabung dan bermaksud mendirikan sebuah kelompok kesenian teater yang diharapkan dapat memberikan warna yang berbeda dengan teater yang sudah ada. Adapun dua belas pendiri tersebut diantaranya: Nano Riantiarno, Ratna Madjid, Sjaeful Anwar, Rudjito, Rima Melati, Jajang Pamontjak, Titi Qadarsih, Cini Goenarwan, Jimi B. Ardi, Otong Lenon, Zaenal Bungsu dan Agung Dauhan. Mereka merembukkan rencana tesebut tepatnya dirumah salah seorang anggota yakni dirumah Abdul Madjid di jl. Setiabudi Barat No.4, Jakarta Selatan.

Kemudian nama kelompok tersebut disepakati yakni TEATER KOMA. koma, yang berarti metafora yang mengartikan „gerak berkelanjutan, senantiasa berjalan, tidak ada henti, tak mengenal titik‟. Punya nafas panjang, senantiasa berkiprah, mengembara dalam ruang kreatifitas, terus mencari dan berupaya menemukan hal-hal yang bermakna.77

Ada dua tujuan pokok yang menjadi landasan dalam kerja teater koma: 1. Membentuk kelompok menjadi wadah, semacam workshop yang

berupaya mencari berbagai kemungkinan pengucapan lain. Naskah-naskah drama yang digali kandungan idenya, lebih diutamakan karya

77


(55)

para penulis Indonesia, kemudian workshop akan diarahkan menuju perencanaan pementasan.78

2. Menyiapkan calon seniman dan pekerja teater yang tangguh. Pembinaan terhadap calon seniman dilakukan secara tak resmi. Intim dan spontan, tapi intensif. Lewat obrolan-obrolan dan diskusi yang mengundang seniman-budayawan diluar kelompok untuk memandu pembahasan sebuah topik yang memiliki keterkaitan dengan seni dan budaya. Juga diselenggarakan pula latihan dasar yang didalamnyamencakup olah tubuh, nafas, vokal, dan berbagai pengetahuan mengenai teater.79

Selanjutnya teater koma melakukan pentas pertamanya di teater tertutup di PKJ-TIM (Pusat Kesenian Jakarta - Taman Ismail Marzuki) pada tanggal 2-4 Agustus 1977 dengan judul pementasan Rumah Kertas naskah karya dan sutradara Nano Riantiarno.80

Tak diduga, semakin bergulirnya waktu teater Koma menunjukkan perkembangan yang sangat membanggakan bagi perkembangan teater di Indonesia. Pementasan keduanya yang berjudul maaf,maaf,maaf pada tahun 1978 digelar selama 5 malam, pentas ketiga pada 1979 dengan judul J.J

digelar selama 7 malam, kemudian pementasan keempat yang berjudul Opera Ikan Asin pada tahun 1983 digelar selama 10 malam, pementasan yang kelima dengan judul Opera Para Binatang pada tahun 1987 sempat digelar sebanyak 23 malam dan selanjutnya Sampek Engtay pada tahun 1999-2000

78

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, (Jakarta: 2011), h.6 79

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.7 80


(56)

digelar selama 22 hari dan sudah dipentaskan sebanyak 26 kali, Sampek Engtay juga meraih penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai pementasan yang dilaksanakan selama 16 tahun (1988-2004), dengan 8 pemain dan 4 pemusik yang sama, kemudian pementasan dengan judul Agen Penny yang digelar di 255 SD di kawasan Jakarta dalam kurun waktu 4 tahun (2007-2011).81

Pada Agustus 1997, Teater Koma juga menggelar pementasan lewat

„program apresiasi‟ PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta) yang digelar selama sebulan penuh di PKJ-TIM diikuti oleh 24 kelompok kesenian dari dalam dan luar negeri. Hal ini diharapkan teater mampu berkembang dengan sehat, bebas dari interes politik praktis dan menjadi tontonan yang dibutuhkan oleh berbagai kalangan masyarakat.

Teater Koma juga pernah menggelar karya para dramawan kelas dunia diantaranya: The Comedy of Error dan Romeo Juliet karya William Shakespeare, Woyzeck karya Georg Buchner, The Three Penny Opera and The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht, Orang Kaya Baru-Kena Tipu-Doea Dara-Si Bakil-Tartuffe karya Moliere, Women in Parliament karya Aristophanes, The Crucible karya Arthur Miller, The Marriage of Figaro karya Beaumarchaise, Animal Farm karya George Orwell, Ubu Roi karya Alfred Jarre, The Robber karya Freidrich Schiller, The Visit karya Der Besuch der Alten Damme, Kunjungan Cinta karya Friedrich Durrenmatt, What About Leonardo? Kenapa Leonardo? Karya Evald Flisar.

81


(57)

Teater Koma banyak mementaskan karya-karya Nano Riantiarno, antara lain: Rumah Kertas, Maaf.Maaf.Maaf., J.J, Kontes 1980, Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini), Opera Primadona, Sampek Engtay, Banci Gugat, Konglomerat Burisrawa, Pialang Segi Tiga Emas, Suksesi, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Semar Gugat, Opera Ular Putih, Opera Sembelit, Samson Delila, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, Republik Togog, Tanda Cinta.

Sebagai kelompok teater yang Independen, teater koma bekerja melalui berbagai karya-karyanya yang mengkritisi situasi dan kondisi sosial-politik di tanah air. Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok seni teater terproduktif yang selalu intens menggelar pertunjukkan minimal 1 kali dalam setahun hingga saat ini.

Teater Koma tidak lahir dari sebuah panggung yang sudah tersedia. Pada awal-awal berdiri, tempat latihan berpindah-pindah. Mulanya seorang simpatisan menyediakan beranda rumahnya sebagai tempat mereka latihan. Jika tamu datang, maka mereka terpaksa harus menyingkir ke area parkir atau halaman depan. Tak jarang pula mereka latihan di garasi mobil yang sempit milik seorang anggota. Hinga akhirnya mereka berlatih didepan sebuah restoran. Selama masa empat bulan latihan, mereka terus berpindah seperti itu, ini mengakibatkan pada bulan-bulan pertama mereka harus berganti-ganti pemain dikarenakan tidak tahan berlatih dengan cara nomaden seperti itu.82

82


(58)

B. Profil Umum Teater Koma

Teater Koma adalah paguyuban kesenian, bukan perusahaan. Teater Koma juga merupakan kelompok teater independen yang bersifat non-profit. Anggotanya tidak hidup dari penghasilan kelompok, tidak pula mengandalkan Perolehan dari hasil produksi pergelaran. Sebagian dari mereka memiliki pekerjaan diluar kelompok dan mensubsidi sendiri

kegiatannya sebagai „hobi‟ yang ditekuni sungguh-sungguh serta berdedikasi. Keikhlasan hati para anggota dalam menyikapi kondisi tersebut, Juga kesetiaan para penonton dalam menghadiri pentas-pentas mereka, merupakan modal utama. Mungkin saja, ini pula yang membuat teater Koma mampu bertahan hingga saat ini.

Teater Koma banyak belajar dari kelompok-kelompok teater terdahulu, terutama teater rakyat seperti tontonan rakyat, wayang, ludruk, ketoprak. Konsep–konsep teater rakyat inilah yang menjadi landasan utama dari konsep artistik teater Koma.83 Dan juga bentuk pementasan mereka adalah hasil percampuran konsep dari berbagai kelompok teater terdahulu. Teater Koma bisa disebut teater tanpa selesai. Karena pencarian wujud dan isi teater yang lebih kaya warna, menjadi prioritas utama.

Bentuk tontonan rakyat memiliki gaya pengucapan yang kurang lebih serupa; bernyanyi atau semi-bernyanyi. Pola bernyanyi atau semi-bernyanyi itulah yang secara intensif dipelajari oleh sutradara teater Koma yakni Nano Riantiarno. Hingga semakin lama teater Koma memilih pola pengucapan

83


(59)

„bernyanyi atau semi-bernyanyi. Oleh karenanya tak heran jika di setiap pementasannya selalu disisipkan nyanyian atau semi-bernyanyi sebagai bagian dari pertunjukkan dan identitas.

Teater Koma sejak awal berdiri banyak mementaskan naskah-naskah karya Nano Riantiarno, salah satu pendiri teater Koma. Nano adalah salah satu orang dibalik suksesnya kerja teater Koma hingga saat ini, Nano Riantiarno masih terus berkiprah di Teater Koma dan bertanggung jawab penuh terhadap teater Koma. Nano Riantiarno sendiri adalah seorang seniman teater yang lahir di Cirebon pada tanggal 6 Juni 1949.84 Ia mengawali karirnya di ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) Jakarta, saat di ATNI Nano tidak hanya belajar mengenai teater, banyak yang ia dapat semasa kuliah di ATNI. Ia menyerap ilmu filsafat, psikologi, sosiologi dan politik.85 Namun di ATNI pula ia belajar teori penyutradaraan, teori pemeranan, teori skenografi, dan Iconografi.86 Tapi ia banyak terlibat di aktor dan penyutradaraan. Kemudian sejak tahun 1997 Ia juga aktif menghadiri undangan maupun seminar mengenai teater hingga ke mancanegara.

Nano juga memiliki seorang guru besar dimana ia banyak menyerap ilmu dari sang maestro, yakni Teguh Karya. Bersama Teguh Karya Nano banyak menyerap ilmu apapun, akting, pertukangan, set-dekor dan property,

manajemen, pemasaran dan kehumasan, manajemen panggung, keuangan, kesekretariatan, perpustakaan, dokumentasi, penulisan naskah drama dan

84

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.192 85

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.45 86


(60)

penyutradaraan. Pada 1970, Nano mulai menulis naskah drama pertamanya yang berjudul Matahari Sore Bersinar Lembayung.

Teater koma selalu yakin bahwa teater bisa menjadi salah satu jembatan menuju suatu keseimbangan batin dan jalan bagi terciptanya kebahagiaan yang manusiawi, jujur, bercermin lewat teater, diyakini pula sebagai salah satu cara untuk mengasah akal sehat, daya budi, dan hati nurani.

Teater Koma juga merupakan salah satu kelompok teater senior yang masih eksis hingga saat ini. bukti eksistensi itu dibuktikan dengan pertunjukkan-pertunjukkan yang rutin digelar satu sampai 2 kali selama setahun.

Teater Koma juga memiliki kode etik bagi siapa yang ingin bergabung didalamnya. Kode etik teater Koma ini dibuat oleh Nano Riantiarno yang diharapkan agar dipakai sebagai dasar dalam menyikapi kesenian dan kebudayaan. Yang isinya sebagai berikut:

1. ETIKA

Tulus menghargai dan berterimakasih kepada alam serta kehidupan,; tahudiri, memahami, dan tidak membenci; jujur, tenggang rasa, mencintai sesama; yang tua menghargai yang muda, yang muda menghargai yang tua; bersikap dan bertindak tepat, pada waktu, tempat dan suasana yang tepat; percaya teater adalah jalan menuju kebahagiaan; berwatak bagai air:

senantiasa berupaya berada ditempat rendah, jika terhambat berhenti sejenak, lalu dengan sabar bergerak ke kiri atau ke kanan atau merembes


(61)

dan di sebalik hambatan, kemudian berjalan menuju tujuan; memaknai lautan”. 87

2. SETIA

Setia kepada hati nurani; setia kepada tugas dan pekerjaan; setia kepada tanggung jawab, kerja sama

dan kedisiplinan; setia kepada kelompok dan rumah kelompok; setia kepada tujuan: kebahagiaan. 88

3. GUYUB

Anggota adalah mata rantai enerji kreatif dalam ikatan persaudaraan berdasar kasih. 89

C. Visi dan Misi Teater Koma

Di dalam teater Koma, mungkin nama Koma menjadi sangat penting. Banyak harapan dan arti mendalam didalamnya. Termasuk visi dan misi didalamnya, visi dan misi sendiri sebenarnya sudah ada dalam nama Koma itu sendiri.

Koma, metafora yang mengartikan gerak berkelanjutan, senantiasa berjalan, tiada henti, tak mengenal titik. Punya nafas yang panjang, senantiasa berkiprah, mengembara dalam ruang kreativitas, terus mencari dan berupaya menemukan hal-hal yang bermakna.90

Selain menjadi arti filosofi, Koma juga sekaligus menjadi visi dan misi serta harapan yang terkandung di dalamnya yang berarti tidak pernah berhenti

87

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22 88

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22 89

Nano Riantiarno, Membaca Teater Koma, h.22 90


(1)

Daftar Produksi Pementasan Teater Koma (1977 - 2011)

No. Lakon Waktu pentas Tempat

1 Rumah Kertas 3-5 Agustus 1977 Teater Tertutup, TIM

2 Cermin 30 November 1977 TVRI

3 Maaf, maaf, maaf 12-16 April 1978 Teater tertutup, TIM

4 Maaf, maaf, maaf 5-6 Mei 1978 Universitas Indonesia

5 Gigi Busuk 6 Oktober 1978 TVRI

6 Anak Kandung 4 April 1979 TVRI

7 Si Bakil 31 Mei 1979 TVRI

8 J.J (Jian Juhro) 1-7 September 1979 Teater tertutup, TIM

9 Potret 12 April 1980 TVRI

10 Kontes 1980 22-28 Juli 1980 Teater Arena, TIM

11 Lubang 6 Agustus 1980 Granadha Jakarta

12 Kena Tipu 24 September 1980 TVRI

13 Lubang 15 Desember 1980 Granadha Jakarta

14 Citra Menguak

Takdir

28 Januari 1981 Balai Sidang Senayan,

Jakarta

15 Matahari-Matahari 16 Februari 1981 TVRI

16 Kopral Doel Kotjek 20-26 November 1981 Teater tertutup, TIM

17 Gelas Retak 17 September 1982 Teater tertutup, TIM

18 Bom Waktu 24-30 September 1982 Teater tertutup, TIM

19 Ibu Oktober 1982 TVRI

20 Bom Waktu 11-12 Desember 1982 Teater tertutup, TIM

21 Opera Ikan Asin 30 Juli-8 Agustus 1983 Teater tertutup, TIM

22 Opera Ikan Asin 20-21 Agustus 1983 Graha Bhakti Budaya

(GBB), TIM

23 Pinangan 22 September 1983 Cibubur

24 Pemburu Perkasa 30 Oktober 1983 Bandung


(2)

Rapuh

26 Lingkaran Putih 4 Maret 1984 TVRI

27 Opera Salah

Kaprah

5-6 Juni 1984 TVRI

28 Opera Salah

Kaprah

1-8 Agustus 1984 GBB, TIM

29 Opera Salah

Kaprah

3-4 Oktober 1984 GBB, TIM

30 Balada Harijadi 20 Oktober 1984 Hotel Horizon

31 Tiga Merpati 4 Desember 1984 TVRI

32 Pemburu Perkasa 4 April 1985 Cipayung

33 Anak Kandung 19 April 1985 TVRI

34 Opera Kecoa 27 Juli-11 Agustus

1985

GBB, TIM

35 Opera Kecoa 23-24 Agustus 1985 Bandung

36 Doea Dara 30 September 1985 Hotel Borobudur

37 Opera Kecoa 5-7 November 1985 GBB, TIM

38 Doea Dara 28 November 1985 TVRI

39 Merah Putih 14 Februari 1986 Setneg RI

40 Wanita-Wanita

Parlemen

20 April-5 Mei 1986 GBB, TIM

41 Balada Komputer 15 Juli 1986 Metro Building

42 Opera Julini 22 November-7

Desember 1986

GBB, TIM

43 Si Bakil 6 Februari 1987 Hotel Borobudur

44 Karina 6 April 1987 TVRI

45 Pesta

Burung-Burung

22 Agustus 1987 Balai Sidang Senayan,

Jakarta

46 Sandiwara Para

Binatang


(3)

47 Opera Primadona 22 Maret-1 April 1988 Gedung Kesenian Jakarta (GKJ)

48 Dunia Fantasi 8 Agustus 1988 Maxima, Dufan

49 Sampek Engtay 27 Agustus-13

September 1988

GKJ

50 Sampek Engtay 4-5 November 1988 Surabaya

51 Banci Gugat 27 Februari-7 Maret

1989

GKJ

52 Sampek Engtay 8 April 1989 Surabaya

53 Sampek Engtay 20 Mei 1989 Medan

54 Perkawinan Figaro 7-22 Juli 1989 GKJ

55 Perkawinan Figaro Juli 1989 TVRI

56 Pinangan Juli 1989 Hotel Borobudur

57 Rembulan Terluka Oktober 1989 TVRI

58 Jumlah Kembang

Kota Paris

Desember 1989 TVRI

59 Konglomerat

Buriswara

24 maret-19 april 1990 GBB, TIM

60 Pialang Segitiga

Emas

22 Juni 1990 Balai Sidang Senayan,

Jakarta

61 Si Bakil 28 Juli 1990 Hotel Borobudur

62 Suksesi 28 September-11

November 1990

GBB, TIM

63 Opera Kecoa 28 November-7

Desember 1990

GKJ

64 Balada Bankir 19 Januari 1991 Hotel Hilton

65 Kena Tipu 24 Februari 1991 Hotel Horizon

66 OKB 20-30 Juli 1991 GBB, TIM

67 RSJ 20 November-3

Desember 1991


(4)

68 Bunga, Turun Kamu!

14 januari 1992 Hotel Sari Pasific

69 RSJ 20-22 Februari 1992 Teater tertutup, TIM

70 RSJ 10-15 Maret 1992 Teater Tertutup, TIM

71 Tiga Dewa dan

Kupu-kupu

27 Juni-12 Juli 1992 GKJ

72 Tenung 21 November-6

Desember 1992

GBB, TIM

73 Raja Ubu 23 April-6 Mei 1993 GKJ

74 Alpharma Juni 1993 TMII, Jakarta

75 Rampok 1-9 Oktober 1993 GBB, TIM

76 Opera Ular Putih 23 April-8 Mei 1994 GBB, TIM

77 Onah dan

Impiannya

November 1994 TVRI

78 Semar Gugat 25 November-8

Desember 1995

GBB, TIM

79 Cinta yang Serakah 7-22 Juni 1996 GBB, TIM

80 Sampek Engtay 15-25 Juni 1997 GBB, TIM

81 PASTOJAK 1 Agustus-1 September

1997

PKJ, TIM

82 Kala 3 November 1997 GBB, TIM

83 Opera Sembelit 25 Juli-7 Agustus 1998 GKJ

84 Opera Sembelit 16-18 November 1998 GBB, TIM

85 Opera Ikan Asin 10-24 april 1999 GBB, TIM

86 Sampek Engtay 10-24 November 1999

dan 10 Februari 2000

Teater Tanah Air, TMII

87 Opera Primadona 28 Juli-13 Agustus

2000

Teater Tanah Air, TMII

88 Samson Delila 12-17 September 2000 TTA, TMII


(5)

90 The Winning Team Polytron

20 Januari 2001 Assembly Hall JCC

91 Kena Tipu 6 April 2001 GRJ Bulungan

92 Kala Juni 2001 Keliling 12 kota

93 Opera Salon 2001 Lateve

94 Republik Bagong 27 April-7 Mei 2001 GBB, TIM

95 Bintang-Bintang Astra Award Balai Samudra Jakarta

96 Presiden

Burung-Burung

25 September-1 Oktober 2001

GKJ

97 Sampek Engtay 11-13 Mei 2002 Tiara, Medan

98 Roman Yulia 20 Oktober-2

November 2002

GKJ

99 Komedi Nusa Getir Juni 2003 TPI

100 Opera Kecoa 4-19 Juli dan 19-21

September 2003

GKJ dan Bandung

101 Rock Opera 20 Agustus 2003 JHCC, Senayan

102 Sampek Engtay 24-25 Januari 2004 Yogyakarta

103 Republik Togog 28 Juli-6 Agustus 2004 GKJ

104 Menjadi Lebih

Baik

Oktober 2004 Hotel Regent Jakarta

105 Maaf. Maaf. Maaf 2-15 Maret 2005 GBB, TIM

106 Jalan Samurai Juni 2005 GKJ

107 Tanda Cinta 27-29 Juli 2005 GBB, TIM

108 Untuk Data 6 Oktober 2005 Hotel Mulia

109 Sampek Engtay 14-16 Februari 2006 GKJ

110 Festival Topeng 5-14 Mei 2006 GBB, TIM

111 Kunjungan Cinta 12-28 Januari 2007 GBB, TIM

112 Petualangan Agen

Penny

1 Juli 2007-Januari 2008 , Juli 2008-Januari 2009, November


(6)

Januari 2010

113 Kenapa Leonardo? 11-25 Januari 2008 GBB, TIM

114 Kabaret Juni-November 2008 Metro TV

115 Hidup Indah

Tanpa Tembakau

7 Juni 2008 Auditorium Sapta

pesona Dep. BudPar

116 Republik Petruk 9-25 Januari 2009 GBB, TIM

117 Tanda Cinta 14-25 Mei 2009 GBB, TIM

118 Penggali Intan 1-2 Agustus 2009 Teater kecil, TIM

119 Sie Jin Kwie 5-21 Februari 2010 GBB, TIM

120 Rumah Pasir 29 Oktober-7

November 2010 dan 12-14 November 2010

Salihara dan Surabaya

121 Raden Bei Soeri

Retno dan Will Acure The Nation

Japan Foundation, Jakarta.

122 Sie Jin Kwie Kena

Fitnah

4-26 maret 2011 GBB, TIM

123 Mistery of Batavia 12 Maret-15 Mei 2011 Museum Fatahillah