Hubungan penguasaan mata kuliah dasar dasar Bimbingan dan Konseling serta penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan Pengembangan Bakat Keguruan mahasiswa FKIP

(1)

i

HUBUNGAN PENGUASAAN MATA KULIAH DASAR-DASAR

BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PENGUASAAN

MATA KULIAH PSIKOLOGI BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN DENGAN PENGEMBANGAN BAKAT

KEGURUAN MAHASISWA FKIP

Studi Kasus: Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Angkatan 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh: Rizki Adventia NIM: 131334066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

 Allah Tri Tunggal Maha Kudus

 Keluarga Besar Th. Ibrahim di Lubuklinggau

 Keluarga Besar Pujowinata di Bantul

Keluarga Besar Yayasan Xaverius Palembang Cabang Lubuklinggau

Almamaterku: Universitas Sanata Dharma


(5)

v MOTTO

Kamu tidak akan pernah tau sampai kamu mencobanya.

Setiap perbuatan pasti ada resikonya. Bertanggungjawablah atas keputusanmu.

Tuhan adalah gembalaku. Takkan kekurangan aku Mazmur 23:1


(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN PENGUASAAN MATA KULIAH DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PENGUASAAN MATA KULIAH PSIKOLOGI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DENGAN

PENGEMBANGAN BAKAT KEGURUAN MAHASISWA FKIP Studi Kasus: Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2013

Rizki Adventia Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan (1) Penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP; (2) Penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Metode penelitian ini studi kasus yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 yang berjumlah 855 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 250 mahasiswa yang diambil dengan teknik propotional stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dan dokumentasi dan dianalisis dengan analisis deskriptif dan analisis korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling tidak berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP. (Nilai Sig. (2-tailed) = 0,338 > 0,05); (2) Penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran tidak berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP. (Nilai Sig. (2-tailed) = 0,127 > 0,05).


(9)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN THE MASTERY OF BASICS GUIDANCE AND COUNSELING COURSE AND THE MASTERY OF

LEARNING PSYCHOLOGY COURSE AND THE DEVELOPMENT

TALENT OF STUDENT’S TEACHING ABILITY OF TEACHER

TRAINING AND EDUCATION FACULTY

A Case Study: Students of Teacher Training and Education Faculty of Sanata Dharma University, 2013 batch

Rizki Adventia Sanata Dharma University

2017

The aims of this research are finding out the correlation between: (1) The mastery of Basics Guidance and Counseling course and the development talent of

student’s teaching ability of Teacher Training and Education Faculty; (2) The

mastery of Learning Psychology course and the development talent of student’s teaching ability of Teacher Training and Education Faculty.

This research was carried out from February until March 2017. The population of this research were 855 undergraduate students of Teacher Training and Education Faculty of Sanata Dharma University Yogyakarta, 2013 batch. The samples of this research were 250 students who were taken by using propotional stratified random sampling and analyzed by descriptive analysis and Spearman’s correlation analysis.

The result shows that: (1) there is no correlation between the mastery of Basics Guidance and Counseling course and the development talent of student’s teaching ability of Teacher Training and Education Faculty. (Sig. value (2-tailed) is 0,338 > 0,05); (2) there is no correlation between the mastery of Learning Psychology course and the development talent of student’s teaching ability of Teacher Training and Education Faculty. (Sig. value (2-tailed) is 0,127 > 0,05). Keyword: Student’s Teaching Ability, Basics Guidance and Counseling course,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Masing-masing Kepala Program Studi FKIP yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Prodi yang bersangkutan.

5. Staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

6. Ibu Aris selaku tenaga administrasi Prodi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

7. Bapak Yosep Heriyanto, dan Ibu Sagiyem, kedua orang tuaku yang selalu mendoakanku dan memberikan dukungan dalam mengerjakan skripsi ini. 8. Adik-adikku Alin dan Putra yang telah memberikan semangat dan harapan

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Sepupu, pakde, bulik yang telah mendoakan dan mendukung pengerjaan skripsi ini.

10.Sahabat hidupku Fillibertus Restu Ariananda yang telah banyak direpotkan selama pengerjaan skripsi ini. Tetap semangat dalam perkuliahan.


(11)

xi

11.Sahabat-sahabatku dari ‘orok’: Kadea, Leng-Leng, Tata yang setia menemani, memberikan semangat dan canda tawa selama skripsi ini disusun.

12.Sahabat-sahabat kost ku: Angel, Rena, dan Ita yang sudah menyediakan tempat untuk aku bermalam di kamarnya.

13.Teman seperguruan bimbingan skripsi Pak Wid: Teti, Dessy, Garnis, Nona, Anas, Dasa, Novan, Ika, Tika, Paul, Gian, dan Bang Ali. Terimakasih atas masukan yang diberikan selama pembuatan skripsi. Terutama Nona yang menjadi pepanjangan tangan Tuhan dan malaikat penolongku sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu.

14.Teman-teman responden mahasiswa FKIP 2013 yang telah menjadi responden dalam penelitian ini.


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN TEORETIK ... 10

A.Tinjauan Teoretik... 10

1. Pengembangan Bakat Keguruan ... 10

a. Guru ... 10


(13)

xiii

1) Pengertian Bakat ... 13

2) Ciri-Ciri Anak Berbakat ... 14

3) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat ... 16

c. Pengembangan Bakat Keguruan ... 17

2. Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) ... 19

a. Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ... 19

1) Pengertian Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling .. 19

2) Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah ... 22

3) Fungsi Bimbingan di Sekolah ... 24

4) Prinsip Bimbingan ... 28

b. Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran... 31

1) Pengertian Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran ... 31

2) Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 31

3) Kesulitan Belajar ... 34

3. Penguasaan Mata Kuliah... 35

B. Kerangka Berikir ... 36

C.Rumusan Hipotesis ... 38

BAB III: METODE PENELITIAN ... 40

A.Jenis Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

1. Tempat Penelitian ... 40

2. Waktu Penelitian ... 40

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 40

1. Subjek Penelitian ... 40

2. Objek Penelitian ... 41

D.Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 41

1. Populasi Penelitian ... 41

2. Sampel Penelitian... 42

3. Teknik Penarikan Sampel ... 42


(14)

xiv

1. Variabel Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ... 43

2. Variabel Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran ... 44

3. Variabel Bakat Keguruan ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Kuesioner ... 46

2. Dokumentasi ... 47

G.Teknik Pengujian Instrumen ... 47

1. Pengujian Validitas ... 47

2. Pengujian Reliabilitas ... 48

H.Teknik Analisis Data ... 49

1. Teknik Analisis Data Deskriptif ... 49

2. Tingkat Hubungan Antar Variabel ... 49

3. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan ... 50

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Deskripsi Data ... 53

1. Program Studi ... 54

2. Nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ... 55

3. Nilai Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran ... 56

4. Bakat Keguruan ... 56

5. Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan Bakat Keguruan ... 57

6. Penguasaan Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan Bakat Keguruan ... 59

B. Pengujian Hipotesis ... 60

C.Pembahasan ... 64

1. Hubungan Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 64

2. Hubungan Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 66


(15)

xv

BAB V: PENUTUP ... 69

A.Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

C.Keterbatasan ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi ... 43

Tabel 3.3 Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa pada Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ... 44

Tabel 3.4 Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa pada Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran ... 44

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Pengembangan Bakat Keguruan ... 45

Tabel 3.6 Konversi Skor pada Variabel Bakat Keguruan ... 46

Tabel 3.7 Rentang Bakat Keguruan ... 49

Tabel 3.8 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan ... 50

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 54

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ... 55

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran ... 56

Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Bakat Keguruan ... 57

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan Bakat Keguruan ... 58

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Penguasaan Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan Bakat Keguruan ... 59

Tabel 5.7 Hasil Uji Korelasi Variabel Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP . 61 Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Variabel Penguasaan Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 63


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 38


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I : Surat Ijin Penelitian ... 76

Lampiran II : Lembar Kuesioner ... 77

A.Bagian I (Kreativitas Pedagogi) ... 80

B.Bagian II (Komitmen Pedagogi) ... 87

C.Bagian III (Kecerdasan Emosi) ... 94

Lampiran III : Lembar Jawab Kuesioner ... 103

Identitas Responden ... 103

A.Bagian I (Kreativitas Pedagogi) ... 104

B.Bagian II (Komitmen Pedagogi) ... 109

C.Bagian III (Kecerdasan Emosi) ... 110

Lampiran IV : Pedoman Penskoran ... 111

A.Bagian I (Kreativitas Pedagogi) ... 111

B.Bagian II (Komitmen Pedagogi) ... 115

C.Bagian III (Kecerdasan Emosi) ... 117

Lampiran V : Deskripsi Data ... 119

A.Berdasarkan Program Studi (Prodi) ... 119

B.Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling ... 119

C.Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran ... 120

D.Berdasarkan Kriteria Bakat Keguruan ... 120

Lampiran VI : Data Induk yang Diolah ... 121

A.Data Keseluruhan Responden ... 121

B.Data Berpasangan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan Bakat Keguruan ... 124

C.Data Berpasangan Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan Bakat Keguruan ... 132


(19)

xix

E. Data Komitmen Pedagogi ... 145 F. Data Kecerdasan Emosi ... 155 G.Data Konversi Skor Bakat Keguruan ... 163


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial bagi kemajuan bangsa. Dalam proses pembentukan SDM yang berkualitas tersebut, diperlukan guru atau tenaga kependidikan yang profesional.

Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan.

Guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi guru. Kompetensi tersebut ialah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan


(21)

efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi tersebut didapatkan melalui pendidikan profesi. Salah satu caranya adalah dengan kuliah di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP).

FKIP merupakan lembaga pendidikan yang menyiapkan mahasiswa untuk memiliki keterampilan dan kemampuan mengajar agar nantinya dapat menjadi guru yang handal. FKIP bertujuan untuk menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional dan mempunyai kompetensi keguruan yang memadahi yang berguna dalam penyelenggaraan proses pendidikan. Mata kuliah yang ditawarkan oleh FKIP meliputi; mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) prodi, mata kuliah berkehidupan bersama (MBB) prodi, mata kuliah keahlian berkarya (MKB) dan mata kuliah perilaku berkarya (MPB).

Keputusan Menteri No.232 Tahun 2000 menyatakan bahwa kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kelompok matakuliah keilmuan dan ketrampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. Kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat


(22)

(MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Kelompok matakuliah keahlian berkarya (MKB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai. Kelompok matakuliah perilaku berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai.

Mahasiswa FKIP diwajibkan menempuh semua mata kuliah yang diberikan oleh FKIP. Mata kuliah tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa FKIP sebagai calon guru. Dua di antara mata kuliah tersebut adalah mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dan Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Mata kuliah ini termasuk dalam kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK).

Mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling memiliki 2 fungsi. Fungsi pertama adalah mengembangkan pemahaman mahasiswa tentang bimbingan dan konseling di sekolah. Fungsi kedua adalah mengenalkan peran guru mata pelajaran dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Standar kompetensi mata kuliah ini meliputi:1

1 Silabus mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017


(23)

1. Penguasaan konsep hakikat dan urgensi bimbingan dan konseling.

2. Penguasaan konsep tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling. 3. Penguasaan konsep prinsip dan asas bimbingan dan konseling. 4. Penguasaan konsep pemahaman individu peserta didik.

5. Penguasaan konsep dan praksis layanan konseling dan pengalihan kasus.

Mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses belajar dan pendampingan/pengelolaan proses pembelajaran sebagai aktivitas pendidikan. Standar kompetensi mata kuliah ini meliputi:2

1. Pemahaman tentang konsep belajar dan pembelajaran.

2. Pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran di sekolah.

3. Pemahaman dampak keragaman siswa dan budaya terhadap proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar.

4. Pemahaman tentang pembelajaran yang efektif dan positif dalam rangka menciptakan lingkungan pembelajaran yang menumbuhkembangkan.

5. Pemahaman kategori-kategori sekolah dan kultur sekolah.

2 Silabus mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017


(24)

Berdasarkan pengamatan peneliti, banyak mahasiswa FKIP yang tidak tertarik untuk menjadi guru. Hal ini dikarenakan FKIP bukan merupakan pilihan utama dalam pemilihan peminatan bidang kuliah. Mahasiswa menjalani kuliah dengan tidak sepenuh hati. Hasil belajar yang didapat pun tidak dapat maksimal. Hal ini terbukti dari nilai Uji Kommpetensi Calon Guru (UKCG) mahasiswa FKIP yang tergolong rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan penguasaan mahasiswa terhadap aspek keguruan tergolong rendah. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat mahasiswa FKIP merupakan calon guru yang dituntut memiliki kemampuan yang memadai dalam bidang pendidikan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam mengajar, salah satunya adalah bakat. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 pasal 7 menyatakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip tertentu, salah satunya adalah memiliki bakat. Bakat yang dimaksud adalah bakat menjadi guru atau bakat keguruan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bakat diartikan sebagai kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Wijaya (1988:66) mengungkapkan bahwa bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Jadi bakat merupakan suatu kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang dimiliki sejak lahir dan perlu dilatih agar orang tersebut mahir dalam bidang yang ditekuninya.


(25)

Bakat merupakan kombinasi dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, jika bakat tidak diasah dengan baik atau tidak didukung dengan lingkungan yang sesuai, maka bakat tersebut dapat hilang (Sefrina, 2013:30). Seseorang yang lahir dengan memiliki bakat melukis jika tidak diberi fasilitas melukis dan tidak diasah kemampuannya, maka bakat melukis tersebut dapat memudar, bahkan hilang. Begitupula dengan bakat keguruan mahasiswa. Melalui pembelajaran di mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, dan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran, kemampuan mahasiswa semakin terasah. Mahasiswa yang memiliki bakat keguruan dari lahir akan semakin berkembang bakat keguruannya.

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling serta Penguasaan Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan Pengembangan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP”.

B. Batasan Masalah

1. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun angkatan 2013.

2. Ada dua faktor yang berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini hanya berfokus pada faktor eksternal, khususnya kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat keguruan mahasiswa yang diduga berhubungan


(26)

dengan penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dan penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. 3. Bakat yang akan diteliti pada penelitian ini merupakan bakat keguruan

dalam bidang pedagogik.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP?

2. Apakah terdapat hubungan penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adanya hubungan penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP.


(27)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan ilmu pendidikan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis-Empiris a. Bagi Universitas

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi universitas yang bersangkutan dalam usahanya meningkatkan kualitas pendidikan khususnya peningkatan kualitas keterampilan dan kemampuan mahasiswanya.

b. Bagi Dosen

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi dosen. Dosen menjadi tahu bagaimana suatu latihan dan pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk mengembangkan potensi mahasiswanya dan nantinya dosen dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan lebih baik lagi. c. Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa yang menghendaki kemajuan dan peningkatan keterampilan dan kemampuan keguruan. Mahasiswa menjadi tahu apa


(28)

yang harus dilakukan untuk meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya.


(29)

10 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Tinjauan Teoretik

1. Pengembangan Bakat Keguruan a. Guru

Dalam pepatah jawa, guru berarti “digugu lan ditiru” yang artinya

“dipercaya dan ditiru”. Oleh karena itu, guru dianggap sebagai panutan bagi

peserta didik. Tingkah laku dan ucapan guru menjadi salah satu patokan siswa untuk berperilaku dan bertutur kata. Menjadi seorang guru itu tidak mudah karena memiliki tanggungjawab yang besar terhadap perkembangan anak didik. Guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat (Undang-Undang No. 14 Tahun 2005).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:288) guru adalah orang yang pekerjaannya, mata pencahariannya, dan profesinya mengajar. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 menyebutkan secara spesifik bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam praktiknya, tugas guru tidak hanya sekedar mengajar, namun juga mengarahkan, memberi contoh, dan menilai


(30)

(mengevaluasi). Hal ini membuktikan bahwa guru memang mempunyai tanggungjawab yang besar dalam pendidikan di Indonesia.

Seorang guru dituntut memiliki profesionalitas. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (Undang-Undang No.14 Tahun 2005, pasal 4). Undang-Undang No.14 Tahun 2005, pasal 6 menyebutkan:

“Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggungjawab.”

Seorang guru dikatakan profesional jika memiliki kompetensi yang baik dalam dirinya. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-Undang No.14 Tahun 2005, ayat 10). Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah


(31)

kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

a. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum/silabus; (4) perancangan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (6) evaluasi hasil belajar; dan (7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (1) berkomunikasi lisan dan tulisan; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.


(32)

d. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (1) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (2) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (3) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (4) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (5) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

b. Bakat

1) Pengertian Bakat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakat diartikan sebagai kemampuan, kepandaian, sifat, dan pembawaan yang sudah ada atau dibawa sejak lahir. Ali dan Asrori (2005:78), mengemukakan bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Munandar (1985:18) juga mengemukakan bahwa bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang.

United State Office of Education dalam Munandar (1982:7) menjelaskan bahwa anak berbakat adalah seseorang yang dapat memberikan prestasi yang tinggi karena kemampuannya (potensi) yang sangat menonjol. Nasoetion dan Munandar (1982:4)


(33)

menjelaskan bahwa dengan seseorang dengan keunggulan (potensi) diharapkan memiliki peluang besar untuk mencapai prestasi tinggi dan menonjol dalam pekerjaannya. Jadi, bakat merupakan kemampuan bawaan sejak lahir yang berupa potensi yang masih perlu latihan dan dikembangkan agar potensi tersebut dapat menonjol dan memberikan prestasi yang tinggi.

Seseorang yang terlahir dengan bakat melukis dapat menjadi seorang pelukis yang hebat bila ia rajin berlatih dan diberi fasilitas melukis. Namun bisa terjadi yang sebaliknya. Jika orang tersebut tidak pernah mengasah bakat melukisnya dan tidak diberi fasilitas melukis, maka bakat tersebut bisa hilang. Apabila potensi dapat teraktualisasikan secara optimal, maka kontribusi terhadap sesamanya, bangsa, dan negaranya akan menjadikan manusia menanjak kehidupannya dan meningkat pula tata cara kehidupan bangsa (Semiawan, 2010:30).

2) Ciri-Ciri Anak Berbakat

Guru dan orang tua perlu mengetahui ciri-ciri anak berbakat agar mereka dapat membimbing anak tersebut dengan baik. Secara umum, anak berbakat memiliki prestasi yang menonjol dalam bidang yang ditekuninya. Parker dalam Munandar (1982:16) mengatakan bahwa anak-anak berbakat sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya. Martinson dalam Munandar


(34)

(1985:30) menyebutkan secara rinci beberapa ciri-ciri anak berbakat, yaitu:

1) Membaca pada usia lebih muda.

2) Membaca lebih cepat dan lebih banyak. 3) Memiliki perbendaharaan kata yang luas. 4) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.

5) Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah

“dewasa”.

6) Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri.

7) Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal.

8) Memberi jawaban-jawaban yang baik. 9) Dapat memberikan banyak gagasan. 10) Luwes dalam berpikir.

11) Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.

12) Mempunyai pengamatan yang tajam.

13) Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati. 14) Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri.

15) Senang mencoba hal-hal baru.

16) Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi.

17) Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah.

18) Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat). 19) Berperilaku terarah kepada tujuan.

20) Mempunyai daya imajinasi yang kuat. 21) Mempunyai banyak kegemaran (hobi). 22) Mempunyai daya ingat yang kuat. 23) Tidak cepat puas dengan prestasinya.

24) Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi). 25) Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap anak berbakat memiliki ciri-ciri di atas (Munandar, 1985:31). Poin-poin tersebut merupakan ciri-ciri umum yang biasanya terdapat pada anak berbakat. Tidak semua anak berbakat memiliki sikap dan sifat yang baik. Ada beberapa anak berbakat yang memiliki sikap yang kurang baik


(35)

(menyimpang) karena kurangnya pengawasan dan bimbingan dari orang tua.

Guru perlu mewaspadai masalah yang mungkin dilakukan oleh anak tersebut. Meskipun anak berbakat memiliki kematangan intelektual dan emosional yang baik, namun masih banyak anak berbakat yang merasa dikucilkan. Misalnya, karena ia memiliki prestasi yang tinggi, ia dikucilkan oleh rivalnya. Oleh karena itu, guru harus peka terhadap masalah yang mungkin timbul. Anak tersebut perlu diberi pelayanan dan bimbingan yang khusus.

3) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Bakat banyak tergantung dari pembawaan (heredity) (Munandar, 1982:18). Namun, bakat juga dapat hilang bila tidak dilatih secara terus menerus. Hal ini berarti bawa bakat dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Munandar (1985:18) mengatakan banyak faktor lain yang mempengaruhi bakat, disamping faktor intelegensi. Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi bakat yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Misalnya gen, intelegensi, motivasi dari dalam diri, minat, keinginan untuk berprestasi, dan ketekunannya dalam mengatasi kesulitan. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi bakat yang berasal dari luar diri anak


(36)

tersebut. Faktor eksternal dapat berupa keadaan lingkungan, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, dan sebagainya.

c. Pengembangan Bakat Keguruan

Telah disebutkan di atas bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan sejak lahir yang berupa potensi yang masih perlu latihan dan dikembangkan agar potensi tersebut dapat menonjol dan memberikan prestasi yang tinggi. Di sisi lain keguruan merupakan perihal (yang menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Menurut Wasidi dan Djemari Mardapi (2016: 99) bakat keguruan adalah potensi kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Bila bakat keguruan seseorang tidak dilatih dan diasah, maka bakat tersebut bisa hilang. Bakat tersebut dapat terus terasah dengan cara menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan memperoleh pelatihan dalam bidang keguruan.

Bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi (Wasidi dan Mardapi, 2016). Kreativitas pedagogi merupakan cara kreatif guru dalam merancang dan mengolah pembelajaran. Dalam hal ini kreativitas dan keahlian guru sangat diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga


(37)

dapat memotivasi siswa dalam belajar. Guru yang memiliki kreativitas mempunyai rasa ingin tahu, berpikir orisinal, mandiri, berani mengambil risiko, energik, mempunyai rasa humor, memecahkan suatu masalah yang kompleks, artistik, berpikiran terbuka, dan intuitif (Wasidi dan Mardapi, 2016: 100).

Komitmen pedagogi menekankan pada komitmen dan tanggungjawab guru dalam dunia pendidikan. Wasidi dan Mardapi (2016: 101) menyebutkan komitmen pedagogi terdiri atas empat faktor yaitu motivasi terhadap tugas, disiplin terhadap tugas, tanggung jawab terhadap tugas, dan keuletan menjalankan tugas. Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin terhadap pelaksanaan tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diembannya. Tanggungjawab terhadap tugas adalah tingkat keberanian yang diembannya. Keuletan dalam menjalankan tugas adalah tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.

Kecerdasaan emosi merupakan kemampuan guru untuk mengolah emosinya dengan baik. Hal ini sangat penting untuk menjaga hubungan baik dengan siswa, para guru, maupun orang tua siswa. Guru yang tidak dapat mengolah emosinya dengan baik, akan gegabah dalam mengahadapi masalah. Akibatnya keputusan yang diambil dapat keliru. Contohnya pada saat terjadi perkelahian antar siswa, jika guru terpancing amarahnya, bisa saja ia langsung mengambil tindakan dengan cara fisik.


(38)

2. Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)

Permendiknas No. 232 tahun 2000 pasal 9 menetapkan bahwa kelompok MKK terdiri atas mata kuliah yang relevan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keilmuan atas dasar keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan program studi bersangkutan. Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma membagi MKK ke dalam dua kelompok besar yaitu MKK Utama dan MKK Alat. MKK utama terbagi lagi dalam MKK Kependidikan dan MKK Bidang Studi. MKK Kependidikan terdiri dari mata kuliah Pengantar Pendidikan, Psikologi Remaja, Psikologi Belajar dan Pembelajaran, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, dan Manajemen Sekolah. MKK Bidang Studi terdiri dari mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, Pengantar Bisnis dan Koperasi, Pengantar Manajemen, Akuntansi Keuangan Dasar I, dan Akuntansi Keuangan Dasar II. Sedangkan untuk kelompok MKK Alat terdiri dari mata kuliah Pengantar Aplikasi Komputer, Matematika Ekonomi, Statistika, Statistika Lanjutan, dan Pengolahan Data Elektronik (PDE).

a. Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

1) Pengertian Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

Kata ‘bimbingan’ dan ‘konseling’ memiliki definisi yang

hampir sama. Kedua kata ini sebenarnya memiliki kerterkaitan satu dengan yang lain. Bimbingan merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh konselor untuk membantu konseli dalam memahami


(39)

lingkungan dan kemampuan diri sendiri, sehingga konseli dapat memecahkan masalah yang dihadapi (Ahmadi, 1977:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Djumhur dan Surya (1975:28) yang menyatakan bahwa:

“…pengertian bimbingan yaitu suatu proses pemberian

bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan

pengalaman khusus dalam bidang tersebut.”

Bentuk pelayanan bimbingan dapat berupa bimbingan individu, kelompok, maupun melalui perantara orang lain. Dalam dunia pendidikan, bimbingan individu tampak pada saat guru mewawancarai siswa tentang suatu masalah. Bimbingan kelompok diberikan saat guru mengarahkan siswa di kelas untuk memilih program studi lanjutan. Bimbingan melalui perantara orang lain


(40)

diberikan pada saat guru meminta bantuan orang tua untuk memotivasi siswa agar rajin sekolah.

Di sisi lain, konseling merupakan bantuan yang diberikan konselor agar konseli dapat menemukan sendiri jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Bantuan ini dapat berupa wawancara, atau dengan cara lain yang sesuai dengan keadaan individu (Ahmadi, 1977:8). Jika pelayanan bimbingan dapat dilaksanakan dalam bentuk kelompok, maka pelayanan konseling hanya dilaksanakan secara individu. Oleh karena itu, konseling dapat dikatakan merupakan bagian dari bimbingan.

Dari tinjauan di atas, maka mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling merupakan mata kuliah yang membekali mahasiswa dengan kemampuan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, terutama kesulitan belajar. Kemampuan ini sangat dibutuhkan seorang guru dalam membimbing siswa di sekolah. Contohnya pada saat siswa terlihat lesu belajar, guru hendaknya bertanya mengenai keluhan atau masalah yang dihadapi. Selain itu, kemampuan ini juga dapat dimanfaatkan dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. Contohnya mendengarkan dan membantu orang lain yang sedang memiliki masalah.


(41)

2) Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Banyak ahli yang mengemukakan tujuan bimbingan dan konseling. Tujuan tersebut juga mengalami perubahan dari tujuan yang sederhana menjadi tujuan yang kompleks. Tujuan bimbingan dan konseling dapat dirangkum menjadi (Wijaya, 1988; Surya, 1988): a) Mengenal dan memahami diri sendiri dan lingkungan

Tujuan utama dari bimbingan dan konseling adalah membantu konseli untuk memahami secara menyeluruh mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Setelah konseli berhasil memahami diri dan lingkungannya secara mendalam, konseli diharapkan dapat memecahkan masalah di kemudian hari. Dengan memahami potensi yang ia miliki, konseli menjadi semakin sadar akan perannya dalam menjalin hubungan dengan lingkungan. Bila konseli dapat memahami lingkungan sekitar dengan baik, maka ia juga dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

b) Perubahan perilaku konseli

Setelah selesai melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling, konseli diharapkan mampu untuk merubah perilakunya menjadi lebih baik. Hal ini bermanfaat agar kelangsungan hidup konseli menjadi lebih produktif dan sesuai dengan tuntutan positif lingkungan. Aspek-aspek yang diharapkan berubah antara lain hubungan dengan orang lain, situasi keluarga, prestasi akademik, pengalaman pekerjaan, dan lain lain (Surya, 1988:119).


(42)

c) Kesehatan mental yang positif

Selama melaksanakan pelayanan bimbingan, konselor mengarahkan konseli untuk mampu mengubah pola pikirnya yang lama. Jika pola pikir konseli sudah berubah, maka konseli dapat belajar menerima tanggungjawab, berdiri sendiri, dan memperoleh integrasi perilaku. Konseli diajak untuk berpikir positif agar konseli dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. Lebih jauh lagi, mental yang positif ini dapat membuat konseli membangun hubungan yang baik dengan sesama.

Contohnya seorang konseli sedang dalam masalah besar, kemudian ia menemui konselor untuk membantunya menemukan solusi dari masalah tersebut. Sebelum ia menemui konselor, hubungan sosial dengan sesamanya tidak baik. Ia terlihat murung dan mudah marah. Setelah melaksanakan bimbingan dengan konselor, kesehatan mentalnya menjadi baik dan ia dapat mulai membangun hubungan yang harmonis dengan sesama.

d) Pemecahan masalah

Tujuan konseli melakukan bimbingan dengan konselor adalah untuk membantu konseli memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Hal yang perlu diingat bahwa bukan konselor yang memecahkan masalah tersebut, tetapi konseli lah yang akan menemukan solusi atas permasalahannya. Konselor hanya berperan membantu konseli dalam memahami kemampuan


(43)

dirinya, membuka pikiran konseli sehingga konseli sadar dan mampu menemukan sendiri solusi atas permasalahan tersebut. Mencari solusi memang tidak mudah. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara konseli dan konselor dalam mewujudkan pelayanan bimbingan yang efektif.

e) Pengambilan keputusan

Setelah konseli dapat menemukan solusi atas permasalahannya, selanjutnya konseli diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat. Konseli juga diharapkan dapat bertanggungjawab atas keputusan yang diambilnya. Oleh karena itu, konseli diharapkan sadar akan konsekuensi atas tindakan yang akan dilakukannya itu. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan masalah baru yang timbul akibat keputusan tersebut.

3) Fungsi Bimbingan di Sekolah

Banyak teori yang mengungkapkan fungsi bimbingan. Fungsi bimbingan tersebut dirangkum menjadi tujuh fungsi sebagai berikut: a) Fungsi pemahaman, yaitu membantu konseli untuk memahami

potensi dan kemampuan dirinya sendiri serta memahami lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar konseli mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (Yusuf dan Nurihsan, 2010:16). Contohnya guru memberikan bimbingan kepada siswa


(44)

untuk mengenali bakat dan potensi yang dimiliki sehingga siswa dapat memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai. Dilihat dari sisi konselor, fungsi pemahaman ini terdiri dari pemahaman konselor tentang konseli, pemahaman tentang masalah konseli, dan pemahaman tentang lingkungan konseli (Prayitno dan Amti, 2004:197).

b) Fungsi preventif (pencegahan), yaitu usaha konselor untuk mencegah terjadinya gangguan atau masalah yang mungkin akan dihadapi konseli. Dalam dunia pendidikan, fungsi ini tampak pada saat konselor (guru) memberikan arahan kepada konseli (siswa) untuk menghindari diri dari perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri (Yusuf dan Nurihsan, 2010:16). Pencegahan tersebut dapat diberikan melalui program bimbingan yang sistematis seperti layanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok (Surya, 1988:38). Bentuk layanan yang diberikan berupa sosialisasi, wawancara dengan para ahli, berbagi pengalaman, dan sebagainya.

c) Fungsi pengembangan, yaitu usaha konselor untuk membantu konseli dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya secara lebih terarah (Surya, 1988:41). Dalam dunia pendidikan, usaha ini dapat diwujudkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memfasilitasi perkembangan siswa. Guru dan staf sekolah bekerjasama menciptakan lingkungan


(45)

belajar yang kondusif dan memberikan fasilitas belajar yang menunjang perkembangan belajar siswa. Bentuk bimbingan yang diberikan dapat berupa layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok, sharing, dan karyawisata (Yusuf dan Nurihsan, 2010:16).

d) Fungsi perbaikan (kuratif), yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada konseli yang sedang menghadapi masalah. Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan, seorang konseli tetap saja dapat mengalami gangguan atau masalah tertentu (Surya, 1988:41). Pada saat inilah konselor diharapkan dapat memberikan bimbingan untuk membantu konseli memecahkan masalahnya. Bentuk bimbingan yang diberikan tergantung pada jenis, sifat, maupun bentuk masalahnya. Pendekatannya dapat berupa wawancara individu atau kelompok, melalui perantara orang lain, maupun melalui pengubahan lingkungan (Surya, 1988:41).

e) Fungsi penyaluran, yaitu usaha konselor untuk memberikan bimbingan kepada konseli dalam memilih diantara alternatif yang tersedia (decision making) (Winkel, 1991:86). Konselor membimbing konseli agar dapat memilih pilihan yang paling tepat dan paling sesuai dengan kepribadian konseli. Dalam dunia pendidikan, hal ini tampak pada saat guru membantu siswa dalam menyalurkan minat dan bakatnya, membantu dalam memilih ekstrakurikuler yang sesuai, memilih program studi yang


(46)

diinginkan, dan sebagainya (Yusuf dan Nurihsan, 2010:17). Sebelum siswa memilih diantara alternatif tersebut, hendaknya siswa dibimbing untuk memahami bakat dan potensinya terlebih dahulu.

f) Fungsi adaptasi, yaitu bentuk layanan konselor kepada tenaga-tenaga kependidikan khususnya pemimpin dan staf sekolah agar mengadaptasikan program pendidikan terhadap kebutuhan siswa (Winkel, 1991:86). Konselor memberikan informasi tentang latar belakang siswa, gaya belajar siswa secara umum, dan informasi lainnya yang berguna untuk membuat perangkat pembelajaran yang sesuai. Dalam hal ini, konselor tidak langsung memberikan pelayanan kepada konseli, namun melalui perantara orang lain, yaitu guru dan staf sekolah. Guru dapat meminta bantuan dari konselor mengenai latar belakang siswa secara mendalam agar dapat merancang pembelajaran yang tepat.

g) Fungsi penyesuaian, yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada konseli dalam menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi (Winkel, 1991:86). Contohnya seorang konseli yang baru pindah ke suatu daerah merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Ia dapat menghubungi konselor untuk meminta bantuan. Dalam dunia pendidikan, guru dapat membantu siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah, peraturan sekolah, atau norma agama.


(47)

Jika dalam fungsi adaptasi konselor membantu guru dan staf sekolah merancang program pembelajaran, maka pada fungsi penyesuaian konselor membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan program pembelajaran tersebut.

4) Prinsip Bimbingan

Setiap ahli menyebutkan fungsi bimbingan yang berbeda-beda. Sukardi (1988:12) berpendapat bahwa prinsip bimbingan terdiri dari lima prinsip, yaitu:

a) “Bimbingan, terutama dan secara sistematis bersangkut -paut dengan perkembangan pribadi individu.

b) Bimbingan diadakan terutama terletak pada proses yang berhubungan dengan perilaku individu.

c) Bimbingan adalah dilaksanakan berorientasi pada bentuk-bentuk kerjasama, tetapi bukan dengan bentuk-bentuk paksaan. d) Bimbingan didasarkan pada penghargaan atas harkat dan

martabat serta nilai-nilai individual.

e) Bimbingan adalah suatu proses yang berkesinambungan,

dan menyatu dengan semua kegiatan pendidikan.”

Yusuf dan Nurihsan (2010:17) menambahkan beberapa poin dalam prinsip bimbingan, yaitu:

a) “Bimbingan diperuntukan bagi semua individu. b) Bimbingan bersifat individualisasi.

c) Bimbingan menekankan hal yang positif. d) Bimbingan merupakan usaha bersama.

e) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan.

f) Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan).” Hal yang berbeda diungkapkan oleh Prayitno dan Amti (2004:218). Beliau menggolongkan prinsip bimbingan ke dalam lima bagian, yaitu:


(48)

a) “Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan. b) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah klien.

c) Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan proses penanganan masalah.

d) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayananan. e) Prinsip-prinsip berkenaan dengan penyelenggaan

pelayanan.”

Meskipun secara umum berbeda, inti pokok prinsip bimbingan masih sama. Di bawah ini dijelaskan beberapa prinsip bimbingan yang bersumber dari Prayitno dan Amti (2004); Fullmer dan Bernard (1964); Crow dan Crow (1960).

a) Bimbingan diberikan kepada setiap individu yang memerlukan bimbingan. Konselor tidak boleh bersikap subjektif dalam melayani konseli hanya dengan memandang latar belakang, status sosial, hubungan kekerabatan, dan lain-lain.

b) Konselor harus memahami secara mendalam tentang kondisi konseli. Hal-hal yang perlu dipahami konselor adalah kepribadian konseli, masalah yang dihadapi konseli, dan lingkungan sekitar konseli. Selama melaksanakan bimbingan, konselor diharapkan mampu menciptakan suasana nyaman, salah satu caranya dengan memberikan penguatan positif.

c) Bimbingan adalah suatu proses yang kontinu. Bimbingan tidak hanya berhenti saat konseli berhasil memecahkan masalahnya, namun harus berlanjut sampai konseli benar-benar mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi. Hal ini didasarkan atas tujuan bimbingan yang mengharapkan perubahan


(49)

sikap konseli agar dapat mandiri dalam menghadapi setiap permasalahan.

d) Bimbingan harus dilaksanakan atas dasar kemauan konseli, bukan karena paksaan konselor.

e) Diperlukan kerjasama yang baik antara konselor dengan guru atau orang tua. Hal ini dikarenakan mereka yang bertanggungjawab atas perkembangan konseli.

f) Bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional. Oleh karena itu, kegiatan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah diberikan latihan khusus dalam bidang ini.

g) Bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di masyarakat dan lingkungan sosial lainnya. Oleh karena itu, program layanan harus dibuat fleksibel.

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa guru memegang tugas penting dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik. Dalam hal ini guru berperan sebagai konselor. Guru harus memahami karakteristik para peserta didik dan membuat rancangan pembelajaran yang bersifat preventif. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh peserta didik.

Semua kompetensi tersebut bisa didapatkan seseorang dengan belajar atau kuliah di FKIP. Melalui berbagai macam mata kuliah yang ditawarkan, FKIP berusaha untuk menghasilkan mahasiswa keguruan yang handal. Seseorang yang terlahir dengan bakat keguruan, akan


(50)

semakin menonjol dan terampil dalam hal keguruan bila ia mendapatkan kompetensi dan latihan di FKIP. Dengan demikian, mata kuliah yang ditawarkan FKIP dapat membantu menumbuhkan dan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa.

b. Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran

1) Pengertian Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran Setiap orang memiliki definisi sendiri tentang belajar. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki pengalaman belajar yang berbeda-beda. Soemanto (1984:99) berpendapat bahwa belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang (Ahmadi dan Supriyono, 1991:120).

2) Faktor yang mempengaruhi belajar

Belajar merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Salah satu cara manusia belajar adalah dengan cara mencoba atau melalui pengalaman. Selama belajar ini, tentu saja seseorang berinteraksi dengan orang lain untuk mendapatkan informasi. Oleh karena itu, proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:


(51)

a) Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi belajar seseorang yang berasal dari luar dirinya. Hal ini berarti bahwa orang tersebut tidak dapat mengendalikan faktor ekternal ini. Faktor ini dapat berupa faktor manusia, lingkungan alam, atau lingkungan sosial. Faktor eksternal ini dibagi lagi ke dalam dua jenis yaitu faktor eksternal sosial dan faktor eksternal non-sosial (Suryabrata, 1984:253).

Faktor eksternal sosial maksudnya adalah orang lain yang hadir pada saat seseorang belajar. Kehadiran ini dapat diartikan secara nyata atau tidak nyata. Kehadiran yang nyata dapat terlihat pada saat seseorang belajar, kemudian orang lain datang untuk membantu atau malah mengganggu. Kehadiran yang tidak nyata dapat terjadi pada saat seseorang mendengarkan radio selama ia belajar.

Faktor eksternal non-sosial maksudnya adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar seseorang di luar faktor manusia. Contohnya adalah suhu udara, kebisingan lingkungan, alat tulis yang dipakai, waktu belajar, perangkat pembelajaran, dan lain-lain. Mengapa hal tersebut dapat mempengaruhi belajar? Berikut akan diberikan ilustrasi sederhana. Siswa yang belajar di sekolah yang tenang, aman, dan bersih pasti akan lebih nyaman dalam belajar. Sebaliknya siswa yang belajar di sekolah yang bising, tidak aman,


(52)

dan kotor akan merasa tidak nyaman dalam belajar. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa dan dapat berimbas pada hasil belajarnya.

b) Faktor internal

Faktor internal merupakan hal-hal yang mempengaruhi belajar seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat mengendalikan faktor internal tersebut. Faktor internal dapat berupa faktor jasmani/fisik, dan faktor rohani/psikologis.

Faktor jasmani/fisik adalah faktor yang berkaitan dengan fisik seseorang. Contohnya adalah seseorang yang sedang sakit pasti tidak akan bisa berkonsentrasi dengan baik selama belajar. Oleh karena itu, guru juga perlu memperhatikan faktor fisik peserta didik agar mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan di sekolah, seperti periksa mata, imunisasi, pemberian makanan sehat, dan lain-lain.

Faktor rohani/psikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan psikologis/kejiwaan. Seseorang yang dalam keadaan marah atau banyak masalah, tidak dapat berpikir dengan baik dalam belajar. Konsentrasinya akan terpecah-pecah. Hal ini harus cepat disadari oleh guru dan harus segera diberikan penanganan yang


(53)

tepat. Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka hasil belajar siswa tersebut dapat menurun.

3) Kesulitan belajar

Dalam proses belajar, tidak semua prosenya dapat berjalan dengan lancar. Seseorang dapat mengalami gangguan atau kesulitan dalam belajar. Faktor intelegensi yang rendah tidak serta merta menjadi faktor utama yang menyebabkan kesulitan belajar (Ahmadi dan Supriyono, 1991:74). Jadi seseorang dengan intelegensi tinggi belum tentu berhasil dalam belajar.

Seorang guru dituntut untuk cakap dalam menangani siswa yang mengalami kesulitam belajar. Hal ini dimulai dari mengenali dahulu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Setelah itu dilakukan pendekatan untuk mengetahui penyebab siswa mengalami kesulitan belajar. Langkah terakhir adalah dengan memberikan layanan atau penanganan yang tepat.

Ada banyak faktor yang membuat siswa mengalami kesulitan belajar. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor sosial dan faktor non-sosial.

Faktor fisiologis antara lain karena siswa sedang sakit, karena cacat tubuh, atau kurang sehat karena kurang vitamin dan nutrisi.


(54)

Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi, kesehatan mental, dan gaya belajar. Faktor sosial dapat berupa hubungan orang tua, suasana rumah, hubungan guru dengan siswa, dan lingkungan sosial. Faktor non-sosial dapat berupa kondisi ekonomi keluarga, kurikulum, perangkat pembelajaran, kondisi gedung sekolah, dan media massa.

Dalam perkuliahan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran, mahasiswa dikenalkan tentang seluk beluk belajar siswa. Mahasiswa dikenalkan dengan berbagai macam gaya belajar, menemukan cara belajar yang tepat bagi dirinya, masalah kesulitan belajar, cara mengatasi kesulitan belajar, menganalisis gaya belajar siswa, dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Semua kompetensi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keguruan mahasiswa. Oleh karena itu, seseorang yang telah memiliki bakat keguruan, dapat mengasah bakat keguruannya melalui perkuliahan di FKIP.

3. Penguasaan Mata Kuliah

Menurut Standar Proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata


(55)

kerja operasional yang dapat diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ini berarti indikator pencapaian kompetensi merupakan rumusan kemampuan yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar. Untuk mengukur keberhasilan mahasiswa dalam mata kuliah yang bersangkutan, maka dibuat perangkat penilaian yang terdiri dari tes atau non tes. Hasil dari tes dan penilaian lainnya menghasilkan nilai akhir mata kuliah. Nilai akhir mata kuliah ini hanya berfokus pada ranah kognitif. Mahasiswa yang lulus dalam mata kuliah, berarti bahwa ia menguasai mata kuliah tersebut karena ia telah berhasil melampaui kompetensi dasar yang disyaratkan dalam mata kuliah tersebut. Oleh karena itu, variabel penguasaan mata kuliah pada penelitian ini diukur dengan melihat nilai akhir mahasiswa pada mata kuliah yang bersangkutan.

B. Kerangka Berfikir

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk menjadi guru adalah harus memiliki bakat. Hal ini berarti bahwa bakat sangat penting dalam proses pendidikan. Selain guru harus memiliki bakat, guru dan sistem pendidikan pun harus memperhatikan bakat peserta didik. Dalam proses mendeteksi bakat peserta didik tersebut, dibutuhkan keahlian dan bakat dalam bidang keguruan. Calon guru dapat mengasah bakat keguruannya dengan berlatih di perguruan tinggi, yaitu FKIP. FKIP menawarkan banyak mata kuliah yang


(56)

dapat mengasah bakat keguruan mahasiswa. Dua di antaranya adalah mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling serta mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Dalam kedua mata kuliah ini terdapat banyak teori dan latihan-latihan yang dapat menjadi bekal guru dalam mengajar.

Mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling memberikan bekal bagi calon guru dalam memberikan bimbingan dan konseling untuk peserta didik. Mata kuliah ini juga memberikan teori mengenai konsep hakikat, urgensi bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, prinsip, asas, pemahaman individu peserta didik, dan layanan konseling. Dengan bekal teori yang diberikan oleh FKIP, calon guru dapat mendeteksi sikap-sikap siswa yang terlihat lesu atau tidak fokus dalam belajar. Setelah itu, calon guru melakukan pendekatan untuk mengetahui penyebab masalah tersebut dan dibantu untuk keluar dari masalah tersebut.

Mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran memberikan bekal kepada calon guru dalam memahami karakteristik siswa dalam belajar, sehingga diharapkan guru dapat menyusun perangkat pembelajaran yang tepat. Mata kuliah ini memberikan teori tentang konsep belajar dan pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran, dampak keberagaman siswa dan budaya terhadap proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar, pembelajaran yang efektif dan positif, kategori sekolah dan kultur sekolah. Bila guru dapat memahami karakteristik belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mereka, maka guru dapat merancang perangkat


(57)

pembelajaran yang tepat. Hal ini diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.

Seseorang yang memiliki bakat dan terus melatih diri sesuai bakatnya, maka bakat tersebut akan semakin menonjol dan terasah. Bila bakat tersebut tidak difasilitasi dan tidak dilatih, maka bakat tersebut bisa hilang. Standar kompetensi dan tujuan dari kedua mata kuliah ini memberikan bekal teori dan latihan yang dapat mengasah bakat keguruan mahasiswa. Dengan beragam latihan dan keterampilan dari kedua mata kuliah tersebut, bakat keguruan yang ada dalam diri mahasiswa FKIP akan semakin muncul dan terasah.

Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1: Kerangka Konsep Pemelitian

C. Rumusan Hipotesis

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Terdapat hubungan penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan

Konseling dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Penguasaan Mata

Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (X1)

Penguasaan Mata Kuliah Psikologi

Belajar dan Pembelajaran (X2)

Pengembangan Bakat Keguruan Mahasiswa


(58)

Ha2: Terdapat hubungan penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan


(59)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode studi kasus atau penelitian lapangan. Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Tujuan studi kasus adalah mempelajari secara intensif latar belakang, status terakhir, dan interaksi lingkungan yang terjadi pada suatu satuan sosial seperti individu, kelompok, lembaga, atau komunitas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2017.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(60)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling serta penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengembangan bakat keguruan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2007:77). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Sumber: BAA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2016/2017 Semester Gasal.

Program Studi Jumlah Mahasiswa

Pendidikan Agama 39

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 Pendidikan Bahasa Inggris 150 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83

Pendidikan Sejarah 51

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi 37 Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi 102

Pendidikan Matematika 92

Pendidikan Fisika 50

Pendidikan Biologi 57


(61)

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Azwar, 2007:79). Penelitian ini menggunakan sampel yang representatif. Sampel yang representatif berarti bahwa sampel benar-benar dapat mewakili populasi yang menjadi sasaran penelitian. Penentuan sampel penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

� = + �

Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

r = Tingkat signifikansi menggunakan 0.05

� = + 855 , 5855

n = 273 mahasiswa

Oleh karena itu, jumlah sampel minimal yang harus diambil dalam penelitian ini adalah 273 mahasiswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Pada penelitian ini, jenis teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional, yaitu dengan mengambil subjek dari setiap strata atau setiap wilayah yang ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau wilayah. Pengambilan sampel secara proporsional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:


(62)

� � � � = Σ ��� −Σ ��� � � Σ �

Dengan demikian, sampel yang akan diteliti berdasarkan program studi masing-masing respoden, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi

Sumber: BAA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2016/2017 Semester Gasal, diolah.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Penguasaan Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Variabel penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling diukur menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah tersebut. Nilai akhir tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Program Studi Jumlah

Mahasiswa

Jumlah Sampel

Pendidikan Agama 39 12

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 62 Pendidikan Bahasa Inggris 150 48 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83 26

Pendidikan Sejarah 51 16

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Ekonomi 37 12

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi 102 33

Pendidikan Matematika 92 29

Pendidikan Fisika 50 16

Pendidikan Biologi 57 18


(63)

Tabel 3.3

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa pada Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor A Amat baik 4 3

B Baik 3 2

C Cukup 2 1

2. Variabel Penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran Variabel penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran diukur menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah tersebut. Nilai akhir tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa pada Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor A Amat baik 4 3

B Baik 3 2

C Cukup 2 1

3. Variabel Pengembangan bakat keguruan

Variabel pengembangan bakat keguruan diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pedoman penskoran yang terdapat pada instrumen pengembangan bakat keguruan yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Intrumen pengembangan bakat keguruan terdiri atas tiga bagian, yaitu: kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi.

Kreativitas pedagogi diukur dengan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Butir-butir pertanyaan kreativitas pedagogi disusun dengan model what if


(64)

not yaitu metode untuk mengungkapkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah jika disajikan satu alternatif pemecahan masalah. Komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan berjenjang dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak.

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Pengembangan bakat keguruan Variabel

Penelitian Bagian Indikator

Jumlah Item Pengembangan bakat keguruan Kreativitas Pedagogi Kecepatan berpikir 32 Keluwesan berpikir Keaslian berpikir Elaborasi berpikir Komitmen Pedagogi

Motivasi terhadap tugas

32 Disiplin terhadap tugas

Tanggung jawab terhadap tugas Keuletan menjalankan tugas

Kecerdasan Emosi Emosi sendiri 40 Mengelola emosi Memotivasi

Empati terhadap orang lain

Membina hubungan dengan orang lain

Sumber: Wasidi dan Mardapi (2016), diolah.

Skor akhir pada variabel pengembangan bakat keguruan diperoleh dari menjumlahkan skor tes kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi. Skor akhir lalu dikonversikan menjadi nilai. Konversi skor adalah sebagai berikut:


(65)

Tabel 3.6

Konversi Total Skor pada Variabel Pengembangan Bakat Keguruan

No Interval Skor Nilai

1 104 – 113 0.0

2 114 – 124 0.5

3 125 – 134 1.0

4 135 – 145 1.5

5 146 – 155 2.0

6 156 – 165 2.5

7 166 – 176 3.0

8 177 – 186 3.5

9 187 – 197 4.0

10 198 – 207 4.5

11 208 – 217 5.0

12 218 – 228 5.5

13 229 – 238 6.0

14 239 – 249 6.5

15 250 – 259 7.0

16 260 – 269 7.5

17 270 – 280 8.0

18 281 – 290 8.5

19 291 – 301 9.0

20 302 – 311 9.5

21 ≥ 312 10.0

Sumber: Wasidi (2015), diolah.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuisioner merupakan suatu bentuk instrumen pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan (Azwar, 2007:101). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah dibuat oleh Warsidi (2015).


(66)

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan hasil catatan atau laporan yang berasal dari pihak lain. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi adalah mencari, mengumpulkan dan menyelidiki data berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201). Jadi, teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang sudah ada sebelumnya dengan cara mencari data tersebut pada pihak yang terkait.

Penelitian dokumentasi perlu dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Teknik dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang jumlah mahasiswa aktif dan nilai akhir mahasiswa pada mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling serta mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen penelitian yang dugunakan adalah uji validitas dan reliabilitas.

1. Pengujian Validitas

Konstruk pengembangan bakat keguruan mempunyai nilai validitas sebesar 0.93, dimana dimensi kreativitas pedagogi mempunyai nilai validitas sebesar 0.92, komitmen pedagogi sebesar 0.94, dan kecerdasan emosi sebesar 0.97 (Wasidi, 2016). Hasil analisis butir menggunakan


(67)

pendekatan IRT PCM menunjukkan bahwa nilai infit instrumen dimensi kreativitas pedagogi bergerak dari nilai 0.881.23, komitmen pedagogi 0.771.18, dan kecerdasan emosi 0.861.28, masih di dalam interval syarat batas infit mean square (MNSQ) untuk butir yaitu 0.771.3 (Wasidi, 2016). Hasil pengujian konstruk pengembangan bakat keguruan memenuhi syarat goodness of fit statistics (GOF).

2. Pengujian Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dan stabil dari waktu ke waktu (Brataningrum, 2014:19). Intrumen pengembangan bakat keguruan yang dikembangkan oleh Wasidi (2015) memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0.94 dengan nilai informasi kemampuan kreativitas pedagogi antara -2.05 sampai +1.4. Koefisien reliabilitas instrumen komitmen pedagogi sebesar 0.707 dengan nilai informasi kemampuan komitmen pedagogi sampai +0.01. Kecerdasan emosi mempunyai nilai informasi responden dengan kemampuan sampai +0.4. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas tersebut instrumen pengembangan bakat keguruan yang dikembangkan tergolong baik, karena instrumen tersebut mempunyai koefisien reliabilitas yang tinggi.


(68)

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004; 169). Data hasil kuesioner instrumen pengembangan bakat keguruan pada penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Rentang Pengembangan bakat keguruan Nilai Kategori Kecenderungan Variabel Skor

8 – 10 Berbakat 4

6 - 7,9 Cukup Berbakat 3 4 – 5,9 Kurang Berbakat 2 1 – 3,9 Kurang Sekali Berbakat 1 Sumber: Wasidi (2015), diolah.

2. Tingkat Hubungan Antar Variabel

Nilai koefisien korelasi menyatakan kekuatan antara dua variabel atau lebih. Dalam menentukan kuat atau lemah tingkat hubungan dapat dilihat dari Tabel 3.8.


(69)

Tabel 3.8

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan No Nilai Koefisien Penjelasan

1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah 2 0,20 – 0,399 Lemah 3 0,40 – 0,599 Cukup 4 0,60 – 0,799 Kuat 5 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Siregar (2013: 251)

3. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Uji Korelasi Spearman melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows versi 17.0. Prosedur pada pengujian hipotesis yang akan dilakukan terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

1) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat a) Hipotesis I

H01: Penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan

Konseling tidak berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP

Ha1: Penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan

Konseling berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP

� ∶ � ≠ � � ∶ � = �


(70)

b) Hipotesis II

H02: Penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan

Pembelajaran tidak berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP

Ha2: Penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan

Pembelajaran berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP

� ∶ � ≠ � � ∶ � = �

2) Menentukan tingkat signifikansi (risiko kesalahan)

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (α) 5% atau 0.05.

3) Menentukan uji yang digunakan

Uji statistik pada kedua hipotesis menggunakan Uji Korelasi Spearman.

4) Kriteria penerimaan hipotesis

a) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05 maka Ho diterima b) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 maka Ho ditolak 5) Penarikan Kesimpulan

a) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05 maka Ho diterima, artinya penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling tidak berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Sebaliknya, jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 maka


(71)

Ho ditolak, artinya penguasaan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

b) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05 maka Ho diterima, artinya penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran tidak berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Sebaliknya, jika nilai Sig. (2-tailed) < 0.05 maka Ho ditolak, artinya penguasaan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran berhubungan dengan pengembangan bakat keguruan mahasiswa FKIP.


(72)

53 BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Data

Informasi yang diperoleh melalui instrumen berupa identitas responden dan jawaban kuesioner. Identitas responden meliputi nama, nomor induk mahasiawa (NIM), jenis kelamin, asal daerah, program studi, nilai mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, dan nilai mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Kuesioner dibagikan kepada 305 rsponden dan yang kembali sebanyak 250 instrumen atau sebesar 81,97%. Jumlah ini lebih sedikit dari jumlah sampel yang telah dihitung (273 responden). Hal ini dikarenakan cukup banyak responden yang tidak mengembalikan kuesioner. Berikut ini merupakan perhitungan margin error yang dihitung menggunakan rumus Slovin:

� = + ��

5 = + 855�855

5 + 855� = 855

5 + . 5 � = 855

. 5 � = 855 − 5

. 5 � = 5

� = . 55

� = , 8

� = √ , 8

� = , 5

Di bawah ini merupakan hasil analisis deskripsi identitas responden berdasarkan masing-masing kategori:


(73)

1. Program Studi

Data responden berdasarkan program studi dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi

No Program Studi Frekuensi Persentase

1 Pendidikan Agama Katolik 13 5,2% 2 Pendidikan Bahasa Inggris 40 16% 3 Pendidikan Biologi 23 9,2% 4 Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi 33 13,2%

5 Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Ekonomi 12 4,8%

6 Pendidikan Fisika 18 7,2% 7 Pendidikan Matematika 12 4,8% 8 Pendidikan Sejarah 16 6,4% 9 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 56 22,4% 10 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia 27 10,8%

Jumlah 250 100%

(Lampiran V: Deskripsi Data, halaman 126)

Tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa responden berjumlah 250 mahasiswa. Responden yang berasal dari Prodi Pendidikan Agama Katolik sebanyak 13 responden atau sebesar 5,2%. Prodi Pendidikan Bahasa Inggris sebanyak 40 responden atau 16%. Prodi Pendidikan Biologi sebanyak 23 responden atau 9,2%. Prodi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi sebanyak 33 responden atau 13,2%.

Prodi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi sebanyak 12 responden atau 4,8%. Prodi Pendidikan Fisika sebanyak 18 responden atau7,2%. Prodi Pendidikan Matematika sebanyak 12 responden atau 4,8%. Prodi Pendidikan Sejarah sebanyak 16 responden atau 6,4%. Prodi


(74)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar sebanyak 56 responden atau 22,4%. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 27 responden atau 10,8%. Responden terbanyak berasal dari Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Hal ini dikarenakan jumlah populasi terbesar berasal dari Prodi PGSD, sehingga jumlah sampel yang diambil juga banyak. Selain itu juga dikarenakan semua responden mengembalikan kuesioner yang dibagikan.

2. Nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

Data responden berdasarkan nilai mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling

No Nilai Mata

Kuliah NilaiMutu Skor Frekuensi Persentase

1 A 4 5 134 53,6%

2 B 3 4 113 45,2%

3 C 2 3 3 1,2%

Jumlah 250 100%

(Lampiran V: Deskripsi Data, halaman 126)

Tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa semua responden mendapatkan perkuliahan mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Responden yang memperoleh nilai A sebanyak 134 responden atau sebesar 53,6%, nilai B sebanyak 113 responden atau sebesar 45,2%, nilai C sebanyak 3 responden atau sebesar 1,2%. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden mendapat nilai A. Hal ini berarti sebagian besar responden menguasi mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.


(75)

3. Nilai Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran

Data responden berdasarkan nilai mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran

No Nilai Mata

Kuliah NilaiMutu Skor Frekuensi Persentase

1 A 4 5 120 48%

2 B 3 4 117 46,8%

3 C 2 3 13 5,2%

Jumlah 250 100%

(Lampiran V: Deskripsi Data, halaman 127)

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa semua responden mendapatkan perkuliahan mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran. Responden yang memperoleh nilai A sebanyak 120 responden atau sebesar 48%, nilai B sebanyak 117 responden atau sebesar 46,8%, nilai C sebanyak 13 responden atau sebesar 5,2%. Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden mendapat nilai A. Hal ini berarti sebagian besar responden menguasi mata kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran.

4. Bakat Keguruan

Data responden berdasarkan bakat keguruan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:


(1)

162 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

163 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

164 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

165 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

166 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

167 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN PENGUASAAN MATA KULIAH RENCANA ANGGARAN BIAYA DENGAN PENYELESAIAN TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KONSTRUKSI.

1 0 40

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN UNTUK MENGUKUR PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI DAN PENDIDIKAN KIMIA.

0 6 56

Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP (studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma).

0 3 188

Hubungan penguasaan mata kuliah Pengelolaan Kelas dan penguasaan mata kuliah Strategi Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP : studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 1 232

Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

0 1 186

Hubungan antara keaktifan belajar dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah akuntansi keuangan dasar 1.

0 1 104

Hubungan penguasaan mata kuliah Pengelolaan Kelas dan penguasaan mata kuliah Strategi Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

0 5 230

Hubungan antara Sikap Mahasiswa Peserta Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Keluarga Dengan Tingkat Kesiapan Perkawinan pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001/2002.

0 0 2

pengaruh penguasaan mata kuliah

0 0 9

ANALISIS HAMBATAN BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR

0 0 14