1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena semua kegiatan yang kita lakukan menggunakan komunikasi.
Komunikasi juga bagaikan urat nadi dalam kehidupan sosial manusia. Bahkan bisa dikatakan tidak mungkin jika seseorang dapat menjalani kehidupannya
tanpa berkomunikasi. Sebab tanpa komunikasi manusia tidak bisa menjalankan fungsinya sebagai pembawa amanah dari Allah di muka bumi
khalifah. Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik
komunikasi.
1
komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau kode dari satu pihak kepada pihak yang lain dengan efek untuk
mengubah sikap atau tindakan agar tujuan yang dimaksud tercapai. Jadi, secara umum komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia.
Apapun jenis aktivitasnya manusia pasti memerlukan komunikasi, baik komunikasi secara individu, kelompok maupun organisasi. Dan teater
menjadi salah satu media yang dapat mengkomunikasikan pesan-pesan kepada masyarakat.
Sedangkan teater berasal dari bahasa Yunani yakni teatron, artinya tempat melihat, Atau area yang tinggi tempat meletakkan sesajian untuk para
1
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, h.377
dewa.
2
Dan berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsa nya dikemas dalam suatu karya yang disebut sebagai seni. Didalam menyatakan rasa dan
karsa tersebut, alat atau media utamanya ditunjang oleh berbagai unsur pendukung, seperti gerak, suara, bunyi, dan rupa.
3
Jadi, teater memiliki alat utama dan alat penunjang, dimana alat utamanya adalah tubuh manusia itu sendiri yang biasa kita sebut dengan aktor
atau aktris, aktor ataupun aktris menjadi sorot utama atau media utama yang menjadi perhatian utama para penonton, baru kemudian unsur yang dapat
mendukung aktoraktris tersebut diantaranya gerak seperti gerak tubuh, bunyi dan sejenisnya, kemudian suara seperti kata atau ucapan, dan bunyi seperti
efek bunyi atau musik, dan yang terakhir rupa seperti cahaya, sinar lampu, kostum.
4
Teater mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya dan mampu menimbulkan dampak. Teater juga bisa dikatakan sebuah gerakan sosial yang
mungkin menjadi profesi tertua setelah kekuasaan politik, mengingat teater berkembang sejak zaman yunani kuno. Didalamnya terkandung unsur-unsur
komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang diinginkan, kepuasan pribadi, pembangunan serta pengembangan diri,
2
Nano Riantiarno, Kitab Teater, Jakarta: Grasindo, 2011, h.1
3
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.1
4
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2
pembelajaran terhadap pengalaman hidup, penghargaan bagi manusia dan alam, serta tanggung jawab.
5
Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan kombinasi dari berbagai bentuk seni. jika disejajarkan dengan jenis-jenis kesenian lainnya,
teater akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik. Berbeda dengan film, mungkin film bisa ditonton berungkali dan pesan yang sampai akan sama
ketika menonton untuk yang kesekian kalinya, maka dari itu tidak heran jika film menjadi salah satu media yang sangat efektif dalam penyampaian pesan
kepada penontonnya. Namun teater memiliki cara dan keunikan tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesannya, dimana media utamanya adalah tubuh
sang aktor dan panggung menjadi media tempat mereka menyampaikan pesan-pesan tersebut. sangat berbeda ketika kita melihat pertunjukkan teater
secara langsung dengan menonton di tayangan ulang yang sudah berbentuk rekamanvideo.
Sesungguhnya hakikat seni teater adalah pertunjukkan langsung. Karena jika sudah direkam itu berarti beberapa esensi dari pertunjukkan tersebut telah
lenyap. Dimana aura-aura prima dari para aktor sudah tidak terasa lagi, juga artistik dan seluruh unsur penunjang sudah berupa tayangan ulang. Berbeda
saat kita menyaksikan pertunjukkan teater secara langsung, seluruh unsur yang ada dalam pertunjukkan tersebut adalah bagian dari pertunjukkan.
Semua yang ada memiliki arti tersendiri baik itu berbentuk verbal maupun simbol-simbol. Tidak hanya aktor yang menjadi sorotan para penonton,
5
Nano Riantiarno, Kitab Teater, h.2
namun juga segala yang ada disekitarnya, seperti makeup, kostum, artistik, setting panggung, lighting, properti, handprop property yang melekat
ditangandipegang dan masih banyak lagi, bahkan penonton menjadi salah satu unsur penunjang dari pertunjukkan tersebut. penonton akan dibawa
kedalam pertunjukkan tersebut, bagaimana jiwa dan raga kita berada dalam satu emosi dengan para aktor serta semua unsur penunjangnya, sehingga
penonton dengan bebas dapat menyaksikan apa-apa yang ada dan yang terjadi diatas panggung. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan terasa lebih
efektif. Mungkin film dapat diulang beberapa kali ketika mengalami kesalahan saat pengambilan adegan, namun tidak dengan teater, apapun yang
terjadi saat pengadeganan akan menjadi bagian dari sebuah pertunjukkan tanpa bisa diperbaiki. Oleh karenanya diperlukan latihan berbulan-bulan
untuk dapat meraih hasil akhir yang terbaik juga meminimalisir kesalahan- kesalahan saat pertunjukkan tiba.
Namun nyatanya, sampai saat ini film masih menjadi media utama yang diminati oleh masyarakat. Orang-orang bahkan tak segan memesan tiket
bioskop terlebih dahulu sebelum film tersebut dikeluarkan. Film memang salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan. Tidak sulit
bagi para penggiat film untuk menarik para penonton agar menonton film- film mereka.
Saat ini, teater masih bisa dikatakan media atau hiburan untuk masyarakat kelas menengah keatas. Juga keterbatasan media massa dalam
menayangkan dan menyebar luaskan seni teater. Seolah teater menjadi topik
yang tidak laku, berbagai pertunjukkan teater hanya diminati oleh kalangan sesama teaterawan atau pencinta seni. Melihat perbandingan jumlah penonton
yang ada antara film dan teater. Teater seolah menjadi produk yang “eksklusif” ditengah masyarakat, menjadikannya terpisah dalam kehidupan
sehari-hari hanya bisa diakses dan dinikmati oleh mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk itu. Padahal sesungguhnya teater sangat
dekat dengan kehidupan masyarakat, karena pertunjukkan-pertunjukkan yang diangkat berasal dari fenomena atau kejadian sehari-hari yang ada di
masyarakat. Indonesia masih menjadi negara yang asing untuk menjadikan
pertunjukkan seni teater menjadi bagian dalam kehidupan mereka sehari- sehari. Hal inilah yang menjadi dampak bahwa penonton teater tidak
berkembang. Ditengah polemik ini, ternyata masih ada teater yang sejak awal berdiri mengalami perkembangan yang sangat baik bagi kelangsungan
kesenian di Indonesia, ia bernama teater Koma, yang didirikan oleh seniman bernama Nano Riantiarno sejak tahun 1977 di Jakarta. Teater koma termasuk
kedalam teater kontemporerteater modern. Mengingat ciri-ciri teater modern adalah memiliki tempat khusus untuk pergelaran, penyaji dan penonton
dipisah, jika dipanggung prosenium terdapat tirai-tirai yang diangkat dan diturunkam sebagai penanda pentas dimulai atau telah selesai, penonton harus
membayar karcis, dan fungsinya hiburan, lakon sejalan dengan zamannya,
idiom-idiom modern digunakan, terdapat naskah drama sebagai acuan jalannya sebuah pertunjukkan .
6
Dan teater Koma sampai saat ini masih konsisten terhadap pertunjukkan- pertunjukkan yang mereka sajikan dan sukses mempertahankan penonton-
penonton setianya, teater Koma sudah memiliki penonton tetap yang secara pasti menyaksikan setiap pertunjukkan mereka berlangsung. Biasanya
penonton-penonton tersebut akan menyebarkan informasi pertunjukkan teater Koma kepada kerabat dan orang-orang di sekitarnya hingga akhirnya mereka
menonton teater Koma. karena di beberapa pertunjukkan, peneliti pernah menemukan fenomena penonton baru yang baru pertama kali menonton teater
Koma, bahkan tidak jarang dari mereka berasal dari luar kota. Hal inilah yang menjadi percontohan bagi teater-teater di Indonesia untuk bisa menarik minat
masyarakat agar menonton pertunjukkan teater.. Maka, berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, peneliti ingin
menyusun
skripsi dengan judul: “Strategi Public Relation Teater Koma dalam Menarik Minat Penonton
”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah