Latar Belakang PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DIMODERASI REGULASI DIRI TERHADAP HUBUNGAN INTERPERSONAL PADA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN (ANDIKPAS) DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS III BANDUNG.

Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 dengan apa yang diungkapkan T 25 tahun bahwa terdapat konflik yang berasal dari dalam LAPAS, salah satu permasalahan yang terjadi di LAPAS adalah senioritas. Dimana andikpas yang sudah beberapa tahun lebih dulu tinggal di LAPAS akan merasa berkuasa dan bertindak semaunya terhadap andikpas yang baru masuk LAPAS. Hal ini diperkuat dengan temuan Sekigawa 2012, bahwa narapidana juga akan menghadapi berbagai masalah yang tidak hanya berasal dari dalam penjara, misalnya seperti fasilitas yang tidak memadai dan kekerasan, baik oleh narapidana lain atau petugas lapas namun juga permasalahan di luar penjara, misalnya masalah keluarga. Menurut A 22 tahun kekerasan yang dilakukan petugas dilakukan untuk mendisiplinkan andikpas. Misalnya, ketika andipkas tidak mengikuti aturan yang ditetapkan, maka ada hukuman yang diberikan. Hubungan interpersonal yang positif dapat menjadi pendukung emosi positif, sebaliknya ketegangan dalam penjara sering membuat hubungan menjadi berbahaya dan menghasilkan hubungan interpersonal negatif Petersilia, 2003. Kesamaan identitas selaku andikpas dalam lingkungan yang sama untuk waktu yang cukup lama akan menjadi salah satu faktor penentu hubungan interpersonal mereka Steinberg, 2009. Andikpas yang memiliki hubungan yang positif dengan sesamanya di penjara akan memiliki peluang sukses yang lebih tinggi ketika keluar dari penjara dibandingkan andikpas lain Zamble Quinsey, 1997. Tujuan individu melakukan hubungan interpersonal akan berakibat pada kualitas hubungan mereka. Individu yang memiliki kedekatan dengan yang lain akan memiliki keinginan untuk melindungi temannya dari penolakan dan rasa sakit Murray, et.al., 2006. Individu bertanggungjawab terhadap kebutuhan temannya, percaya pada dukungan temannya, dan mengekspresikan cinta dan fokus pada temannya, dimana mereka menjadi saling ketergantungan Murray, et.al., 2003. Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul dalam hubungan interpersonal, khususnya kesulitan dalam membangun hubungan yang akrab merupakan akibat dari ketidaknyamanan anak dalam keluarga Maniglio, Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 2009. Hal ini diperkuat dengan temuan Parker 1999 bahwa orang tua dengan pola asuh authoritative akan memengaruhi hubungan interpersonal anak, khususnya hubungan anak dengan teman sebayanya yang akan menjadi baik Parker, 1999. Selain itu, orang tua yang memiliki pola asuh permissive akan menyebabkan anak tidak mampu melakukan hubungan interpersonal dengan teman sebayanya Wagner, 2009. Pola asuh merupakan interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak selama proses sosialisasi mereka Ribeiro, 2009. Pola asuh akan memengaruhi persepsi anak tentang dirinya dan lingkungannya, apa yang individu persepsikan tentang sesuatu akan memengaruhi kecenderungan individu dalam berperilaku Dijksterhuis vanKnippenberg, 1998. Menurut Sarwono 2010, informasi yang diterima dari orang tua akan menjadi stimulus awal bagi anak, sehingga dalam proses kognisi anak akan melakukan pemusatan pemikiran atau pemberian atensi untuk memilah atau menyimpan informasi yang diterima. Hal tersebut akan memengaruhi sikap atau kecenderungan anak dalam berperilaku. Menurut Gordon 2000, dibandingkan dengan pola asuh yang lain, pola asuh autoritatif yang paling sedikit hubungannya dengan perilaku bermasalah dan depresi pada remaja. Keluarga dengan parental warmth yang konsisten dan memiliki wibawa dianggap dapat membantu perkembangan regulasi diri Bernier et.al., 2010; McCabe et al., 2004, sedangkan tindakan tidak konsisten dan kekerasan yang dilakukan orang tua menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku bermasalah, perilaku negatif, pencapaian akademik yang kurang, dan meningkatkan internalizing dan externalizing problems Fletcher et.al., 2008; Wong, 2008. Terdapat penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan aspek dalam fungsi pola asuh yang akan memengaruhi persepsi anak tentang dirinya dan lingkungan, sehingga memengaruhi perilaku dan emosional anak, seperti kesehatan mental orang tua, penyalahgunaan obat terlarang oleh orang tua, dan pola pengasuhan Nicholson et.al., 2008; Olson et.al., 2002; Zima et.al., 1996. Kondisi orang tua akan Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5 memengaruhi persepsi yang terbentuk pada diri anak. Sebagai contoh, ketika orang tua terlibat dalam penggunaan zat terlarang, mereka tidak menyediakan waktu untuk berinteraksi dan memerhatikan kondisi anaknya. Hal tersebut akan mengganggu kondisi perkembangan emosional dan sosial anak, sehingga dapat meningkatkan risiko perilaku bermasalah pada anak Chatterji Markowitz, 2001; Conners et.al., 2004. Pada kasus andikpas H 17 tahun, salah satu penyebab ibunya menjadi TKW karena permasalahan ekonomi keluarga. Menurut Feder et.al., 2009 diketahui bahwa permasalahan ekonomi menjadi salah satu faktor yang signifikan memengaruhi kondisi orang tua dan perilaku anak. Selain itu, menurutnya ketidakmampuan orang tua secara finansial untuk memenuhi kebutuhan anak bisa membuat orang tua mengalami gangguan mental seperti depresi, sehingga menjadi salah satu penyebab anak melakukan perilaku bermasalah. Kemudian hal ini diperkuat temuan Blandon et.al., 2008 bahwa orang tua yang depresi akan menimbulkan persepsi negatif bagi anak tentang lingkungannya, kemudian menghambat pembentukan regulasi diri pada anak dikarenakan ketidakmampuan orang tua untuk melakukan strategi coping. Salah satu faktor yang memengaruhi hubungan interpersonal anak yaitu kemampuan anak dalam melakukan regulasi diri Finkel Campbell, 2001. Menurut Finkel Campbell 2001 dan Baumann Kuhl 2003, regulasi diri diperlukan dalam semua aktivitas manusia dan memengaruhi berbagai kondisi individu. Begitu juga saat individu melakukan interaksi dengan individu lainnya. Regulasi diri merupakan salah satu aspek yang memengaruhi hubungan interpersonal, misalnya orang sering memikirkan dan juga mengatur bagaimana sebaiknya dalam menjalani hubungan interpersonal atau ketika individu berusaha memenuhi ekspektasi masyarakat tentang dirinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka sedang melakukan regulasi diri. Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Soetikno Basaria 2014 di LAPAS Anak Pria Tangerang diketahui bahwa ketika melakukan regulasi diri, anak lebih memikirkan sesuatu yang sifatnya konkret dibandingkan sebuah perencanaan. Selain itu, regulasi diri dalam LAPAS juga dapat membantu membina dan meningkatkan kekuatan subjektif yang berkaitan dengan terkendalinya aktivitas anak, sehingga membantu pengendalian dorongan dan kesejahteraan anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Andikpas H 17 tahun bahwa aturan LAPAS yang mengikat membuat ia menjadi lebih mampu mengontrol emosi negatifnya, sehingga ia mampu mengendalikan dirinya untuk tidak melakukan kekerasan pada andikpas lain. Regulasi diri didefinisikan sebagai salah satu proses psikologis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang disesuaikan dengan standar, tujuan, atau nilai mereka Baumeister, Heatherton, Tice, 1994; Kuhl Koole, 2004. Regulasi diri merupakan karakteristik level individu yang dihubungkan dengan kondisi lingkungannya, dibangun sejak masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa yang membentuk perkembangan mereka Karoly et.al 2005; Posner Rothbart, 2000. Menurut Baumeister 2005 dan Heatherton Vohs 1998 diketahui bahwa perbedaan individu dalam melakukan regulasi diri akan memengaruhi kondisi pertemanan mereka. Orang yang memiliki kemampuan regulasi diri yang tinggi akan membuat lingkungan pertemanannya merasa nyaman sehingga memiliki hubungan interpersonal positif. Faktanya, regulasi diri merupakan hal yang penting dalam hubungan antara individu dengan lingkungannya. Individu memiliki derajat yang bervariasi ketika mereka melakukan regulasi, sebagian orang lebih baik dalam mengatur secara langsung pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan dibandingkan yang lainnya. Ketika melakukan hubungan interpersonal, individu yang memiliki regulasi diri lebih tinggi akan terlihat lebih sopan, memaafkan kesalahan temannya, dan terlibat dalam hubungan romantis von Hippel Gonsalkorale, 2005; Pronk, et.al, Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7 2010; Pronk, et.al., 2010. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan self-report juga diketahui bahwa partisipan yang memiliki nilai regulasi diri tinggi memiliki kepuasan dalam hubungan, serta berperilaku positif dalam hubungan interpersonal dari pada mereka yang memiliki nilai rendah Tangney, et.al., 2004. Berdasarkan hasil pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa ketika anak melakukan hubungan interpersonal, maka dipengaruhi oleh pola asuh orang tua Wagner, 2009. Persepsi tentang pola asuh yang diterima anak akan memengaruhi bagaimana kondisi anak dan juga berhubungan dengan masalah pada masa kanak- kanak dan remaja Brand, et.al., 2009. Selain itu, regulasi diri juga memengaruhi hubungan interpersonal dimana berperan untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilaku anak dalam bersosialisasi Finkel Campbell, 2001. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada Anak Didik LAPAS Andikpas di Lembaga Pemasyarakatan LAPAS anak kelas III Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan Andikpas di Lembaga Pemasyarakatan LAPAS Anak Kelas III Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan Andikpas di Lembaga Pemasyarakatan LAPAS Anak Kelas III Bandung. Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, tentunya diharapkan penelitian ini mampu memberi manfaat baik secara teori maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan empiris bagi pengembangan ilmu psikologi terutama kajian keilmuan psikologi klinis, forensik, dan perkembangan. Kajian dalam psikologi klinis yaitu tentang proses pengontrolan diri pada anak yang mengalami behavior problem, sehingga terlibat dalam tindakan kriminalitas. Untuk kajian psikologi forensik, situasi LAPAS yang akan memengaruhi kondisi anak. Sementara itu, dalam kajian keilmuan psikologi perkembangan adalah dinamika perkembangan anak selama masa kanak-kanak sampai remaja. 2. Manfaat Praktis Secara praktis dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak LAPAS untuk membuat data tentang pola asuh dan memberikan rekomendasi pada orang tua anak. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi salah satu dasar dalam membuat kebijakan di LAPAS yang dapat memengaruhi kondisi psikologis anak.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Struktur penulisan dalam skripsi adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi. Rini Nuraeni, 2014 Pengaruh pola asuh orang tua dimoderasi regulasi diri terhadap hubungan interpersonal pada anak didik pemasyarakatan ANDIKPAS di lembaga pemasyarakatan LAPAS anak Kelas III Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9 BAB II LANDASAN TEORITIS Pada bab ini, akan dibahas mengenai teori pola asuh yang terdiri dari definisi pola asuh, faktor-faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya parental warmth dan parental control, ciri-ciri pola asuh berdasarkan faktor yang memengaruhinya, dan tipe-tipe pola asuh. Kemudian akan membahas mengenai teori regulasi diri yang terdiri dari definisi regulasi diri, komponen-komponen regulasi diri, tahapan-tahapan dalam regulasi diri, faktor-faktor yang memengaruhi regulasi diri . Selanjutnya, akan dibahas mengenai hubungan interpersonal yang terdiri dari definisi hubungan interpersonal, aspek-aspek hubungan interpersonal, dan faktor- faktor yang memengaruhi hubungan interpersonal. Kemudian, peneliti juga akan membahas perkembangan remaja dan faktor- faktor yang memengaruhi perkembangan tersebut. Selain itu, akan dibahas mengenai kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian. Kerangka pemikiran membahas mengenai tahapan yang akan ditempuh untuk merumuskan hipotesis dan mengkaji hubungan teoritis antara variabel pola asuh, regulasi diri , dan hubungan interpersonal. Hipotesis penelitian membahas mengenai jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai hubungan antara 3 variabel yaitu pola asuh, regulasi diri , dan hubungan interpersonal. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan, lokasi, populasi, sampel dan teknik sampling penelitian. Kemudian membahas mengenai variabel dan definisi operasional