1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang tidak
mengalami kebutuhan secara khusus. Anak berkebutuhan khusus ABK dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang
ketunaan dan juga anak yang memiliki potensikemampuan Mulyono, 2003: 26.
Kustawan 2012: 7 menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua siswa serta mengakomodasi semua
kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing siswa. Sekolah inklusi adalah sekolah yang mengakomodasi dan mengintegrasikan
siswa berkebutuhan tetapi tidak secara khusus dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang sama Ilahi, 2013: 87. Pemerintah Kota Yogyakarta
menunjuk 27 sekolah dasar inklusi yang dianggap mampu untuk menerapkan pendidikan inklusi bagi siswa berkebutuhan khusus. Sekolah dasar inklusi tersebar
dibeberapa kecamatan di Kota Yogyakarta, antara lain di Kecamatan Gondokusuman,
Wirobrajan, Umbulharjo,
Mantrijeron, Kotagede,
dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mergangsan. Sekolah inklusi melayani anak berkebutuhan khusus dengan kategori slow learner, hiperaktif, disgrafia, dan disleksia.
Dalam sekolah inklusi guru perlu menguasai metode pengajaran, kreatif menggunakan media pembelajaran dan memiliki kemampuan mengevaluasi hasil
belajar siswa untuk mengetahui perkembangkan potensikemampuan siswa. Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek evaluasi belajar yang digunakan
guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Evaluasi belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang.
Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes Kustawan, 2006: 39.
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan dengan
cara meberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum pelajaran pre-test sebagai assesmen awal maupun diberikan
sesudah pelajaran post-test sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan
acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk melakukan penilian berkelanjutan.
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa Sudijono 2005:
54 . Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan
dilakukan sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir. Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan
psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb. Rubrik penilaian
psikomotorik misalnya ada pernyataan yang memandu guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas,
kesediaan membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan instrumen penilaian hasil belajar.
Peneliti tertarik untuk mengetahui evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Peneliti menggunakan kuesioner berisi
15 pernyataan tertutup, beisi aspek tes dan non tes dengan masing-masing indikatornya.` Kuesioner dibagikan kepada 42 guru di sekolah dasar inklusi se-
Kota Yogyakarta. Ada 27 kuesioner yang kembali dari tujuh sekolah dasar inklusi di sana. Data-data tersebut akan menjadi acuan peneliti untuk mendeskripsikan
dan memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi. Untuk itu peneliti ingin meneliti dengan judul “Evaluasi Belajar yang Digunakan
Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH