Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintahan Daerah memiliki otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan kebijakan desentralisasi. Pemerintah daerah diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam hal administrasi keuangan daerah. Hal-hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah daerah. Salah satu komponen yang menentukan hubungan keuangan pusat-daerah adalah Pendapatan Asli Daerah Budisusila; 2010. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah PAD. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Retribusi daerah diatur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melaksanakan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah. Retribusi daerah terdiri dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Palangkaraya Tahun 2013-2018, luas Kota Palangkaraya yang berada pada urutan ketiga di Indonesia yaitu 2,687 km 2 memiliki banyak potensi alam yang membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat. Pemerintah Kota Palangkaraya wajib mengatur perizinan bagi kegiatan usaha yang menimbulkan ancaman atau gangguan bagi lingkungan sekitar. Atas izin gangguan yang diberikan maka Pemerintah Kota Palangkaraya berhak memungut retribusi izin gangguan Hinder Ordonantie HO yang digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu. Pemerintah Kota Palangkaraya berkewajiban melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan, memelihara ketertiban lingkungan, serta memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi izin gangguan dan pelaksanaanya harus diatur dengan peraturan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Palangkaraya membuat Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Gangguan dan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 15 Tahun 2013 tentang Izin Gangguan. Berdasarkan peraturan daerah tersebut maka dibuat Peraturan Walikota Palangkaraya Nomor 14 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Izin Gangguan dan Peraturan Walikota Palangkaraya Nomor 15 Tahun 2014 tentang Perubahan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Izin Gangguan Dalam Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Gangguan. Peraturan-peraturan tersebut menjelaskan mekanisme pelaksanaan retribusi izin gangguan HO di Kota Palangkaraya agar dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Seperti yang tertulis di Buletin Litbang Pemerintah Kota Palangkaraya Edisi 04 Tahun III 2011 yang terbit pada Bulan Juni 2011, terdapat dua permasalahan umum yang terjadi dan berkaitan dengan PAD di daerah, termasuk Pemerintah Kota Palangkaraya, yaitu terdapat kecenderungan aparat pemerintah daerah untuk merendah-rendahkan target PAD dan selama ini belum ada evaluasi untuk mengetahui apakah pungutan PAD Kota Palangkaraya telah dilaksanakan secara optimal. Jika rasio Produk Domestik Regional Bruto PDRB dengan PAD Kota Palangkaraya dibandingkan dengan pemerintah daerah lainnya yang setara, target PAD Kota Palangkaraya relatif lebih kecil. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB, pertumbuhan PAD Kota Palangkaraya melebihi pertumbuhan PDRB. Hal ini menunjukan masih adanya potensi PAD yang belum tergali secara optimal. Oleh karena itu, perlu diketahui metode perencanaan PAD terutama pada sektor retribusi izin gangguan HO di Pemerintah Kota Palangkaraya dan potensi retribusi izin gangguan HO yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.2 Rumusan Masalah