Hubungan mata kuliah kurikulum dan kajian buku teks dan mata kuliah media pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

(1)

HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN

BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN

MAHASISWA FKIP

(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Garnis Sintya Dewi NIM: 131334012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN

BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN

MAHASISWA FKIP

(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Garnis Sintya Dewi NIM: 131334012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa,

Terima kasih Tuhan atas segala berkat, rahmat, dan karunia sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini

Yang tercinta,

Papa Giyanto yang selalu mengingatkan pentingnya kesehatanku Mama Kristian Sri Indriatmi yang selalu memberi dukungan, doa, semangat,

kasih sayang, dan motivasi agar dapat meraih tujuan hidupku Adikku Ditiya Wardani yang selalu mengajak bermain

Yang tersayang,

Sahabatku yang selalu terlihat bahagia Adelina Windi, Christina Putri, Martina Sarwanti

Teman-teman seperjuangan skripsi Septiana Sandra, Natalia Dessy, Elisabet Nona, Anastasia Wulandari, Skolastika, Rizki Adventia, Margaretha Ika,

Dasanta, Gian, Novan, Paul, Ali

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma


(6)

v MOTTO


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN KAJIAN

BUKU TEKS DAN MATA KULIAH MEDIA

PEMBELAJARAN DENGAN BAKAT KEGURUAN

MAHASISWA FKIP

(Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma)

Garnis Sintya Dewi Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan: (1) Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP; (2) Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013 yang berjumlah 855 mahasiswa. Sampel penelitian ini adalah 250 mahasiswa, diambil dengan teknik pengambilan sampel proporsional. Data dikumpulkan dengan kuesioner, dokumentasi dan dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif dan analisis korelasi spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP. Nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,012 < 0,05; (2) Mata Kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP. Nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,553 > 0,05.


(10)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN CURICULUM AND TEXT

BOOK ANALYSIS, TEACHING MEDIA AND THE TALENT

OF STUDENTS

TEACHING ABILITY OF THE FACULTY OF

TEACHER TRANING AND EDUCATION

A Study Case on students of Teacher Training and Education Faculty, 2013 Batch Sanata Dharma University

Garnis Sintya Dewi Sanata Dharma University

2017

The aims of this research are to find out: (1) the correlation between Curriculum and Text Book Analysis and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty; (2) the correlation between Teaching Media and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty.

The type of this research is a case study. This research was conducted form February until March 2017. The population of this research were 855 students of Teacher Traning Education of Sanata Dharma University. The samples were 250 students, taken by proportional sampling technique. The data were collected by questionnaire, documentation, and analyzed by descriptive analysis techniques and Spearman correlation analysis.

The result shows that: (1) there is correlation between Curriculum and Text Book Analysis and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty. The sig. (2-tailed) values 0,012 < 0,05; (2) there is not any correlation between Teaching Media and the talent of students’ teaching ability of Teacher Training and Education Faculty. The sig. (2-tailed) values 0,553 > 0,05.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini ada banyak pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;

3. Bapak Dr. S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini;

4. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan tambahan pengetahuan dan bantuan selama proses perkuliahan.

5. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku staf sekretariat Program Studi Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu


(12)

xi

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah membantu kelancaran proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian;

6. Seluruh Mahasiswa S1 angkatan 2013 Universitas Sanata Dharma yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk mengisi kuesioner peneliti; 7. Teman-teman seperjuangan skripsi (Teti, Dessy, Nona, Anas, Tika, Ika,

Kiki, Dasanta, Gian, Paul, Ali, dan teman-teman lainnya) yang telah memberi dukungan, perhatian, dan doa bagi penulis;

8. Sahabatku tercinta (Adel, Putri, Wanti, Yesi, Widya) yang telah memberikan dukungan dan doa bagi penulis;

9. Adikku tersayang Ditiya Wardani yang sudah membantu penulis dengan menemani dan memberi dorongan mengerjakan skripsi saat di rumah; 10.Kedua orang tuaku Giyanto dan Kristian Sri Indriatmi yang telah

memberikan dukungan baik itu materi, semangat, perhatian, dan doa untuk mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

11.Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu hingga terwujudnya skripsi ini;

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 29 Mei 2017


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1


(14)

xiii

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIK A. Guru ... 9

1. Pengertian Guru ... 9

2. Tugas dan Peran Guru ... 10

3. Syarat Guru Profesional ... 17

B. Bakat ... 19

1. Pengertian Bakat ... 19

2. Langkah-langkah Mengembangkan Bakat ... 20

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat ... 22

C. Bakat Keguruan ... 23

D. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) ... 25

1. Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 26

2. Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 33

F. Rumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36


(15)

xiv

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37

E. Operasionalisasi Variabel... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

1. Validitas Instrumen Bakat Keguruan ... 44

2. Reliabilitas Instrumen Bakat Keguruan ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 45

1. Teknik Analisis Data Deskriptif... 45

2. Tingkat Hubungan Antar Variabel ... 46

3. Pengujian Prasyarat dan Hipotesis ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 50

B. Nama-nama yang Pernah Menjabat Rektor Universitas Sanata Dharma... 53

C. Visi, Misi, Motto, dan Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 53

D. Sejarah FKIP ... 55

E. Visi, Misi, Motto, Tujuan, dan Output FKIP ... 56

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 59

B. Pengujian Hipotesis ... 64


(16)

xv

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

C. Keterbatasan ... 76


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 38

Tabel 3.2. Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi ... 39

Tabel 3.3. Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 40

Tabel 3.4. Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 40

Tabel 3.5. Operasionalisasi Varabel Bakat Keguruan ... 41

Tabel 3.6. Konversi Skor pada Variabel Bakat Keguruan ... 43

Tabel 3.7. Rentang Bakat Keguruan ... 46

Tabel 3.8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan ... 46

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 59

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ... 61

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Mata Kuliah Media Pembelajaran ... 62

Tabel 5.4. Variabel Responden Berdasarkan Bakat Keguruan ... 63


(18)

xvii

Tabel 5.6. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks Dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 65 Tabel 5.7. Hasil Uji Korelasi Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran Dengan Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP ... 67


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 81

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian dan Lembar Jawab... 83

Lampiran 3. Pedoman Penskoran ... 123

Lampiran 4. Data Induk ... 132


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 mensyaratkan guru ideal secara akademik dan non akademik. Keberadaan guru dalam proses pendidikan sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh apapun (Block, 2008; Sudarnoto, 2009). Banyak penelitian yang mendukung pentingnya guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran, namun ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan (Alkharusi, Kazem, dan Musawai 2011; Dicky, 2011; Mardiana, 2006; Rowe, 2003; Sugiharto, 2003). Masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda, mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang.

Perkembangan kebudayaan manusia menimbulkan tuntutan pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur, dan didasarkan atas pemikiran yang matang untuk peningkatan kualitas pendidikan. Dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan, salah satunya adalah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melalui pendidikan keguruan.


(21)

Usaha untuk mencetak mahasiswa sebagai calon guru profesional tidaklah mudah. Kesulitan ini meliputi tiga aspek yaitu (1) dari pemerintah dianggap, ganti menteri maka akan ganti kebijakan dan kurikulum, (2) mahasiswa FKIP menilai bahwa guru itu gajinya tergolong kecil, tanggung jawab besar, administrasi keguruan banyak sehingga seringkali harus dibawa pulang, serta bakat, dan (3) FKIP atau lembaga dinilai memiliki fasilitas yang minim, sulit menjalin kerja sama dengan sekolah untuk pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau magang, dan pilihan jurusan yang terpaksa karena tidak diterima di fakultas non keguruan.

Salah satu fakultas yang ada di Universitas Sanata Dharma adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). FKIP merupakan lembaga pendidikan yang menyiapkan mahasiswanya untuk memiliki keterampilan dan kemampuan mengajar agar menjadi guru yang handal. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, hasil uji kompetensi calon guru (UKCG) di FKIP USD termasuk rendah untuk nilai pedagogi dan nilai keprofesionalan. Padahal FKIP bertujuan untuk menyiapkan tenaga kependidikan yang profesional dan mempunyai kompetensi keguruan yang memadai dan berguna dalam penyelenggaraan proses kegiatan belajar mengajar.

Di sisi lain, FKIP menawarkan berbagai mata kuliah yang meliputi; mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) program studi, mata kuliah berkehidupan bersama


(22)

(MBB) program studi, mata kuliah perilaku berkarya (MPB) dan mata kuliah keahlian berkarya (MKB).

Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 menyatakan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. Kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Kelompok mata kuliah perilaku berkarya (MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai.


(23)

Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) wajib diambil oleh mahasiswa FKIP untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya. Kelompok mata kuliah ini terdiri dari strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembelajaran, kurikulum dan kajian buku teks, pengelolaan kelas, pengajaran mikro, program pengalaman lapangan, dan seminar pendidikan. Di dalam kelompok MKB terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Di antaranya adalah mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran.

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks merupakan suatu pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru untuk mencapai tujuan pendidikan dalam rangka menciptakan bahan ajar yang berisi informasi sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Semua guru perlu mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Selain itu, bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sosial peserta didik juga perlu diperhitungkan.

Sementara itu, mata kuliah Media Pembelajaran merupakan suatu pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menciptakan, menemukan serta menggunakan alat yang dapat membantu proses belajar mengajar. Media pembelajaran berfungsi untuk memperjelas


(24)

makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Kustandi dan Sutjipto, 2013: 8). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya pembaharuan, dalam pemanfaatan hasil teknologi untuk membantu proses belajar. Mahasiswa FKIP sekurang-kurangnya dapat menggunakan media yang murah dan efisien meskipun sederhana. Untuk itulah mahasiswa FKIP harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang media pembelajaran.

Tujuan dari mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran adalah untuk membekali mahasiswa FKIP agar memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menciptakan, menemukan, dan menyajikan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kaitannya dengan bakat keguruan, mahasiswa yang sudah mengambil kedua mata kuliah tersebut berarti sudah melalui proses pembelajaran dan pelatihan dalam membuat bahan ajar dan media. Ketika mahasiswa FKIP diminta untuk menciptakan bahan ajar, mahasiswa bisa mengidentifikasi kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, dan karakteristik siswa sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah. Di sisi lain, terkait dengan media pembelajaran, mahasiswa FKIP diharapkan mampu membuat dan menemukan media pembelajaran yang sesuai dengan metode pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan kebutuhan siswa. Mahasiswa yang sebelumnya sudah memiliki bakat


(25)

keguruan dari lahir akan semakin terasah keterampilan dan kemampuan keguruannya.

Kedua mata kuliah tersebut diharapkan mampu memunculkan bakat karena di kedua mata kuliah tersebut mahasiswa dituntut untuk mampu memahami konsep dasar, identifikasi dan kebutuhan yang diperlukan. Oleh karena itu, kedua mata kuliah tersebut berperan dalam mengasah keterampilan dan kemampuan keguruannya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian bakat yaitu sebagai kemampuan bawaan serta potensi yang masih perlu dilatih (Munandar, 1985: 17) guna mendapatkan kesempatan untuk berkembang (Poerbakawatja, 1989: 38) diwujudkan dengan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali dan Asrori, 2005: 80). Hal ini menunjukkan bahwa bakat dapat terwujud sebagai kinerja atau perilaku nyata dalam bentuk prestasi yang menonjol, masih memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian tentang Hubungan Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan Mata Kuliah Media Pembelajaran dengan Bakat keguruan Mahasiswa FKIP. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(26)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada hal-hal yang mempengaruhi bakat keguruan mahasiswa FKIP. Hal-hal tersebut dilihat dari mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran. Sedangkan untuk bakat keguruan mahasiswa FKIP dilihat dari keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan tugas keguruan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah

1. Apakah ada hubungan antara mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP?

2. Apakah ada hubungan antara mata kuliah Media Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara mata kuliah Kurikulum dan

Kajian Buku Teks dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara mata kuliah Media Pembelajaran dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.


(27)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk bidang pendidikan dan pengajaran.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa

Untuk para calon guru hendaknya menjadikan bahan refleksi mahasiswa dan mahasiswi FKIP karena akan menambah pengetahuan dikemudian hari jika menjadi seorang guru.

b. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dapat menjadi bahan acuan bagi fakultas untuk mengetahui bakat keguruan yang dimiliki mahasiswa FKIP.

c. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai Universitas yang mempunyai Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) penelitian ini hendaknya dapat memperkaya dan menambah wawasan bacaan tentang bakat keguruan.

d. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, menerapkan teori yang telah diperoleh selama studi dan untuk memperoleh pengalaman nyata supaya dapat dipraktikkan


(28)

9 BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Guru

1. Pengertian Guru

Pada era otonomi pendidikan, pemerintah memiliki kewenangan yang besar mengenai penentuan kualitas guru. Oleh karena itu pemerintah dan lembaga pendidikan (FKIP) harus memiliki pola rekrutmen dan pola pembinaan calon guru yang tepat. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 509) guru adalah orang yang pekerjaan atau mata pencahariannya, profesinya mengajar.

Guru adalah orang dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru (Samana, 1994: 15) dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Danim dan Khairil, 2011: 5) baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah (Djamarah, 2005: 32) yang mampu membawa generasi bangsa membangun peradaban mereka (Djohar, 2006: 11).


(29)

Guru adalah seorang pendidik yang telah melalui pelatihan di lembaga pendidikan dan memiliki tanggung jawab serta tugas utama mendidik, mengajar, melatih, dan mengevalusi peserta didik agar tercipta sumber daya manusia yang berperan dalam membangun peradaban bangsa.

2. Tugas dan Peran Guru

Guru adalah figur seorang pemimpin. Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik terikat oleh dinas maupun di luar dinas. Secara umum tugas guru adalah sebagai pendidik dan pengajar serta bertanggung jawab terhadap setiap muridnya. Guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya mengajar dan menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang cakap, dapat diharapkan membangun dirinya, dan membangun bangsa dan negara.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 39 menegaskan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar yaitu meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih adalah meneruskan keterampilan atau kecakapan hidup.


(30)

Kegiatan belajar mengajar tidak bisa lepas dari keberadaan guru. Tanpa adanya guru, pembelajaran akan sulit dilakukan. Guru memiliki peran yang paling aktif dalam pelaksanaan pendidikan. Guru melaksanakan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajar peserta didik. Di sisi lain, guru juga memiliki banyak kewajiban dalam pembelajaran, mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran hingga melakukan evaluasi pembelajaran. Menurut Djamarah (2005: 43-48), peranan yang diharapkan dari guru antara lain: korektor, inspirator, infomator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelolaan kelas, mediator, supervisor, dan evaluator. Dari semua proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi pembelajaran guru memiliki berbagai peran.

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan nilai yang baik dan nilai yang buruk. Nilai yang baik harus guru pertahankan dan nilai yang buruk harus diperbaiki. Bila guru membiarkan nilai yang buruk, maka guru telah mengabaikan perannya sebagai korektor yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Di sisi lain, guru melakukan koreksi tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah (Djamarah, 2005: 44). Guru melakukan koreksi di luar sekolah karena tidak sedikit anak didik yang melakukan pelanggaran terhadap norma yang hidup di masyarakat.


(31)

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan arahan yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik (Djamarah, 2005: 44). Banyak anak didik yang mengalami kesulitan mengenai cara belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Guru bisa memberikan petunjuk mengenai cara belajar. Petunjuk itu dapat berupa teori-teori belajar maupun dari pengalaman yang bisa dijadikan petunjuk cara belajar yang baik.

Sebagai informator, guru harus dapat memberi informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kurikulum (Sadirman, 1986: 143). Informasi yang baik dan efektif diperlukan oleh peserta didik, agar peserta dapat memperoleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kurikulum. Kunci untuk menjadi seorang informator yang baik dan efektif lebih ditekankan pada peguasaan bahan dan bahasa yang baik. Selain itu, informator yang baik juga harus mengerti apa saja kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

Sebagai organisator, guru memiliki sisi lain dari peranan yang diperlukan. Dalam bidang ini guru memiliki berbagai kegiatan pengelolaan akademik, menyusun tata tertib sekolah, dan lain-lain. Semua komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa (Sadirman, 1986: 142).


(32)

Efektivitas dan efisiensi dalam belajar dalam diri siswa membuat kegiatan belajar mengajar berjalan secara optimal.

Sebagai motivator, guru dapat mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif belajar. Peranan guru sebagai motivator penting dalam rangka meningkatkan gairah dan pengembangan kegiatan belajar siswa (Mulyasa, 2013: 58). Sebagai upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik malas belajar dan menurunnya pretasi di sekolah. Motivasi dapat berjalan secara efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik (Djamarah, 2005: 45). Selain memperhatikan kebutuhan peserta didik, guru juga dapat memberikan penguatan, pujian dan sebagainya. Peningkatkan motivasi yang dilakukan oleh guru pada peserta didik, bertujuan untuk meningkatkan gairah siswa dalam belajar.

Sebagai inisiator, guru menjadi pencetus ide-ide dalam pendidikan. Proses interaksi edukatif sekarang ini harus diperbaiki sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan (Djamarah, 2005: 45). Perbaikan ini diperlukan agar interaksi edukatif menjadi lebih baik guna memberikan kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan dunia pendidikan khususnya di bidang interaksi edukatifnya lebih baik dari pada yang dulu.

Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik


(33)

(Sadirman, 1986: 143). Kemudahan tersebut berguna agar anak didik dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapatnya secara terbuka. Pada era globalisasi, guru harus siap menjadi fasilitator yang demokratis dan profesional. Pada era tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa anak didik lebih pandai dari guru dalam menggunakan fasilitas. Guru harus terus belajar dan meningkatkan kemampuannya agar siap dan mampu menjadi seorang fasilitator yang handal.

Sebagai pembimbing, guru hendaknya dapat membimbing anak didik menjadi manusia yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Ketergantungan anak didik akan semakin berkurang jika semakin dewasa. Bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Di sisi lain, tugas guru sebagai pembimbing juga harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu yang dibutuhkan, memberikan petunjuk serta menilai proses yang dilaluinya (Mulyasa, 2013: 41). Dalam membimbing pesera didik, guru memiliki berbagai kewajiban dan tanggung jawab yang harus direncanakan dan dilaksanakan.

Sebagai demonstrator, guru hendaknya dapat membantu siswa dalam memperagakan apa yang diajarkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Djamarah (2005: 47) untuk materi pelajaran yang sulit dipahami


(34)

peserta didik, guru harus berusaha dengan membantu dan memperagakan apa yang diajarkannya. Fungsi utama dari memperagakan adalah agar materi pembelajaran yang dianggap sulit dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik, sehingga apa yang guru inginkan dapat sejalan dengan anak didik. Ketika keinginan guru telah sejalan dengan anak didik, maka tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik. Usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sebagai lingkungan belajar tidaklah mudah. Lingkungan belajar yang efektif diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pengawasan terhadap lingkungan belajar berguna dalam menentukan penilaian pengelolaan (Mulyasa, 2013: 91). Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya proses kegiatan belajar mengajar, sebaliknya kelas yang dikelola dengan buruk akan menghambat proses pengajaran.

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif (Djamarah, 2005: 47). Guru tidak hanya memiliki pengetahuan tentang media saja, tetapi guru juga harus mengetahui cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik. Cara berinteraksi dan berkomunikasi dengan


(35)

peserta didik bertujuan agar guru dapat menciptakan lingkungan yang interaktif dengan peserta didik.

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membangun, memperbaiki, dan menilai secara kritis. Teknik-teknik supervisi harus dikuasai oleh guru dengan baik, agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi mengajar menjadi lebih baik (Djamarah, 2005: 48). Berbagai teknik dapat digunakan dalam meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara berkelompok maupun secara individual. Teknik kelompok dapat digunakan pada saat menghadapi masalah yang sama atau sejenis, sedangkan teknik individual digunakan pada saat menghadapi masalah khusus.

Sebagai evaluator, guru berperan memberikan evaluasi berupa nilai bagi anak didik. Dalam memberikan evaluasi berupa nilai guru dituntut untuk jujur. Guru memiliki otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya. Djamarah (2005: 48) menyatakan guru tidak hanya menilai hasil dari pengajaran, tetapi juga menilai jalanannya proses pengajaran. Penilaian hasil pengajaran dan proses pengajaran yang dilakukan oleh guru, diharapkan akan memberikan umpan balik mengenai pelaksanaan interaksi edukatif.

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mempermudah siswa memperoleh sumber belajar yang diinginkan, tetapi hal tersebut dirasa tidak maksimal jika belum mendapat bimbingan dari guru yang


(36)

mampu mengemban tugas dan perannya dengan baik. Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai orang yang mentransfer ilmu dan membuat siswa menjadi pintar, tetapi juga sebagai pendidik yang menjadi figur dengan memiliki akhlak dan kepribadian yang baik.

3. Syarat Guru Profesional

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang profesional, yang berarti jabatan ini memerlukan suatu keahlian khusus. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 menegaskan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogi adalah kemampuan guru untuk mengelola pembelajaran. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru untuk untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid, dan masyarakat sekitar secara efektif dan menarik, sedangkan kompetensi kepribadian berarti seorang guru harus mempunyai kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa serta dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

Agar guru dapat melaksanakan tugas dan perannya secara baik, maka guru harus memenuhi syarat-syarat, seperti dewasa, berilmu,


(37)

berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, dan memiliki kecakapan-kecakapan keguruan. Ditambah lagi oleh Oemar Hamalik (2001: 118), guru profesional harus memiliki persyaratan, meliputi:

a. Harus memiliki bakat sebagai guru b. Harus memiliki keahlian sebagai guru

c. Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi d. Memiliki mental yang sehat

e. Berbadan sehat

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas g. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Selain persyaratan-persyaratan tersebut seorang tenaga pengajar (guru) harus memiliki kualifikasi akademik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan seorang guru harus memiliki (1) kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1), (2) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan (3) sertifikasi profesi guru.

Untuk bisa menjadi guru profesional ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut harus dipenuhi agar menjadikan guru sebagai tenaga yang profesional. Tenaga guru yang profesional dibutuhkan untuk melaksanakan kurikulum dalam sistem instruksional yang telah didesain dengan sistematik (Hamalik, 2006: 43). Jika guru dapat melaksanakan kurikulum tersebut dengan baik, guru juga dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal. Salah satu syarat yang harus dipenuhi dan diperluhkan agar dapat menjadi guru profesional adalah memiliki bakat sebagai guru.


(38)

B. Bakat

1. Pengertian Bakat

Hamalik (2001: 118) dan Undang tentang guru dan dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7 ayat (1) menyatakan salah satu syarat menjadi guru dan prinsip-prinsip profesionalisme yang harus dimiliki guru adalah memiliki bakat. Bakat berasal dari kemampuan bawaan (gen), selain itu bakat juga dapat diwujudkan melalui pendidikan dan latihan. Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai hasil atau prestasi dalam bidang tertentu. Bakat (aptitude) diartikan sebagai kemampuan bawaan serta potensi yang masih perlu dilatih (Munandar, 1985: 17) guna mendapatkan kesempatan untuk berkembang (Poerbakawatja, 1989: 38) diwujudkan dengan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali dan Asrori, 2005: 80). Berdasarkan penjelasan di atas bakat juga bisa diartikan sebagai potensi yang dimiliki oleh seseorang sejak lahir.

Potensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam di dalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu kekuatan yang nyata dalam diri orang tersebut (Wiyono, 2006: 37). Peserta didik membutuhkan suatu program pendidikan yang dikenal dengan program pendidikan berdiferensiasi untuk mewujudkan potensi secara optimal (Ali dan Asrori, 2005: 82). Program ini memberikan pengalaman pendidikan kepada peserta didik dengan menyesuaikan minat dan kemampuan intelektualnya.


(39)

Seseorang dikatakan berbakat apabila mempunyai kemampuan di atas rata-rata dalam bidang tertentu. Kemampuan ini akan memunculkan gagasan atau ide yang baru sehingga dapat memperbaharui dan menemukan solusi atas hubungan suatu unsur. Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan banyak dukungan dari orang tua, guru, dan masyarakat.

2. Langkah-langkah Mengembangkan Bakat

Bakat tidak bisa muncul dan terwujud secara tiba-tiba. Dalam mewujudkan bakat secara optimal diperlukan berbagai latihan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi pada bakat tersebut. Selain berbagai latihan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi, diperlukan juga pelayanan pendidikan bagi anak berbakat (Munandar, 1985: 30). Pelayanan pendidikan bagi anak berbakat diperlukan agar potensi yang ada pada bakat seseorang mengalami perkembangan secara maksimal. Kemampuan dan keterampilan pada diri seseorang yang sudah berkembang secara maksimal akan menunjukkan hasil atau prestasi diatas rata-rata.Selain pendidikan khusus yang harus diberikan kepada seseorang yang mempunyai bakat, diperlukan juga beberapa cara atau kondisi yang membuat anak berbakat dapat mengembangkan bakatnya.


(40)

Ada sejumlah langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan bakat (Ali dan Asrori, 2005: 83), yaitu: (a) mengembangkan situasi dan kondisi, (b) menumbuhkembangkan minat dan motif berprestasi tinggi, (c) meningkatkan kegigihan dan daya juang dan (d) mengembangkan program pendidikan berdiferensiasi. Situasi dan kondisi diperlukan untuk memberikan kesempatan dalam mengembangkan bakat khusus. Kesempatan tersebut berupa mengusahakan dukungan baik secara psikologis maupun fisik. Dukungan yang baik dan tepat akan memberikan kesempatan seseorang yang memiliki bakat untuk mengembangkan bakatnya. Seseorang yang memiliki minat dan motif untuk terus meningkatkan prestasinya akan semakin terpacu dengan cara berlatih hingga mencapai prestasi atau hasil yang diinginkan. Latihan yang dilakukan akan semakin mengasah potensi pada diri seseorang yang memiliki bakat. Semakin banyak latihan yang dilakukan akan meningkatkan kegigihan dan daya juang pada diri anak dan remaja dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Untuk membuat seseorang dapat terus melakukan latihan dan meningkatkan kegigihan dan daya juangnya diperlukan pelayanan pendidikan yang tepat. Pelayanan pendidikan tersebut berupa mengembangan program pendidkan berdiferensiasi di sekolah dengan cara menerapkan kurikulum berdiferensiasi guna memberikan pelayanan yang lebih efektif kepada seseorang yang memiliki bakat.


(41)

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Ali dan Asrori (2005: 81) menyatakan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari: minat, motif berprestasi, keberanian mengambil risiko, keuletan dalam menghadapi tantangan, dan kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul. Sedangkan Faktor eksternal terdiri dari kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua atau keluarga, lingkungan tempat tinggal, pola asuh orang tua. Ditambahkan oleh Munandar (1985: 18) pada faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah taraf sosial ekonomi. Sedangkan Wiyono (2006: 61) menyebutkan bahwa bakat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: faktor genetik atau keturunan, pendidikan dan pelatihan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat, salah satunya adalah kesempatan untuk mengembangkan diri.

Kesempatan untuk mengembangkan diri dapat diperoleh melalui pendidikan formal dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam proses pendidikannya, seseorang yang memiliki potensi akan semakin terasah kemampuannya jika mendapatkan pendidikan dan latihan yang sesuai dengan bidangnya. Berbagai pendidikan dan latihan yang tepat menjadi kesempatan seseorang untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Seseorang diberikan berbagai pendidikan dan latihan untuk mengenal, memahami, dan pengetahuan yang ada.


(42)

C. Bakat Keguruan

Bakat adalah kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan agar mewujudkan suatu ketercapaian. Keguruan yaitu perihal (yang menyangkut) pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Menurut Wasidi dan Djemari Mardapi (2016: 99) bakat keguruan adalah potensi kemampuan individu dapat berkembang dengan pendidikan untuk melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik. Salah satu kesempatan untuk mengembangkan diri yaitu dengan cara menempuh pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan memperoleh pelatihan untuk mengasah keterampilan dan kemampuan keguruannya. Bakat keguruan terdiri atas kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi.

Kreativitas pedagogi merupakan salah satu aspek dalam bakat keguruan. Kreativitas dalam pendidikan lebih menekankan pada kemampuan guru yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk mendidik mengajar kreatif, merencanakan pembelajaran, meningkatkan motivasi siswa, dan menemukan solusi dalam membantu kesulitan siswa seusai dengan kendala yang terjadi. Di sisi lain, ciri-ciri guru yang memiliki kreativitas antara lain mempunyai rasa ingin tahu, berpikir orisinal, mandiri, berani mengambil risiko, energik, mempunyai rasa humor, memecahkan suatu masalah yang kompleks, artistik, berpikiran terbuka, dan intuitif (Wasidi dan Mardapi, 2016: 100). Guru yang kreatif


(43)

dapat menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.

Aspek yang kedua dari bakat keguruan adalah komitmen pedagogi. Komitmen dalam pendidikan lebih menekankan pada keterikatan terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab, sikap responsif serta inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mulyasa (2007: 151) menjelaskan komitmen secara mandiri perlu dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan birokrasi, seperti harus menunggu petunjuk atasan dengan mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.

Wasidi dan Mardapi (2016: 101) menyebutkan komitmen pedagogi terdiri atas empat faktor yaitu motivasi terhadap tugas, disiplin terhadap tugas, tanggung jawab terhadap tugas, dan keuletan menjalankan tugas. Motivasi terhadap tugas adalah dorongan dari dalam dan luar untuk menyelesaikan tugas yang diembannya. Disiplin terhadap pelaksanaan tugas adalah tingkat ketepatan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diembannya. Tanggung jawab terhadap tugas adalah tingkat keberanian yang diembannya. Keuletan dalam menjalankan tugas adalah tingkat kegigihan pelaksanaan tugas yang diembannya.

Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak masalah yang tidak dapat terpecahkan jika hanya mengandalkan kemampuan intelektual. Kematangan emosi juga memiliki pengaruh dalam menentukan suatu


(44)

keberhasilan. Semakin baik seseorang dalam mengendalikan emosinya maka semakin berhasil pula seseorang mampu memecahkan masalah. Emosi berlaku sebagai sumber energi, sumber kebijakan dan semangat manusia yang paling kuat (Mustaqim, 2008: 153). Kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang besar dalam mencapai keberhasilan hidup.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali, mengelola emosi diri sendiri sehinga tercipta keharmonisan hubungan dengan orang lain. Mustaqim (2008: 154) menyatakan kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, menata dengan baik emosi-emosi yang muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi dalam pendidikan lebih menekankan dalam mengelola perasaan pada diri sendiri maupun siswa serta menjaga emosi untuk memberikan kesan hubungan yang baik terhadap sesama guru maupun dengan siswa.

D. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)

Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 Pasal 9 menetapkan bahwa kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) yang terdiri atas mata kuliah yang relevan, bertujuan untuk memperkuat penguasaan dan memperluas wawasan kompetensi keahlian dalam berkarya di masyarakat sesuai dengan keunggulan kompetitif serta komparatif penyelenggaraan program studi bersangkutan. Kelompok mata kuliah keahlian berkarya


(45)

(MKB) di FKIP USD terdiri dari sembilan mata kuliah, yaitu: (1) Strategi Pembelajaran, (2) Media Pembelajaran, (3) Evaluasi Pembelajaran, (4) Perencanaan Pembelajaran, (5) Kurikulum dan Kajian Buku Teks, (6) Pengelolaan Kelas, (7) Pengajaran Mikro, (8) Program Pengalaman Lapangan, dan (9) Seminar Pendidikan. Status pengambilan seluruh mata kuliah tersebut adalah wajib dengan sifat mata kuliah berupa teori, laboratorium, praktik lapangan, dan seminar. Di dalam kelompok MKB terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Di antaranya adalah mata muliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran.

1. Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

a. Pengertian Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks merupakan mata kuliah yang harus dikuasai mahasiswa calon guru agar memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam memahami dan mengembangkan kurikulum serta menyusun dan mengevaluasi buku teks. Selama mengikuti perkuliahan di mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks, mahasiswa diberikan pembelajaran mengenai kurikulum yang terapkan di sekolah dan buku teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai kasus yang terjadi misalnya, mahasiswa diminta untuk mengkaji penerapan


(46)

kurikulum di sekolah dan penyusunan serta penilaian buku teks yang banyak dipakai oleh guru lalu mendiskusikan bersama rekan mahasiswa yang menempuh mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks.

Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks bertujuan untuk membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menciptakan, menemukan, dan menyajikan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar memberi hasil bervariasi dalam pengelolaan peserta didik yang memenuhi kurikulum dan buku teks yang disiapkan.

b. Kompetensi Dasar Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks Dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks, mahasiswa yang mengambil atau menempuh mata kuliah ini diharapkan dapat mencapai standar kompetensi yang ada, yaitu (1) mendekripsikan kurikulum 2013, menguraikan (2) pengertian dan asas-asas kurikulum, filosofis kurikulum, psikologis kurikulum, (3) proses perubahan dan perbaikan kurikulum, (4) praktik gagasan tentang penilaian buku teks, dan (5) beberapa studi tentang buku pelajaran.

Penguasaan dalam mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks ini diharapkan dapat menjadi salah satu bekal bagi para calon guru agar memiliki kompetensi yang memadai khususnya


(47)

kompetensi pedagogi dan profesional. Dengan demikian guru yang dihasilkan dari lembaga (FKIP) ini adalah guru yang profesional.

c. Fungsi Kurikulum dan Buku Teks

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan (Nasution, 2011: 8). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Oleh karena itu fungsi kurikulum bagi guru adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Di sisi lain, buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan yang memuat materi pembelajaran disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (Sitepu, 2012: 17). Buku teks mempunyai fungsi sebagai sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan, serta efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

d. Membuat Bahan Ajar

Membuat bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa bukanlah persoalan yang sederhana, karena bahan ajar haruslah sesuai dengan ketentuan yang sudah dibuat oleh pemerintah dan dapat memenuhi kebutuhan siswa ketika digunakan. Sitepu (2012:


(48)

31) menyebutkan tahap-tahap yang harus dilakukan ketika hendak membuat bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik antara lain: analisis Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD), analisis sumber belajar, serta memilih dan menentukan bahan ajar.

Analisis SK-KD dilakukan untuk memastikan kompetensi-kompetensi apa saja yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis tersebut kita bisa mengetahui bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu. Tahap selanjutnya yaitu melakukan analisis terhadap bahan ajar diantaranya adalah ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya dengan cara menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan. Terakhir, melakukan pemilihan dan penentuan bahan ajar bertujuan untuk memenuhi salah satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik.

2. Mata Kuliah Media Pembelajaran

a. Pengertian Mata Kuliah Media Pembelajaran

Mata kuliah Media Pembelajaran merupakan mata kuliah yang mengkaji dan menganalisis pemilihan serta penggunaan media untuk kepentingan pembelajaran. Untuk mencapai hasil


(49)

belajar yang optimal, mahasiswa yang menempuh mata kuliah Media Pembelajaran harus bisa menganalisis jenis media, memilih ataupun membuat media, serta membuat inovasi baru di dunia media. Tujuan dari mata kuliah Media Pembelajaran adalah untuk membekali mahasiswa agar memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam menjelaskan konsep dasar, fungsi, jenis, serta memilih, menentukan, dan membuat media pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. b. Kompetensi Dasar Mata Kuliah Media Pembelajaran

Dalam mata kuliah Media Pembelajaran, mahasiswa yang mengambil atau menempuh mata kuliah ini diharapkan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan, yaitu (1) memahami (manfaat, jenis, urgensi dari media pembelajaran) serta mampu menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (2) merancang persiapan penggunaan media pembelajaran, dan (3) membuat dan merancang sendiri media pembelajaran baru sebagai upaya inovasi baru di dunia media.

Penguasaan dalam mata kuliah media pembelajaran ini diharapkan, dapat menjadi salah satu bekal bagi calon guru agar memiliki kompetensi yang memadai khususnya kompetensi pedagogis dan profesional. Mahasiswa FKIP sebagai calon guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang


(50)

media pembelajaran. Dengan demikian guru yang dihasilkan dari lembaga (FKIP) ini adalah guru yang profesional.

c. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (John, 1988: 14) untuk membantu anak didik, agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Kustandi dan Sutjipto, 2013: 8) dengan kelebihan mempermudah pemahaman konsep tertentu atau yang kurang mampu dijelaskan dengan bahasa (Djamarah dan Zain, 2010: 137). Media dapat digunakan untuk mengurangi verbalisme.

Teori di atas menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, penggunaan media memiliki berbagai macam manfaat. Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya (Sudjaja dan Rivai, 1990: 2). Manfaat dalam penggunaan media pembelajaran, di antaranya: pengajaran akan lebih menarik


(51)

perhatian, bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, mentode mengajar lebih bervariasi, dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Pengajaran dengan menggunakan media menimbulkan kesan yang berbeda dari pada pengajaran yang tidak menggunakan media. Pengajaran dengan menggunakan media akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menunbuhkan motivasi belajar. Selanjutnya penggunaan media juga memperjelas makna dari bahan ajar yang sesungguhnya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para peserta didik dan memungkinkan peserta didik untuk menguasai tujuan pengajaran secara lebih baik. Guru yang menggunakan media, metode mengajarnya akan lebih bervariasi. Tidak hanya menggunakan komunikasi verbal saja sehingga peserta didik tidak akan bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. Selain itu peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkann uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

e. Kriteria Pemilihan Media

Dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media, guru perlu memperhatikannya secara sistematis berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait. Hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih


(52)

bermakna. Sudjaja dan Rivai (1990: 5) menyebutkan beberapa kriteria yang perlu diketahui dalam pemilihan media, antara lain: ketepatannya dengan tujuan pengajaran, dukungan terhadap isi bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media, keterampilan guru dalam menggunakan, tersedia waktu untuk menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.

Guru harus tanggap dalam memilih media yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Keterampilan dalam menggunakan media juga harus dikuasi oleh guru. Penggunaan media pembelajaran yang sederhana akan mempermudah guru dalam memperoleh dan menggunakan media. Untuk memilih media yang baik diperlukan persiapan dan perencanaan yang sangat teliti agar manfaat penggunaan media dalam pengajaran dapat dirasakan oleh guru dan peserta didik.

E. Kerangka Berpikir

Guru adalah seseorang yang pekerjaannya memiliki tanggung jawab dan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, dan mengevalusi peserta didik. Salah satu syarat menjadi guru adalah memiliki bakat keguruan. Bakat yaitu kepandaian, sifat, dan pembawaan yang dibawa sejak lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan agar


(53)

mewujudkan suatu ketercapaian. Bakat keguruan merupakan kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir oleh individu yang memungkinkan dengan suatu latihan agar mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan perihal pengajaran, pendidikan, dan metode pengajaran. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah kesempatan untuk mengembangkan diri. Calon guru yang menempuh pendidikan di FKIP memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri. Mahasiswa FKIP mampu mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai kelompok mata kuliah yang ditawarkan, salah satunya adalah mata kuliah keahlian berkarya (MKB). Di dalam kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB) terdapat beberapa mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai. Di antaranya adalah mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah Media Pembelajaran.

Di kedua mata kuliah tersebut, mahasiswa akan mengalami pembelajaran dan latihan mengenai keterampilan dan kemampuan keguruan. Perkembangan kemampuan seseorang akan terwujud bila dihadapkan pada pengalaman belajar dan latihan yang sesuai dengan bakat yang ada dalam dirinya. Pembelajaran dan latihan yang didapat dari mengikuti mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks dan mata kuliah


(54)

Media Pembelajaran akan membantu calon guru dalam mengembangkan keterampilan, kemampuan, dan bakat keguruannya.

F. Rumusan Hipotesis

�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

�� : Mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP

�� : Mata kuliah Media Pembelajaran berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.


(55)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto 2010: 185). Studi kasus pada penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini tidak bisa direalisasikan di tempat lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2017.


(56)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2013, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari dua faktor yaitu Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks, dan Mata kuliah Media Pembelajaran. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah bakat keguruan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Martono, 2010: 76), sedangkan menurut Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2013. Jumlah populasi mahasiswa sebanyak 855 mahasiswa.


(57)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Fakultas Program Studi Jumlah

Mahasiswa

Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

Pendidikan Agama Katolik 39 Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 Pendidikan Bahasa Inggris 150 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia 83

Pendidikan Sejarah 51

Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Ekonomi 37

Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi 102 Pendidikan Matematika 92

Pendidikan Fisika 50

Pendidikan Biologi 57

Total 855

Sumber: Biro Administrasi Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Akademik 2016/2017 Semester Gasal

2. Sampel

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel adalah teknik Slovin (Siregar, 2014: 34) dengan rumus sebagai berikut:

n = + N eN Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = perkiraaan tingkat kesalahan dengan Margin of Error sebesar 0,05 atau 5%

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 273 mahasiswa.


(58)

� = + 855 0,05855 n = 273 mahasiswa 3. Teknik Penarikan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional, yaitu dengan mengambil subyek dari setiap strata atau setiap wilayah yang ditentukan seimbang dengan banyaknya subjek dari masing-masing strata atau wilayah. Pengambilan sampel secara proporsional dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Sampel Subkelompok = ∑ masing − masing kelompok ∑ total x Sampel Dengan demikian, dapat dihitung sampel yang akan diteliti berdasarkan program studi masing-masing respoden dengan perhitungan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Program Studi

Program Studi Jumlah Jumlah

Sampel

Pendidikan Agama Katolik 39 12

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 194 62 Pendidikan Bahasa Inggris 150 48 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 83 26

Pendidikan Sejarah 51 16

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Ekonomi 37 12

Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi 102 33

Pendidikan Matematika 92 29

Pendidikan Fisika 50 16

Pendidikan Biologi 57 18


(59)

Sumber: Biro Administrasi Akademik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2016, diolah.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Variabel mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks diukur dengan menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor

A Amat baik 4 5

B Baik 3 4

C Cukup 2 3

D Kurang 1 2

E Sangat Kurang 0 1

Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012. 2. Variabel Mata Kuliah Media Pembelajaran

Variabel mata kuliah Media Pembelajaran diukur dengan menggunakan nilai akhir keberhasilan mahasiswa pada mata kuliah Media Pembelajaran. Nilai akhir keberhasilan mahasiswa dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Nilai Akhir Keberhasilan Mahasiswa Pada Mata Kuliah Media Pembelajaran

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor

A Amat baik 4 5


(60)

Huruf Mutu Arti Angka Mutu Skor

C Cukup 2 3

D Kurang 1 2

E Sangat Kurang 0 1

Sumber: Buku Pedoman Program Studi Pendidikan Ekonomi 2012. 3. Variabel bakat keguruan

Variabel bakat keguruan diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Pengukuran instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan pedoman penskoran yang terdapat pada instrumen bakat keguruan yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Intrumen bakat keguruan terdiri atas tiga bagian, yaitu: kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi.

Kreativitas pedagogi diukur dengan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Butir-butir pertanyaan kreativitas pedagogi disusun dengan model what if not yaitu metode untuk mengungkapkan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah jika disajikan satu alternatif pemecahan masalah. Komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan berjenjang dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak.

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Bakat Keguruan Variabel

Penelitian Bagian Indikator

Jumlah Item Bakat Keguruan Kreativitas Pedagogi Kecepatan berpikir 32 Keluwesan berpikir


(61)

Variabel

Penelitian Bagian Indikator

Jumlah Item Keaslian berpikir Elaborasi berpikir Komitmen Pedagogi

Motivasi terhadap tugas

32 Disiplin terhadap tugas

Tanggung jawab terhadap tugas

Keuletan menjalankan tugas

Kecerdasan Emosi Emosi sendiri 40 Mengelola emosi Memotivasi

Empati terhadap orang lain Membina hubungan dengan orang lain

Sumber: Wasidi dan Mardapi (2016), diolah.

Setiap pertanyaan dalam instrumen kreativitas pedagogi diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal (TKV). Di sisi lain, setiap pertanyaan dalam instrumen komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi diukur dengan inventori model Guttman, dengan tiga pilihan berjenjang, dengan penskoran 1 sampai dengan 3, dengan penempatan urutan skor secara acak, agar skornya tidak mudah untuk ditebak. Pemberian skor pada setiap jawaban dalam instrumen kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi, dan kecerdasan emosi dapat dilihat pada lampiran 3 (halaman 124 - 131).

Skor akhir pada variabel bakat keguruan diperoleh dari menjumlahkan skor tes kreativitas pedagogi, komitmen pedagogi dan kecerdasan emosi. Skor akhir lalu dikonversikan menjadi nilai. Konversi skor adalah sebagai berikut:


(62)

Tabel 3.6

Konversi Total Skor pada Variabel Bakat Keguruan

No Interval Skor Nilai

1 104 – 113 0,0

2 114 – 124 0,5

3 125 – 134 1,0

4 135 – 145 1,5

5 146 – 155 2,0

6 156 – 165 2,5

7 166 – 176 3,0

8 177 – 186 3,5

9 187 – 197 4,0

10 198 – 207 4,5

11 208 – 217 5,0

12 218 – 228 5,5

13 229 – 238 6,0

14 239 – 249 6,5

15 250 – 259 7,0

16 260 – 269 7,5

17 270 – 280 8,0

18 281 – 290 8,5

19 291 – 301 9,0

20 302 – 311 9,5

21 ≥ 312 10,0

Sumber: Wasidi (2015), diolah.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara membagikan beberapa daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden agar peneliti memperoleh informasi yang tepat. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang bakat keguruan mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma angkatan 2013.


(63)

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah mahasiswa aktif dan nilai akhir mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks, dan mata kuliah Media Pembelajaran.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Agar instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan data, maka instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Dalam penelitian ini, instrumen bakat keguruan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Wasidi (2015). Instrumen tersebut sudah valid dan reliabel. Pengujian instrumen bakat keguruan mencakup validitas dan reliabilitas.

1. Validitas Instrumen Bakat Keguruan

Konstruk bakat keguruan mempunyai validitas isi sebesar 0,93, dimana dimensi kreativitas pedagogi mempunyai validitas isi sebesar 0,92, komitmen pedagogi sebesar 0,94, dan kecerdasan emosi sebesar 0,97 (Wasidi, 2016). Hasil analisis butir menggunakan pendekatan IRT PCM menunjukkan bahwa nilai infit instrumen dimensi kreativitas pedagogi bergerak dari nilai 0,88 – 1,23, komitmen pedagogi 0,77 – 1,18, dan kecerdasan emosi 0,86 – 1,28, masih di dalam interval syarat batas infit mean square (MNSQ) untuk butir yaitu 0,77 – 1,3 (Wasidi, 2016). Hasil pengujian konstruk bakat keguruan memenuhi syarat goodness of fit statistics (GOF).


(64)

2. Reliabilitas Instrumen Bakat Keguruan

Reliabilias instrumen bakat keguruan diperoleh dengan menggunakan reliabilitas gabungan (Mardapi, 2012: 93; Nunnally, 1978: 248). Intrumen bakat keguruan yang dikembangkan oleh Wasidi (2015) memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,94 dengan nilai informasi kemampuan kreativitas pedagogi antara -2,05 sampai +1,4. Koefisien reliabilitas instrumen komitmen pedagogi sebesar 0,707 dengan nilai informasi kemampuan komitmen pedagogi sampai +0,01, sedangkan kecerdasan emosi mempunyai nilai informasi responden dengan kemampuan sampai +0,4. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas tersebut instrumen bakat keguruan yang dikembangkan tergolong baik, karena instrumen tersebut mempunyai koefisien reliabilitas yang tinggi.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif. Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004: 169). Analisis deskriptif mengacu pada


(65)

mendeskripsian data-data mentah ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan.

Data hasil kuesioner instrumen bakat keguruan pada penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 3.7

Rentang Bakat Keguruan

Nilai Kategori Kecenderungan Variabel Skor

8 - 10 Berbakat 4

6 - 7,9 Cukup Berbakat 3

4 – 5,9 Kurang Berbakat 2

1 – 3,9 Kurang Sekali Berbakat 1 Sumber: Wasidi (2015), diolah.

2. Tingkat Hubungan Antar Variabel

Nilai koefisien korelasi menyatakan kekuatan antara dua variabel atau lebih. Dalam menentukan kuat atau lemah tingkat hubungan dapat dilihat dari tabel 3.8

Tabel 3.8

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Arah Hubungan

No Nilai Koefisien Penjelasan

1 + 0,70_ke atas Hubungan positif yang sangat kuat 2 +0,50_0,69 Hubungan positif yang mantap 3 +0,30_0,49 Hubungan positif yang sedang

4 +0,10_0,29 Hubungan positif yang sangat tak berarti 5 0,0 Tidak ada hubungan

6 -0,01_-0,09 Hubungan negatif tak berarti 7 -0,10_-0,20 Hubungan negatif yang rendah 8 -0,30_-0,49 Hubungan negatif yang sedang 9 -0,50_-0,59 Hubungan negatif yang mantap 10 -0,70_-ke bawah Hubungan negatif yang sangat kuat Sumber: Taniredja dan Mustafidah (2011: 32)


(66)

3. Pengujian Prasyarat dan Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social

Science) for Windows versi 17.0 dengan menggunakan Uji

Korelasi Spearman. Prosedur pada pengujian hipotesis yang akan dilakukan terdiri dari beberapa langkah, diantaranya:

1) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat a) Hipotesis I

�� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP �� : Mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Secara statistis, hipotesis di atas dapat ditulis sebagai berikut:

Ho1: ρ ≠ ρo1 Ha1: ρ = ρo1 b) Hipotesis II

�� : Mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP


(67)

�� : Mata kuliah Media Pembelajaran berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Secara statistis, hipotesis di atas dapat ditulis sebagai berikut:

Ho : ρ ≠ ρo Ha : ρ = ρo

2) Menentukan tingkat signifikansi (resiko kesalahan)

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi (α) 5% atau 0,05.

3) Menentukan uji yang digunakan

Uji statistik pada kedua hipotesis menggunakan Uji Korelasi Spearman.

4) Kriteria penerimaan hipotesis

a) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima b) Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak 5) Penarikan Kesimpulan

a) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Ho1 diterima, artinya mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Sebaliknya, jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ho1 ditolak, artinya mata kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.


(68)

b) Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima, artinya mata kuliah Media Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP. Sebaliknya, jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak, artinya mata kuliah Media Pembelajaran berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP


(69)

50 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Universitas Sanata Dharma

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs resmi Universitas Sanata Dharma (https://www.usd.ac.id/profile.php?id=1&id_sub=2), awal mula berdirinya perguruan tinggi ini karena ide dari Prof. Moh. Yamin, S.H yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI pada tahun 1950. Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus (Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini telah membuka kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang dikelola oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang dikelola oleh pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J. dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide. Pater Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus menggabungkan kursus-kursus ini menjadi sebuah perguruan tinggi dan lahirlah PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 17 Desember 1955.

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu Bahasa Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi


(70)

Serikat Yesus menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan Nama "Sanata Dharma" diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor Wali Gereja Indonesia. "Sanata Dharma" sebenarnya dibaca "Sanyata Dharma", yang berarti "kebaktian yang sebenarnya" atau "pelayanan yang nyata". Kebaktian dan pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).

Seiring perjalanan waktu dan perkembangan kebijakan pemerintah khususnya pada Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini Sanata Dharma berhasil memperoleh status "disamakan" dengan negeri berdasarkan SK Menteri PTIP Nomor 1/1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo Nomor 77/1962 tanggal 11 Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP Sanata Dharma berdiri sendiri.

Pada tahun 1965 FKIP Sanata Dharma berubah menjadi IKIP Sanata Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP Nomor 237/B-Swt/U/1965. Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965. Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana), IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program


(71)

Diploma I, II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS, dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya dibuka program Diploma II PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).

Pada tahun 1993 sampai sekarang, Universitas Sanata Dharma menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK Mendikbud Nomor 46/D/O/1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan perkembangan ini USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah berkembang menjadi universitas, Sanata Dharma terdorong untuk memperluas muatan program pendidikannya. Di samping tetap mempertahankan pendidikan guru dengan tetap membuka FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Sanata Dharma membuka beberapa fakultas baru. Universitas Sanata Dharma sekarang memiliki 8 Fakultas dengan 23 Program Studi, 4 Program Pasca Sarjana, 2 Program Profesi, dan Program Kursus Bersertifikat. Sekarang ini banyak hal berkembang di Universitas Sanata Dharma. Perkembangannya meliputi berbagai aspek, baik sarana fisik, administrasi, peningkatan mutu akademik, penelitian, pengajaran, serta pengabdian pada masyarakat.


(1)

Skor MP

Jumlah Konversi Skor

Total

Skor Nilai

Skor Bakat Kreativitas Pedagogi Komitmen Pedagogi Kecerdasan Emosi

5 71 76 101 248 6,5 3

5 93 85 92 270 8 4

5 50 80 94 224 5,5 2

4 82 80 100 262 7,5 3

3 52 79 100 231 6 3

5 61 82 75 218 5,5 2

4 32 72 86 190 4 2

4 35 86 101 222 5,5 2

4 79 89 94 262 7,5 3

5 42 83 102 227 5,5 2

5 84 85 101 270 8 4

5 44 83 102 229 6 3

4 62 88 92 242 6,5 3

4 35 76 81 192 4 2

5 68 76 107 251 7 3

5 57 85 104 246 6,5 3

5 49 78 98 225 5,5 2

5 72 81 94 247 6,5 3

5 54 71 85 210 5 2

5 46 67 101 214 5 2

5 80 85 94 259 7 3

5 80 80 103 263 7,5 3

5 62 69 94 225 5,5 2

5 19 66 83 168 3 1

5 80 85 102 267 7,5 3

5 53 86 92 231 6 3

4 83 83 101 267 7,5 3

5 73 83 103 259 7 3

4 76 81 83 240 6,5 3

4 73 85 104 262 7,5 3

5 51 84 103 238 6 3

5 64 81 101 246 6,5 3

4 77 79 100 256 7 3

5 81 77 91 249 6,5 3

4 70 88 106 264 7,5 3

5 71 81 93 245 6,5 3

4 80 84 94 258 7 3


(2)

Skor MP

Jumlah Konversi Skor

Total

Skor Nilai

Skor Bakat Kreativitas Pedagogi Komitmen Pedagogi Kecerdasan Emosi

4 87 87 98 272 8 4

5 80 84 90 254 7 3

4 43 73 90 206 4,5 2

5 75 86 108 269 7,5 3

5 35 80 98 213 5 2

5 55 75 98 228 5,5 2

5 80 68 101 249 6,5 3

5 53 84 98 235 6 3

5 74 84 100 258 7 3

5 73 83 97 253 7 3

1 41 79 94 214 5 2

5 73 90 104 267 7,5 3

5 76 91 102 269 7,5 3

4 49 78 96 223 5,5 2

4 52 78 92 222 5,5 2

5 35 81 99 215 5 2

5 33 78 101 212 5 2

4 55 82 104 241 6,5 3

5 47 78 87 212 5 2

5 75 81 102 258 7 3

5 73 84 100 257 7 3

5 63 85 96 244 6,5 3

5 60 76 100 236 6 3

5 57 80 101 238 6 3

5 64 85 101 250 7 3

5 80 85 107 272 8 4

5 66 84 96 246 6,5 3

5 56 86 98 240 6,5 3

4 68 74 96 238 6 3

5 74 78 91 243 6,5 3

5 47 81 106 234 6 3

5 77 75 102 254 7 3

5 70 85 103 258 7 3

5 69 87 103 259 7 3

5 67 75 97 239 6,5 3

5 80 90 102 272 8 4

4 50 81 102 233 6 3


(3)

Skor MP

Jumlah Konversi Skor

Total

Skor Nilai

Skor Bakat Kreativitas

Pedagogi

Komitmen Pedagogi

Kecerdasan Emosi

5 65 84 99 248 6,5 3

5 58 82 95 235 6 3

5 72 86 95 253 7 3

5 49 84 101 234 6 3

5 62 87 99 248 6,5 3

5 45 82 102 229 6 3

5 62 87 85 234 6 3

5 60 88 103 251 7 3

5 66 93 100 259 7 3

5 35 85 104 224 5,5 2

4 33 84 100 217 5 2

4 47 83 102 232 6 3

5 48 80 103 231 6 3

5 46 88 101 235 6 3

4 61 79 96 236 6 3

5 28 84 105 217 5 2

5 26 84 106 216 5 2

5 47 84 100 231 6 3

4 50 80 89 219 5,5 2

4 35 76 101 212 5 2

5 70 63 87 220 5,5 2

5 31 85 84 200 4,5 2

5 52 81 102 235 6 3

5 47 83 95 225 5,5 2


(4)

165

LAMPIRAN 5

Deskripsi Data


(5)

1. Output Program Studi

Program_Studi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid IPPAK 13 5.2 5.2 5.2

PMAT 12 4.8 4.8 10.0

PBI 40 16.0 16.0 26.0

PBIO 23 9.2 9.2 35.2

PAK 33 13.2 13.2 48.4

PE 12 4.8 4.8 53.2

PFIS 18 7.2 7.2 60.4

PSEJ 16 6.4 6.4 66.8

PGSD 56 22.4 22.4 89.2 PBSI 27 10.8 10.8 100.0 Total 250 100.0 100.0

2. Output Skor Mata Kuliah Kurikulum dan Kajian Buku Teks SKOR_KKBT

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid C 10 4.4 4.4 4.4

B 87 38.7 38.7 43.1

A 128 56.9 56.9 100.0 Total 225 100.0 100.0


(6)

3. Output Skor Mata Kuliah Media Pembelajaran SKOR_MP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid E 1 .4 .4 .4

C 2 .8 .8 1.2

B 70 28.0 28.0 29.2

A 177 70.8 70.8 100.0 Total 250 100.0 100.0

4. Output Skor Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP SKOR_BKTG

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kurang Sekali

Berbakat

1 .4 .4 .4

Kurang Berbakat 42 16.8 16.8 17.2 Cukup Berbakat 170 68.0 68.0 85.2

Berbakat 37 14.8 14.8 100.0

Total 250 100.0 100.0

Statistics Bakat Keguruan BKTG

N Valid 250 Missing 0

Mean 2.97

Median 3.00

Mode 3

Std. Deviation .577

Minimum 1