C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan Penguasaan Mata Kuliah Pengelolaan Kelas dengan Bakat
Keguruan Mahasiswa FKIP Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penguasaan Mata Kuliah
Pengelolaan Kelas tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis
menggunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan program
SPSS for Windows versi 17.0
. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai
Sig. 2- tailed
adalah 0.930 yang jauh di atas α = 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa H
01
diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Achir 1990 yang menyatakan bahwa 38,7 persen anak-anak berbakat itu
tergolong siswa
berprestasi kurang
http:www.kompasiana.comsrinurhidayahnegara-dan-anak- berbakat-luar-biasa_56aacd26ee9273f104d9a8a2
. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Achir, dapat dipahami bahwa tidak semua anak
berbakat mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Prestasi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, hasil belajar
mahasiswa berupa nilai Mata Kuliah Pengelolaan Kelas juga merupakan suatu prestasi. Dapat dipahami bahwa mahasiswa yang
mempunyai bakat dalam bidang keguruan belum tentu mempunyai prestasi yang tinggi dalam bentuk nilai Mata Kuliah Pengelolaan Kelas
yang baik.
Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab tidak adanya hubungan Penguasaan Mata Kuliah Pengelolaan Kelas dengan Bakat
Keguruan Mahasiswa FKIP. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1 Nilai Mata Kuliah Pengelolaan Kelas yang diperoleh mahasiswa tidak
menunjukkan tingkat penguasaan mahasiswa. 2 Proses pembelajaran pada Mata Kuliah Pengelolaan Kelas hanya berfokus pada penguasaan
materi, sehingga mahasiswa hanya diajak untuk menghafalkan teori mengenai konsep pengelolaan kelas tanpa diimbangi dengan praktik
yang dapat mengasah kemampuan mahasiswa. 3 Mahasiswa tidak memahami dengan seksama pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat
keguruan sehingga menyebabkan penafsiran yang salah pada soal dan berdampak pada kesalahan dalam menjawab.
Faktor pertama yang diduga menyebabkan Penguasaan Mata kuliah Pengelolaan Kelas tidak berhubungan dengan bakat keguruan
mahasiswa FKIP adalah nilai mahasiswa tidak mencerminkan penguasaan mahasiswa. Dalam hal ini, peneliti menduga mahasiswa
mendapatkan nilai bagus karena melakukan kecurangan akademik, atau mahasiswa mendapatkan nilai yang tidak bagus karena saat
mengerjakan ujian kondisi fisik dan psikisnya tidak sehat, sehingga tidak dapat mengerjakan ujian dengan maksimal. Dalam menilai
mahasiswanya, dosen hanya melihat hasil akhir saja tanpa melihat proses yang sudah mahasiswa lakukan, sehingga nilai tersebut hanya
sebatas hasil mengerjakan ujian akhir saja. Dengan begitu, nilai yang
digunakan sebagai pengukur penguasaan dari hasil pembelajaran mahasiswa di Mata Kuliah Pengelolaan Kelas ini, tidak dapat
menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan nilai bagus berarti mempunyai kemampuan mengelola kelas yang baik dan mahasiswa
yang mendapat nilai yang tidak bagus berarti mempunyai kemampuan mengelola kelas yang tidak baik.
Faktor kedua adalah proses pembelajaran pada Mata Kuliah Pengelolaan Kelas hanya berfokus pada penguasaan materi, sehingga
mahasiswa hanya diajak untuk menghafalkan teori mengenai konsep pengelolaan kelas tanpa diimbangi dengan praktik yang dapat
mengasah kemampuan mahasiswa. Berbagai latihan dan keterlibatan dosen dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk memunculkan
dan mengasah bakat keguruan mahasiswa. Seperti pernyataan yang dimuat pada berita yang berjudul “Antara Bakat dan Intelegensi?”
tahun 2015
yang ada
pada www.kompasiana.com
http:www.kompasiana.comsuainingrumantara-bakat-dan- intelegensi_55004ebba33311d0755102fd
bahwa bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa
yang akan datang. Selain latihan yang diberikan pada pendidikan di FKIP, dosen juga perlu menggugah bakat keguruan mahasiswa melalui
pembelajaran di Mata Kuliah Pengelolaan Kelas. Hal tersebut dianggap penting karena dosen merupakan pembimbing dan pemerhati
yang bertugas memantau kemajuan perkembangan mahasiswanya. Jika
dosen mampu menggugah bakat keguruan mahasiswa melalui Mata Kuliah Pengelolaan Kelas, pembelajaran pada Mata Kuliah
Pengelolaan Kelas akan memberikan hasil yang optimal dan berdampak pada perkembangan kemampuan mahasiswa itu sendiri.
Langkah pertama yang bisa dilakukan dosen untuk menggugah bakat keguruan mahasiswa dapat dilakukan dengan cara membuat
tujuan pembelajaran Mata Kuliah Pengelolaan Kelas pada silabus yang menyatakan akan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. Pada
kenyataannya, tujuan pembelajaran yang terdapat pada silabus Mata Kuliah Pengelolaan Kelas tidak terdapat pernyataan bahwa
pembelajaran akan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. Pembelajaran di Mata Kuliah Pengelolaan Kelas tidak memiliki
rencana untuk mengembangkan bakat keguruan, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan juga tidak akan mengembangkan
bakat keguruan mahasiswa. Dengan demikian, jelas mengapa Penguasaan Mata Kuliah Pengelolaan Kelas tidak berhubungan dengan
bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Ali dan Asrori 2005:
81, Munandar 1985: 18 dan Wiyono 2006: 61 yang menyatakan bahwa bakat dapat berkembang salah satunya dengan adanya
kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri dengan latihan dan pendidikan. Mata Kuliah Pengelolaan Kelas merupakan mata kuliah
yang memberikan latihan dan pendidikan mengenai bidang keguruan
pada mahasiswa FKIP. Peneliti menduga proses pembelajaran pada Mata Kuliah Pengelolaan Kelas kurang memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk mengembangkan diri. Kesempatan pengembangan diri yang dapat diberikan kepada mahasiswa dapat dilakukan dengan
mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dengan teman atau dengan dosen mengenai permasalahan yang muncul yang berkaitan dengan
pengelolaan kelas, memberikan kesempatan mahasiswa untuk berpendapat saat pembelajaran di dalam kelas, memberikan
kesempatan mahasiswa calon guru untuk berlatih mengelola kelas di situasi riil sekolah dan dapat memberikan mahasiswa latihan-latihan
pedagogis lainnya. Disamping itu, Mata Kuliah Pengelolaan Kelas dilaksanakan
selama 1 semester atau kurang lebih 3 bulan efektif, waktu ini dirasa cukup singkat dalam memberikan kesempatan mahasiswa untuk
mengembangkan diri agar memiliki keterampilan keguruan yang memadahi. Tentu dibutuhkan waktu dan kesempatan yang lebih lama
dan lebih banyak untuk mahasiswa dalam mengembangkan diri agar semakin mengembangkan potensi pada bakat dalam bidang
kemampuan dan keterampilan keguruannya. Latihan dan pendidikan yang dimaksudkan oleh Ali dan Asrori, Munandar, juga Wiyono
adalah latihan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama untuk menumbuh dan mengembangkan bakat seseorang. Dengan
begitu sebaiknya Mata Kuliah Pengelolaan Kelas hendaknya terintegrasi dengan mata kuliah lainnya.
Di sisi lain, jika sudah tersedia kesempatan untuk mengembangkan diri, mahasiswa juga harus mau terbuka dan berjuang untuk
mengembangkan kemampuannya. Untuk menjadi orang yang berbakat dalam bidang tertentu dibutuhkan kemauan keras dalam diri untuk
terus maju, mencoba dan tekad untuk mengembangkan diri. Hal tersebut sependapat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Dahlan
2016. Dahlan 2016 menyatakan bahwa “untuk menjadi orang berbakat, apa kuncinya? Terus maju, terus mencoba, dan terus
mengembangkan diri sampai orang- orang di sekitar Anda mengatakan, “Gilaaa, bakat lu mah”, walaupun pada awalnya
sebenarnya Anda
tidak bisa
apa- apa”
http:bisniskeuangan.kompas.comread20160901060700126Memi lih.antara.Bakat.dengan.Minat
. Walaupun seseorang mempunyai bakat dalam bidang tertentu, misalkan mahasiswa mempunyai bakat
dalam bidang keguruan, tapi jika tidak diiringi oleh keinginan untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut akan sia-sia saja.
Bakat sendiri dapat diartikan sebagai potensi yang masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja
performance
dapat dilakukan pada masa yang akan datang Ali dan Asrori, 2005: 80. Dari pengertian bakat yang diungkapkan oleh Ali dan Asrori dapat
dimengerti bahwa seseorang dapat mewujudkan suatu kinerja jika