Metode Perencanaan Pendapatan Asli Daerah : studi kasus retribusi izin gangguan (HO) di pemerintah kota Palangkaraya.

(1)

i ABSTRAK

METODE PERENCANAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus Retribusi Izin Gangguan (HO)

di Pemerintah Kota Palangkaraya

Ade Yuniati NIM: 122114069 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya. Selain itu, juga untuk mengetahui potensi sesungguhnya penerimaan PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya dan dapat dijadikan referensi sebagai dasar penetapan target penerimaan retribusi izin gangguan (HO) untuk tahun berikutnya.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan triangulasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data diperoleh dengan wawancara, observasi, dan pengumpulan data pada basis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis data kualitatif.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) dimulai dengan menentukan target penerimaan. Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya menetapkan target penerimaan berdasarkan realisasi pencapaian penerimaan retribusi izin gangguan (HO) tahun sebelumnya dan mengingat masih banyak potensi izin gangguan (HO) yang belum tergali. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya merencanakan berbagai upaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan, seperti memberi himbauan dan sosialisasi kepada para pelaku usaha. Potensi penerimaan PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO) dapat diperkirakan dengan memproyeksikan pertumbuhan baru izin gangguan (HO) berdasarkan tren data masa lampau dan menghitung jumlah retribusi izin gangguan (HO) yang akan kadaluwarsa di tahun 2016.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Sistem Perencanaan Pendapatan Asli Daerah, Izin Gangguan, Retribusi Izin Gangguan, Triangulasi.


(2)

ii ABSTRACT

OWN-SOURCE REVENUE PLANNING METHOD Case Study of Hinder Ordonantie (HO) Retribution

in Palangkaraya Government Ade Yuniati

Student Number: 122114069 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This research aims to know the implementation of Own-Source Revenue (OSR) on Hinder Ordonantie (HO) retribution in Palangkaraya Government. Furthermore, it seeks to gain additional knowldege regarding the real potential of OSR on HO sector in Palangkaraya. Hopefully, this research can provide information about OSR planning on HO retribution sector in Palangkaraya and become a reference in determining the HO retribution revenue goal for the following year.

This research is categorized as a case study. This research used qualitative descriptive method with triangulation approach. The conducted sampling method in this research was purposive sampling. The researcher took the data by interview, observation, and collect data from database. In analyzing the data, the researcher used descriptive statistics and qualitative data analysis.

Based on the analysis, it can be concluded that OSR planning system on HO retribution is started by determining the revenue goal. The Local Revenue Office of Palangkaraya decides it based on the realization of HO retribution revenue in the previous year as well as its raw potential which has not been achieved. The Environment and Forest Department of Palangkaraya plans several strategies to reach the intended goal, such as giving a guidance and socialization to the interpreuners. They are able to estimate OSR on HO potential by projecting growth of new HO based on the previous data and calculating amount of HO retribution which will expire in 2016.

Keywords: Own-Source Revenue, Own-Source Revenue planning system, Hinder Ordonantie, Hinder Ordonantie Retribution, Triangulation.


(3)

METODE PERENCANAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus Retribusi Izin Gangguan (HO)

di Pemerintah Kota Palangkaraya

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Ade Yuniati NIM: 122114069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

METODE PERENCANAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus Retribusi Izin Gangguan (HO)

di Pemerintah Kota Palangkaraya

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh: Ade Yuniati NIM: 122114069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

iii


(7)

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”

Roma 5: 4

Kupersembahkan untuk:

Papaku Likman I. Awan, S.H. dan Mamaku Patrileni, S.Sos.

Kakakku Liani, S.Farm., Apt., Mina Dayang, dan Mina Indut

Bue dan Tambiku yang sudah tenang bersama Tuhan Yesus

Partnerku

,

Aria Jaya

My mood boosters,

Laurencia Sintani, Ribka Novianita Agan, dan Harry Zentino

Teman seperjuanganku, Brigitta Dyah Karisma, Margareta Desi,

Prisca Nadya Verina, Evelyn Novianti, dan Andriyanto

Keluarga besarku


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: METODE PERENCANAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

Studi Kasus Retribusi Izin Gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya

dan diajukan untuk diuji pada tanggal 8 April 2016 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan/atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Mei 2016 Yang membuat pernyataan,


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ade Yuniati

Nomor Mahasiswa : 122114069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

METODE PERENCANAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus Retribusi Izin Gangguan (HO)

di Pemerintah Kota Palangkaraya

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Mei 2016


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. J. Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. H. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Ilsa Haruti Suryandari, S.E., S.I.P., M.Sc., Akt., CA., selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing dan memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu membimbing dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan studi.


(11)

viii

6. Seluruh dosen dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk berdinamika bersama dan berbagi ilmu pengetahuan.

7. Badan Penelitian, Pengembangan, Inovasi, dan Teknologi Kota Palangkaraya yang telah memberikan izin untuk penelitian di Pemerintah Kota Palangkaraya. 8. Bapak dan Ibu dari Badan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT-PM) Kota Palangkaraya, Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya, dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya yang telah bersedia memberikan informasi dan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. 9. Papa, mama, kakak, kekasih, keluarga, dan sahabat yang selalu memberikan

doa, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

10. Teman-teman seperjuangan MPAT Kelas F, Akuntansi 2012, Staf Humas USD 2015/2016, dan Pondok Indah Kasuari 7 yang sudah berdinamika bersama selama perkuliahan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk penulisan berikutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Mei 2016


(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

HALAMAN DAFTAR SINGKATAN ... xv

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Batasan Masalah ... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 5


(13)

x

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1Organisasi Sektor Publik ... 7

2.2Penganggaran Pemerintahan ... 8

2.3Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 14

2.4Retribusi Daerah ... 19

2.5Retribusi Izin Gangguan (HO) ... 22

2.6Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1Objek Penelitian ... 30

3.2Metode dan Desain Penelitian ... 30

3.3Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH ... 36

4.1Letak Geografis Kota Palangkaraya ... 36

4.2Keuangan Daerah ... 39

4.2.1 Pendapatan Asli Daerah ... 39

4.2.2 Pendapatan Transfer ... 41

4.2.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah ... 42

4.2.4 Belanja Daerah ... 42

4.3Aspek Ekonomi ... 43

4.3.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 43


(14)

xi

4.3.3 Pertumbuhan Ekonomi ... 47

4.3.4 Inflasi ... 48

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1Deskripsi Data ... 50

5.2Analisis Data ... 63

5.2.1 Sistem Perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Sektor Retribusi Izin Gangguan (HO) ... 63

5.2.2 Perkiraan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Sektor Retribusi Izin Gngguan (HO) ... 71

5.3 Hasil Penelitian dan Interpretasi ... 76

BAB VI PENUTUP ... 79

6.1Kesimpulan ... 79

6.2Keterbatasan Penelitian ... 80

6.3Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Palangkaraya ... 37 Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk

Kota Palangkaraya ... 39 Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangkaraya Atas Dasar

Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2012-2014 ... 44 Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangkaraya Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2014 ... 45 Tabel 4.5 PDRB Perkapita Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Konstan

2000, 2008-2013 ... 47 Tabel 4.6 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota, 2013-2014 ... 48 Tabel 4.7 Laju Inflasi Kota Palangkaraya dan Nasional Menurut Bulan, 2014 ... 49 Tabel 5.1 Analisis SWOT Izin Gangguan (HO) ... 70 Tabel 5.2 Perhitungan Tren Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada

Sektor Retribusi Izin Gangguan (HO) dari Perizinan Baru ... 73 Tabel 5.3 Perhitungan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada

Sektor Retribusi Izin Gangguan (HO) dari Pendaftaran Ulang


(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Palangkaraya ... 37 Gambar 4.2 Diagram Persentase Luas Wilayah Kota Palangkaraya per

Kecamatan, 2015 ... 38 Gambar 5.1 Flowchart SOP Pengusulan Target PAD: Retribusi Izin

Gangguan (HO) ... 55 Gambar 5.2 Grafik Target Penerimaan Retribusi Izin Gangguan (HO) dari

Tahun 2010-2016 di Kota Palangkaraya ... 56 Gambar 5.3 SOP Penyelesaian Izin Gangguan (HO) di Pemerintah Kota


(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Pengusulan Target kepada Dinas Pendapatan Daerah

Kota Palangkaraya ... 87

LAMPIRAN 2 Jenis Usaha Wajib Izin Gangguan (HO) ... 90

LAMPIRAN 3 Fungsi Jalan di Kota Palangkaraya ... 94

LAMPIRAN 4 Format Surat Permohonan ... 112

LAMPIRAN 5 Format Surat Izin Gangguan (HO) ... 116


(18)

xv

DAFTAR SINGKATAN

No. Singkatan Kepanjangan

1. ADHB Atas Dasar Harga Berlaku 2. ADHK Atas Dasar Harga Konstan

3. AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 4. APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

5. APBD-P Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan 6. B3 Bahan Berbahaya Beracun

7. BPPT-PM Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal 8. BPS Badan Pusat Statistik

9. DAK Dana Alokasi Khusus 10. DAU Dana Alokasi Umum 11. DBH Dana Bagi Hasil

12. FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 13. HO Hinder Ordonantie

14. IMB Izin Mendirikan Bangunan 15. PAD Pendapatan Asli Daerah 16. PBB Pajak Bumi Bangunan

17. PDRB Produk Domestik Regional Bruto

18. PPBS Planning, Programming, and Budgeting System 19. RAPBD Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 20. RKA Rencana Kerja dan Anggaran

21. RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah

22. RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 23. SIUP Surat Izin Usaha Perdagangan

24. SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah 25. SKRD Surat Ketetapan Retribusi Daerah 26. SKTU Surat Keterangan Tempat Usaha 27. SOP Standard Operating Procedure


(19)

xvi

No. Singkatan Kepanjangan

28. SPPL Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan

29. UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup


(20)

xvii ABSTRAK

METODE PERENCANAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Studi Kasus Retribusi Izin Gangguan (HO)

di Pemerintah Kota Palangkaraya

Ade Yuniati NIM: 122114069 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya. Selain itu, juga untuk mengetahui potensi sesungguhnya penerimaan PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya dan dapat dijadikan referensi sebagai dasar penetapan target penerimaan retribusi izin gangguan (HO) untuk tahun berikutnya.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan triangulasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Data diperoleh dengan wawancara, observasi, dan pengumpulan data pada basis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan analisis data kualitatif.

Berdasarkan analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) dimulai dengan menentukan target penerimaan. Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya menetapkan target penerimaan berdasarkan realisasi pencapaian penerimaan retribusi izin gangguan (HO) tahun sebelumnya dan mengingat masih banyak potensi izin gangguan (HO) yang belum tergali. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya merencanakan berbagai upaya untuk mencapai target yang telah ditetapkan, seperti memberi himbauan dan sosialisasi kepada para pelaku usaha. Potensi penerimaan PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO) dapat diperkirakan dengan memproyeksikan pertumbuhan baru izin gangguan (HO) berdasarkan tren data masa lampau dan menghitung jumlah retribusi izin gangguan (HO) yang akan kadaluwarsa di tahun 2016.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Sistem Perencanaan Pendapatan Asli Daerah, Izin Gangguan, Retribusi Izin Gangguan, Triangulasi.


(21)

xviii ABSTRACT

OWN-SOURCE REVENUE PLANNING METHOD Case Study of Hinder Ordonantie (HO) Retribution

in Palangkaraya Government Ade Yuniati

Student Number: 122114069 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This research aims to know the implementation of Own-Source Revenue (OSR) on Hinder Ordonantie (HO) retribution in Palangkaraya Government. Furthermore, it seeks to gain additional knowldege regarding the real potential of OSR on HO sector in Palangkaraya. Hopefully, this research can provide information about OSR planning on HO retribution sector in Palangkaraya and become a reference in determining the HO retribution revenue goal for the following year.

This research is categorized as a case study. This research used qualitative descriptive method with triangulation approach. The conducted sampling method in this research was purposive sampling. The researcher took the data by interview, observation, and collect data from database. In analyzing the data, the researcher used descriptive statistics and qualitative data analysis.

Based on the analysis, it can be concluded that OSR planning system on HO retribution is started by determining the revenue goal. The Local Revenue Office of Palangkaraya decides it based on the realization of HO retribution revenue in the previous year as well as its raw potential which has not been achieved. The Environment and Forest Department of Palangkaraya plans several strategies to reach the intended goal, such as giving a guidance and socialization to the interpreuners. They are able to estimate OSR on HO potential by projecting growth of new HO based on the previous data and calculating amount of HO retribution which will expire in 2016.

Keywords: Own-Source Revenue, Own-Source Revenue planning system, Hinder Ordonantie, Hinder Ordonantie Retribution, Triangulation.


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pemerintahan Daerah memiliki otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan kebijakan desentralisasi. Pemerintah daerah diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam hal administrasi keuangan daerah. Hal-hal tersebut sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah daerah.

Salah satu komponen yang menentukan hubungan keuangan pusat-daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (Budisusila; 2010). Penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Retribusi daerah diatur lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dalam


(23)

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah. Retribusi daerah terdiri dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangkaraya Tahun 2013-2018, luas Kota Palangkaraya yang berada pada urutan ketiga di Indonesia yaitu 2,687 km2 memiliki banyak potensi alam yang membuka peluang usaha bagi masyarakat setempat. Pemerintah Kota Palangkaraya wajib mengatur perizinan bagi kegiatan usaha yang menimbulkan ancaman atau gangguan bagi lingkungan sekitar. Atas izin gangguan yang diberikan maka Pemerintah Kota Palangkaraya berhak memungut retribusi izin gangguan (Hinder Ordonantie (HO)) yang digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu. Pemerintah Kota Palangkaraya berkewajiban melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan, memelihara ketertiban lingkungan, serta memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi izin gangguan dan pelaksanaanya harus diatur dengan peraturan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Palangkaraya membuat Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Gangguan dan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 15 Tahun 2013 tentang Izin Gangguan. Berdasarkan peraturan daerah tersebut maka dibuat Peraturan Walikota Palangkaraya Nomor 14 Tahun 2014 tentang


(24)

3

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Izin Gangguan dan Peraturan Walikota Palangkaraya Nomor 15 Tahun 2014 tentang Perubahan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Izin Gangguan Dalam Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Gangguan. Peraturan-peraturan tersebut menjelaskan mekanisme pelaksanaan retribusi izin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya agar dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

Seperti yang tertulis di Buletin Litbang Pemerintah Kota Palangkaraya Edisi 04/ Tahun III/ 2011 yang terbit pada Bulan Juni 2011, terdapat dua permasalahan umum yang terjadi dan berkaitan dengan PAD di daerah, termasuk Pemerintah Kota Palangkaraya, yaitu terdapat kecenderungan aparat pemerintah daerah untuk merendah-rendahkan target PAD dan selama ini belum ada evaluasi untuk mengetahui apakah pungutan PAD Kota Palangkaraya telah dilaksanakan secara optimal. Jika rasio Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan PAD Kota Palangkaraya dibandingkan dengan pemerintah daerah lainnya yang setara, target PAD Kota Palangkaraya relatif lebih kecil. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB, pertumbuhan PAD Kota Palangkaraya melebihi pertumbuhan PDRB. Hal ini menunjukan masih adanya potensi PAD yang belum tergali secara optimal. Oleh karena itu, perlu diketahui metode perencanaan PAD terutama pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya dan potensi retribusi izin gangguan (HO) yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya.


(25)

1.2Rumusan Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya?

b. Berapakah perkiraan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya?

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini hanya mengamati pelaksanaan sistem perencanaan retribusi izin gangguan (HO) yang merupakan salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), bukan merupakan evaluasi dari realisasi penerimaan PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO). Penelitian ini hanya dilakukan di Pemerintah Kota Palangkaraya sehingga kesimpulan penelitian ini hanya berlaku untuk Pemerintah Kota Palangkaraya.

1.4Tujuan Penelitian

a. Peneliti hendak mengetahui pelaksanaan sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya.

b. Peneliti hendak mengetahui potensi sesungguhnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO)


(26)

5

di Kota Palangkaraya sebagai referensi dalam penetapan target penerimaan retribusi izin gangguan (HO) untuk tahun berikutnya.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya. Hasil perhitungan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penetapan target penerimaan retribusi izin gangguan (HO) untuk tahun berikutnya sehingga pemerintah setempat dapat mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selain itu, hendaknya penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk pembaharuan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan di Kota Palangkaraya.

1.6Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori

Pada bab ini akan dibahas mengenai penelitian terdahulu dan teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian.


(27)

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai objek penelitian, metode dan desain penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Daerah

Pada bab ini akan dibahas secara garis besar objek yang diteliti, seperti gambaran kota yang diteliti, keuangan daerah, aspek ekonomi, dan rona kawasan studi.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas mengenai data penelitian, pengolahan data, dan hasil analisis data.

Bab VI Penutup

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitan, dan saran dari pelaksanaan penelitian.


(28)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Organisasi Sektor Publik

Pemerintah merupakan organisasi terbesar sektor pubik. Peran utama pemerintah dalam pengelolaan sektor publik mencakup tiga hal, yaitu regulatory role, enabling role, dan direct provision of goods and services ((Jones; 1993) melalui (Mahsun; 2013)).

a. Regulatory Role

Regulatory role adalah peran utama pemerintah dalam menetapkan peraturan terhadap pengelolaan sektor publik sehingga tidak merugikan masyarakat. Regulasi sangat dibutuhkan masyarakat agar mereka secara bersama-sama bisa mengkonsumsi dan menggunakan public goods. Pemerintah sangat berperan dalam menetapkan segala aturan yang berkaitan dengan kepentingan umum. Tanpa ada aturan oleh organisasi-organisasi di lingkungan sektor publik maka ketimpangan akan terjadi di masyarakat. Sebagian masyarakat pasti akan dirugikan karena tidak mampu memperoleh barang atau layanan yang sebetulnya untuk umum.

b. Enabling Role

Enabling role adalah peran utama pemerintah dalam menjalankan pengelolaan sektor publik sehingga memungkinkan untuk dinikmati oleh kepentingan masyarakat luas dengan mudah. Tujuan akhir dari sebagian besar regulasi adalah memungkinkannya segala aktivitas masyarakat


(29)

berjalan secara aman, tertib, dan lancar. Pemerintah mempunyai peran yang cukup besar dalam memperlancar aktivitas masyarakat yang beraneka ragam tersebut.

c. Direct Provision of Goods and Services

Direct provision of goods and services adalah peran utama pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa publik (pure public goods) secara mudah bagi masyarakat meskipun pengelolaannya diserahkan ke pihak swasta. Semakin kompleks dan meluasnya area sektor publik maka sebagian sektor publik mulai dilakukan privatisasi. Privatisasi mengharuskan sektor publik masuk dalam mekanisme pasar. Pemerintah berperan dalam mengatur berbagai kegiatan produksi dan penjualan barang atau jasa, public goods dan quasi public goods, meskipun sudah diprivatisasi oleh swasta. Peran sektor publik dalam hal ini adalah ikut serta mengendalikan dan mengawasi dengan sejumlah regulasi yang tidak merugikan publik.

2.2 Penganggaran Pemerintahan

Penganggaran pemerintahan merupakan wujud pemerintah dalam melaksanakan peran utamanya dalam pengelolaan sektor publik. Penganggaran merupakan salah satu proses perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (Mahsun; 2013). Penyusunan anggaran pemerintah daerah mengacu pada rencana strategis dan


(30)

9

rencana kerja. Rencana strategis mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana kerja mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Berdasarkan rencana strategis dan rencana kerja tersebut maka disusunlah anggaran pemerintah, yang pada tingkat daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Mahsun; 2013), terdiri dari:

a. Pendapatan

Pendapatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

b. Belanja

Belanja terdiri dari Belanja Aparatur Daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, serta Belanja Tak Tersangka. c. Pembiayaan

Pembiayaan meliputi Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah. Sistem penganggaran sektor publik dalam sejarahnya berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan tuntutan masyarakat. Berikut ini adalah jenis penganggaran keuangan daerah (Ritonga; 2009):

a. Anggaran tradisional, ditandai dengan line item dan incrementalism. (1) Line Item

Pendekatan line item didasarkan atas sifat nature dari penerimaan dan pengeluaran. Pendekatan ini tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan dan pengeluaran yang telah ada


(31)

dalam struktur anggaran, walaupun ada beberapa item yang sudah tidak relevan untuk digunakan pada periode sekarang.

(2) Incrementalism

Anggaran bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang telah ada sebelumnya. Data yang digunakan sebagai dasar adalah data tahun sebelumnya tanpa ada kajian apakah pengeluaran periode sebelumnya didasarkan atas kebutuhan yang wajar atau tidak.

b. Anggaran yang berorientasi pada kepentingan publik.

(1) Zero Based Budgeting (ZBB)

Pendekatan ini dapat mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism karena anggaran diasumsikan mulai dari nol. Pendekatan ini tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu dalam penyusunan anggaran tahun ini. Kebutuhan anggaran didasarkan pada kebutuhan tahun ini.

(2) Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)

Pendekatan ini didasarkan pada sistem perencanaan formal yang berorientasi pada output dan tujuan. Penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran ini tidak mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, tetapi berdasarkan program dengan pengelompokkan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.


(32)

11

(3) Performance Based Budgeting

Performance Based Budgeting disusun untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional, yaitu tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Pendekatan ini sangat menekankan konsep value for money, yaitu ekonomis, efisien, dan efektif. Anggaran dengan pendekatan ini merupakan suatu sistem anggaran yang mengutamakan hasil kerja dan output dari setiap program dan kegiatan yang direncanakan.

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

b. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

c. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

d. Transparan, untuk memudahkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD.


(33)

f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya. Proses penyusunan APBD (Mahsun; 2013), yaitu:

a. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), sebagai landasasn penyusunan Rencana APBD (RAPBD) kepada DPRD.

b. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama dengan DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

c. Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD tahun berikutnya.

d. RKA SKPD disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai dan perkiraan belanja.

e. RKA disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

f. Hasil pembahasan RKA disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun berikutnya.


(34)

13

g. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.

h. Pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD. i. DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah

penerimaan dan pengeluaran dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD, sepanjang tidak mengakibatkan defisit anggaran.

j. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan peraturan daerah tersebut, untuk membiayai keperluan setiap bulan, pemerintah daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. Pemerintah daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBD dan prognosis untuk enam bulan berikutnya, selambat-lambatnya pada akhir bulan Juli tahun anggaran yang bersangkutan untuk dibahas bersama antara DPRD dan pemerintah daerah. Penyesuaian APBD dapat dilakukan jika terjadi (Mahsun; 2013):


(35)

b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja.

c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.

2.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah, pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan. PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bersumber dari:

a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. Lain-lain PAD yang sah, meliputi:

(1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; (2) Jasa giro;

(3) Pendapatan bunga;

(4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan (5) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan


(36)

15

Dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, serta menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antardaerah, dan kegiatan impor/ekspor.

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2016 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PAD memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:

(a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. (b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan

pada data potensi pajak daerah dan retribusi daerah di masing-masing pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 yang berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah dan retribusi


(37)

daerah serta realisasi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.

(c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyek dan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuan besarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusi daerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah serta pengawasan penyetorannya.

(d) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), termasuk yang dibagihasilkan pada kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (5) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009.

(e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh per seratus) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. (f) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalan sebagian


(38)

17

diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009.

(g) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing dialokasikan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

(h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalu lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

(i) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasil klaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyek pendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan.


(39)

(2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daerah.

(3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:

(a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non permanen, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat Penerima.

(b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan, dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana Cadangan sesuai peruntukannya

(c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintah daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan


(40)

19

dan Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah.

(d) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek sesuai kode rekening berkenaan.

2.4 Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Objek retribusi adalah jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu. Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai retribusi jasa umum. Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai retribusi jasa usaha. Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

a. Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi jasa umum adalah:

(1) Retribusi pelayanan kesehatan.


(41)

(3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil.

(4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat. (5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum.

(6) Retribusi pelayanan pasar.

(7) Retribusi pengujian kendaraan bermotor.

(8) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran. (9) Retribusi penggantian biaya cetak peta.

(10) Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus. (11) Retribusi pengolahan limbah cair.

(12) Retribusi pelayanan tera/tera ulang. (13) Retribusi pelayanan pendidikan.

(14) Retribusi pengendalian menara telekomunikasi.

Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud pada bagian (a) dapat tidak dipungut apabila potensi penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan tersebut secara cuma-cuma. b. Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:


(42)

21

(2) Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan. (3) Retribusi tempat pelelangan.

(4) Retribusi terminal.

(5) Retribusi tempat khusus parkir.

(6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa. (7) Retribusi rumah potong hewan.

(8) Retribusi pelayanan kepelabuhanan. (9) Retribusi tempat rekreasi dan olahraga. (10) Retribusi penyeberangan di air.

(11) Retribusi penjualan produksi usaha daerah.

c. Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu adalah:

(1) Retribusi izin mendirikan bangunan.

(2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol. (3) Retribusi izin gangguan.

(4) Retribusi izin trayek.


(43)

2.5 Retribusi Izin Gangguan (HO)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palangkaraya Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Gangguan, retribusi izin gangguan (HO) merupakan retribusi yang dikenakan oleh pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin tempat usaha atau kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan, bahaya dan kerugian kecuali tempat atau lokasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan. Izin gangguan (HO) dikeluarkan dengan maksud untuk melindungi orang-orang yang tinggal di sekitar tempat usaha yang didirikan terhadap bahaya, kerugian, dan gangguan yang ditimbulkan oleh aktivitas usaha yang didirikan tersebut. Bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak sedang terhadap lingkungan hidup wajib membuat dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Sedangkan, bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib membuat dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Ijin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya dikeluarkan oleh Walikota Palangkaraya melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT-PM) Kota Palangkaraya, setelah memperhatikan pertimbangan Tim Penilai Kelayakan Lingkungan. Semua warga yang mempunyai tempat usaha yang berupa badan atau perseorangan yang berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan, gangguan sosial, atau gangguan ekonomi wajib memperoleh izin gangguan (HO) dan membayar retribusi izin gangguan (HO).


(44)

23

Objek retribusi izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja. Tidak termasuk objek retribusi adalah tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

Tingkat penggunaan jasa izin gangguan diukur berdasarkan tempat usaha dikali indeks lokasi dikali indeks gangguan dikali tarif.

a. Tempat usaha adalah luas bangunan utama dan bangunan penunjang untuk kegiatan usaha.

b. Penetapan indeks lokasi ditetapkan sebagai berikut:

a) Jalan arteri, jalan primer, dan jalan sekunder besar indeksnya = 4; b) Jalan kolektor, Jalan Sungai Kahayan, Jalan Rungan, dan Jalan

Sabangau besar indeksnya = 3; c) Jalan lokal besar indeksnya = 2.

c. Penetapan indeks gangguan didasarkan pada besar kecilnya gangguan dengan klasifikasi sebagai berikut:

a) Perusahaan indeks gangguan besar, indeksnya = 4; b. Menggunakan uap air, gas/uap bertekanan tinggi.

c. Menyimpan dan/atau memproduksi Bahan Berbahaya Beracun (B3).


(45)

d. Menggunakan mesin >4 PK. e. Tempat usaha bertingkat.

b) Perusahaan indeks gangguan sedang, indeksnya = 3; f. Menggunakan uap air, gas/uap bertekanan tinggi.

g. Menyimpan dan/atau memproduksi Bahan Berbahaya Beracun (B3).

h. Tidak menggunakan mesin >4 PK. i. Tempat usaha bertingkat.

c) Perusahaan indeks gangguan kecil indeksnya = 2.

j. Tidak menggunakan uap air, gas/uap bertekanan tinggi.

k. Tidak menyimpan dan/atau memproduksi Bahan Berbahaya Beracun (B3).

l. Tidak menggunakan mesin >4 PK. m.Tempat usaha tidak bertingkat.

d. Besarnya tarif retribusi ditetapkan berdasarkan perhitungan sebagai berikut:

a) Luas 1 m2 sampai dengan 100 m2 tarifnya sebesar Rp1.000,00; b) Luas 101 m2 sampai dengan 1.000 m2 tarifnya sebesar Rp800,00; c) Luas 1.001 m2 sampai dengan 10.000 m2 tarifnya sebesar Rp600,00; d) Luas ≥10.001 m2 tarifnya sebesar Rp400,00;

e) Setiap heregistrasi (daftar ulang) dikenakan biaya sebesar beberapa persen dari biaya retribusi tergantung dengan luas tempat usaha, yaitu: n. Luas 1 m2 sampai dengan 100 m2 tarifnya sebesar 90%;


(46)

25

o. Luas 101 m2 sampai dengan 500 m2 tarifnya sebesar 80%; p. Luas 501 m2 sampai dengan 5.000 m2 tarifnya sebesar 70%; q. Luas 5.001 m2 sampai dengan 10.000 m2 tarifnya sebesar 60%; r. Luas 10.001 m2 dan seterusnya tarifnya sebesar 50%.

f) Surat izin gangguan yang rusak atau hilang wajib dilaporkan dan akan diterbitkan izin pengganti dengan dikenakan biaya sebesar 25% dari biaya retribusi.

Untuk mendapatkan izin gangguan, pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Walikota Palangkaraya melalui Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT-PM) Kota Palangkaraya, mengisi dan mengembalikan formulir disertai dengan melampirkan persyaratan yang telah ditetapkan. Pemohon harus mematuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Mengisi dan mengajukan permohonan dengan materai yang cukup. (2) Melampirkan denah lokasi dan ukuran tempat usaha.

(3) Melampirkan persetujuan/rekomendasi dokumen AMDAL dan/atau UKL-UPL untuk jenis usaha yang memiliki dampak besar atau sedang terhadap lingkungan.

(4) Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga/penyanding yang berbatasan dengan tempat usaha, diketahui oleh RT/RW dan lurah setempat dan/atau rekomendasi dari instansi terkait sesuai dengan jenis usaha.


(47)

(6) Fotocopy akta pendirian perusahaan (dengan memperlihatkan aslinya). (7) Fotocopy tanda lunas PBB tahun terakhir (dengan memperlihatkan

aslinya).

(8) Materai tiga lembar.

(9) Pas photo ukuran 3x4 cm sebanyak tiga lembar. (10)Stopmap.

Syarat perpanjangan izin gangguan sama dengan pengurusan izin gangguan baru. Namun, jika mengajukan permohonan pengalihan kepemilikan izin gangguan (HO) maka persyaratan yang harus dilampirkan, yaitu:

(1) Surat bukti yang menunjukkan pengalihan kepemilikan tempat usaha. (2) Surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU).

(3) Fotocopy KTP sebanyak satu lembar.

(4) Fotocopy surat izin gangguan sebanyak satu lembar.

Setiap permohonan izin gangguan akan diproses dan diselesaikan dalam waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja terhitung sejak diterima permohonan secara lengkap dan benar. Apabila syarat-syarat tersebut tidak lengkap, maka direkomendasikan izin gangguan bersyarat selama satu tahun. Retribusi dipungut dengan masa retibusi yang bersamaan dengan daftar ulang izin, yaitu setiap tiga tahun sekali.

Dalam rangka pengawasan dan pengendalian, apabila diperlukan sewaktu-waktu dapat dilakukan pemeriksaan ke lapangan oleh tim. Wajib retribusi izin gangguan (HO) yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan


(48)

27

keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak empat kali jumlah retribusi yang terutang dan/atau usaha ditutup sementara.

2.6 Penelitian Terdahulu

Peneliti A. Budisusila, S.E., M.Soc.Sc. dan Dr. Titus Odong Kusumajati, M.A. membuat penelitian yang berjudul Model Penetapan Target Retribusi untuk Peningkatan Pendapatan Asli Daerah: Studi Retribusi Izin Gangguan (HO) di Pemerintah Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan dan alternatif solusi terkait retribusi izin gangguan (HO) kepada Pemerintah Kota Yogyakarta. Peneliti melakukan survei untuk menganalisis potensi pendapatan retribusi izin gangguan di Kota Yogyakarta dalam upaya mengoptimalkan pendapatan. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akan terjadi kemerosotan retribusi terkait dengan perizinan gangguan di Kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena terdapat keringanan retribusi izin gangguan (HO) yang diberikan untuk kegiatan usaha kecil (<100 m2) sebesar 25% padahal mayoritas kegiatan di Kota Yogyakarta memiliki persatuan luas yang kecil tetapi mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi. Berdasarkan indeks LQ dan Tipologi Klasen juga diketahui bahwa beberapa wilayah memiliki potensi retribusi yang tinggi, tetapi mayoritas kegiatan merupakan usaha kecil sehingga melemahkan potensi terjadi pada wilayah kelurahan.


(49)

Demi terwujudnya analisis dan kajian terhadap potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka mengoptimalkan PAD di Kota Palangkaraya maka, Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya bekerja sama dengan Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta melaksanakan penelitian yang berjudul Analisis dan Kajian Potensi Pendapatan Asli Daerah Kota Palangkaraya. Jurnal ini mengungkapkan permasalahan umum mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terjadi di beberapa daerah, termasuk Pemerintah Kota Palangkaraya, yaitu terdapat kecenderungan aparat pemerintah daerah untuk merendah-rendahkan target PAD dan selama ini belum ada evaluasi untuk mengetahui apakah pungutan PAD Kota Palangkaraya telah dilaksanakan secara optimal. Jurnal ini menyimpulkan bahwa jika rasio Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan PAD Kota Palangkaraya dibandingkan dengan pemerintah daerah lainnya yang setara, target PAD Kota Palangkaraya relatif lebih kecil. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB, pertumbuhan PAD Kota Palangkaraya melebihi pertumbuhan PDRB. Hal ini menunjukan masih adanya potensi PAD yang belum tergali secara optimal. Jurnal ini juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Salah satu rekomendasinya yaitu perlunya studi penghitungan potensi PAD yang sesungguhnya sebagai dasar penetapan target PAD di masa mendatang.

Dari kedua penelitian tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui indikator-indikator yang mendasari sistem perencanaan PAD terutama pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota


(50)

29

Palangkaraya. Selain itu, juga untuk mengetahui perkiraan potensi PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO) yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya. Setelah mengetahui perkiraan potensi retribusi izin gangguan (HO) yang sesungguhnya maka penetapan target penerimaan PAD pada sektor retribusi izin gangguan (HO) untuk tahun berikutnya dapat lebih mencerminkan potensi yang sebenarnya.


(51)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah retribusi izin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya.

3.2 Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan triangulasi. Metode kualitatif deskriptif dipilih karena penelitian ini hendak menggambarkan sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk sektor retribusi izin gangguan (HO) yang terjadi di lapangan dan melihat potensi pemungutan retribusi izin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya.

Triangulasi adalah suatu teknik analisis yang digunakan selama penelitian di lapangan dan setelah di lapangan selama analisis formal, untuk menguatkan sebuah temuan dengan bukti dari dua sumber atau lebih (Yin; 2011). Terdapat beberapa triangulasi, diantaranya yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber (Sugiyono; 2014). Triangulasi teknik merupakan pengumpulan data dengan strategi yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan, triangulasi sumber merupakan pengumpulan data dengan strategi yang sama untuk sumber data yang berbeda-beda. Triangulasi ini dilakukan sekaligus sebagai pengecekan kredibilitas data.


(52)

31

Perpaduan antara triangulasi teknik dan triangulasi sumber dilakukan untuk mengetahui sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya. Peneliti melakukan wawancara dan pengumpulan data dari basis data di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya dan verifikasi data di Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya. Sedangkan, triangulasi sumber dilakukan untuk mengetahui potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya. Peneliti melakukan pengumpulan data dari basis data di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT-PM) Kota Palangkaraya, kemudian verifikasi data di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya.

Unit analisis penelitian ini adalah instansi pemerintah, yaitu Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPT-PM) Kota Palangkaraya, Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya, dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nonprobabilitas sampling, yaitu purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan


(53)

suatu kriteria tertentu (Hartono: 2013). Adapun yang menjadi pertimbangan adalah tingkat pengetahuannya terhadap sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor retribusi izin usaha (HO).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Strategi pengumpulan data yang digunakan, yaitu:

a. Strategi pengamatan langsung, yaitu observasi dan wawancara. b. Strategi arsip, yaitu pengumpulan data dari basis data (data sekunder).

Data yang diperlukan, yaitu:

a. Data jumlah pembuatan baru izin gangguan (HO) selama tahun 2012-2015.

b. Data jumlah heregistrasi atau daftar ulang izin gangguan (HO) selama tahun 2012-2015.

c. Data jumlah pencabutan izin gangguan (HO) selama tahun 2012-2015. d. Data jumlah penggantian izin gangguan yang rusak atau hilang selama

tahun 2012-2015.

3.5 Teknik Analisis Data

Peneliti hendak mengetahui pelaksanaan sistem perencanaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) di Pemerintah Kota Palangkaraya, maka:


(54)

33

Narasumber:

a. Kepala Bidang Kajian Lingkungan dan Penegakan Hukum Lingkungan Kehutanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya. b. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pendapatan Dinas

Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya.

2. Peneliti membuat transcript wawancara yang telah dilakukan di Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangkaraya dan verifikasi data di Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya.

3. Peneliti mencari perbedaan atau persamaan atas suatu pernyataan dalam wawancara. Jika terdapat perbedaan maka peneliti perlu mengetahui latar belakang yang mendasari hal tersebut.

4. Peneliti melakukan analisis SWOT terhadap kondisi di lapangan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono; 2011).

a. Analisis sebelum memasuki lapangan dilakukan dengan menganalisis hasil data yang diperoleh ketika studi pendahuluan. Tujuannya adalah untuk menemukan fokus penelitian.

b. Analisis Model Miles dan Huberman dapat dilakukan ketika pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

(1) Reduksi data, yaitu memilah dan mengelompokkan data yang bermanfaat bagi penelitian.


(55)

(2) Penyajian data, yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, tabel, grafik, atau flowchart agar data lebih mudah dipahami secara terperinci.

(3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu mengkaitkan hasil penelitian dengan teori yang ada.

Peneliti hendak mengetahui potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor retribusi izin gangguan (HO) yang dimiliki oleh Kota Palangkaraya maka yang harus dilakukan, yaitu:

a. Berikut ini merupakan perhitungan pengenaan tarif retribusi izin gangguan (HO) di Kota Palangkaraya, yaitu:

Tingkat Penggunaan Jasa Izin Gangguan diukur berdasarkan:

Luas Tempat Usaha x Indeks Lokasi x Indeks Gangguan x Tarif b. Data sekunder diolah menggunakan statistik deskriptif. Data tahun

2012-2015 dikelompokkan menurut perijinan baru dan heregistrasi (daftar ulang) izin gangguan (HO).

c. Data tahun 2012-2015 yang sudah dikelompokkan berdasarkan perizinan baru digunakan sebagai acuan untuk menghitung tren dalam memperkirakan potensi pertumbuhan perizinan baru tahun 2016. Dalam prosedur memperkirakan pendapatan daerah, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah peramalan melalui proyeksi tren dan judgement (Chang; 2001). Tren dilakukan menggunakan metode the least square method. The least squares estimators are best unbiased estimators (BUE); That is, they


(56)

35

have minimum variance in the entire class of unbiased estimators”

(Gujarati; 2004).

The Least Square’s Method: Y’ = a + bX =∑ = ∑ 2

Keterangan:

Y’ = tren a = konstanta b = koefisien X = variabel waktu

Y = jumlah retribusi izin gangguan (HO) dari perizinan baru N = jumlah tahun

d. Peneliti menghitung jumlah retribusi izin gangguan (HO) yang akan kadaluwarsa di tahun 2016 dengan menggunakan data perizinan tahun 2013 dan 2015 karena masa berlaku izin gangguan (HO) selama satu dan tiga tahun.


(57)

36 BAB IV

GAMBARAN UMUM DAERAH

4.1 Letak Geografis Kota Palangkaraya

Seperti yang dilansir di dalam Statistik Daerah Kota Palangkaraya 2015 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangkaraya, Kota Palangkaraya sengaja dibangun dengan membuka hutan belantara melaui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangkaraya terletak tepat ditengah-tengah Indonesia dan Provinsi Kalimantan Tengah. Kota Palangkaraya secara geografis terletak

pada 113˚30`-114˚07` BT dan 1˚35`-2˚24` LS, dengan luas wilayah 2.678,51 km2 (267.851 Ha). Kota Palangkaraya secara resmi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Juli 1957. Wilayah Kota Palangkaraya memiliki bentukan bentang alam atau morfologi berupa tanah datar dan berbukit dengan kemiringan kurang dari 40%. Sedangkan, daerah dataran terdapat di bagian selatan wilayah Kota Palangkaraya yang terdiri dari dataran rendah dan rawa, dengan ketinggian kurang dari 40 m dari permukaan laut dengan kemiringan antara 0%–8%. Keadaan tanah di Kota Palangkaraya dibedakan atas tanah mineral dan tanah gambut (histosois). Wilayah Kota Palangkaraya dilalui oleh dua aliran sungai, yaitu Sungai Kahayan dan Sungai Rungan. Kota Palangkaraya berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Kabupaten Gunung Mas.  Sebelah Timur : Kabupaten Pulang Pisau.  Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau.


(58)

37

 Sebelah Barat : Kabupaten Katingan.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Palangkaraya

Secara administrasi Kota Palangkaraya dibagi menjadi 5 kecamatan dan 30 kelurahan.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Palangkaraya

No Kecamatan Kelurahan Luas

(km2)

Wilayah Kota (%)

1. Pahandut Pahandut 9,50 0,35

Panarung 23,50 0,88

Langkai 10,00 0,37

Tumbang Rungan 23,00 0,86 Tanjung Pinang 44,00 1,64 Pahandut Seberang 7,25 0,27 Luas Kecamatan Pahandut 117,25 4,38

2. Sabangau Kereng Bangkirai 270,50 10,10

Sabaru 152,25 5,68

Kalampangan 46,25 1,73

Kameloh Baru 53,50 2,00

Bereng Bengkel 18,50 0,69

Danau Tundai 42,50 1,59


(59)

Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kota Palangkaraya (Lanjutan)

No Kecamatan Kelurahan Luas

(km2)

Wilayah Kota (%)

3. Jekan Raya Menteng 31,00 1,16

Palangka 24,75 0,92

Bukit Tunggal 237,12 8,85

Petuk Katimun 59,75 2,23

Luas Kecamatan Jekan Raya 352,62 13,16

4. Bukit Batu Marang 124,00 4,63

Tumbang Tuhai 44,84 1,67

Banturung 56,44 2,11

Tangkiling 78,64 2,94

Sei Gohong 89,00 3,32

Kanarakan 105,50 3,94

Habaring Hurung 73,58 2,75 Luas Kecamatan Bukit Batu 572,00 21,36

5. Rakumpit Petuk Bukit 283,67 10,59

Pager Jaya 193,35 7,22

Panjehang 39,43 1,47

Gaung Baru 59,08 2,21

Petuk Barunai 147,10 5,49

Mungku Baru 187,25 6,99

Bukit Sua 143,26 5,35

Luas Kecamatan Rakumpit 1.053,14 39,32 Sumber: Bagian Administrasi Pemerintahan, Setda 2013 melalui Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palangkaraya Tahun 2013-2018.

Gambar 4.2 Diagram Persentase Luas Wilayah Kota Palangkaraya per Kecamatan, 2015 Pahandut 5% Sabangau 22% Jekan Raya 13% Bukit Batu 21% Rakumpit 39%


(60)

39

Pada tahun 2014 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangkaraya, rata-rata curah hujan tertinggi pada bulan Desember yaitu 604,7 mm dan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 41 mm. Rata-rata hari hujan per bulan adalah 12 hari. Suhu udara berkisar antara 27,1°C-28,2°C. Kelembaban udara rata-rata cukup tinggi, tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 86,2% dan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 77%.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palangkaraya tahun 2014, jumlah penduduk Kota Palangkaraya sebanyak 252.105 jiwa, yang terdiri dari 51,15% laki-laki dan 48,85% perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduknya yaitu sebesar 3,11%. Seiring dengan penambahan penduduk maka tingkat kepadatan penduduk juga ikut meningkat yaitu sebanyak 94 jiwa per km2. Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota

Palangkaraya, 2014 No Kecamatan Luas

(km2)

Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

L P Jumlah

1. Pahandut 117,25 45.059 43.245 88.304 753,13 2. Sabangau 583,50 8.482 7.880 16.362 28,04 3. Jekan Raya 352,62 66.845 64.174 131.019 371,56 4. Bukit Batu 572,00 6.840 6.322 13.162 23,01 5. Rakumpit 1.053,14 1.723 1.535 3.258 3,09 Palangkaraya 2.678,51 128.949 123.156 252.105 94,12 Sumber: Palangkaraya Dalam Angka 2015, diolah.

4.2 Keuangan Daerah

4.2.1 Pendapatan Asli Daerah

Kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah di Kota Palangkaraya cenderung mengalami peningkatan, namun tingkat ketergantungan Kota


(61)

Palangkaraya terhadap pemerintah pusat, khususnya terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) masih besar. Pada tahun 2014, DAU yang ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah kurang lebih enam kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan PAD yang didapat oleh Kota Palangkaraya. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan PAD antara tahun 2011-2014 maka angka pertumbuhannya selalu positif, namun kontribusinya terhadap pendapatan daerah masih relatif kecil.

Pendapatan daerah dari pajak daerah di tahun 2014 meningkat sebesar 42,07% jika dibandingkan dengan tahun 2013. Begitu pula dengan retribusi daerah yang mengalami peningkatan sebesar 31,60%. Sedangkan, kontribusinya terhadap pendapatan daerah pada tahun 2014 masing-masing sebesar 6,41% dan 1,44%. Realisasi PAD pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp87.999.792.169,36 atau 87,71% dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp100.334.949.600,00. Realisasi pendapatan dari seluruh sumber PAD tidak dapat memenuhi target. Penerimaan pajak daerah sebesar Rp61.975.699.970,72 atau sebesar 94,61% dari target yang ditetapkan. Penerimaan retribusi daerah sebesar Rp13.929.452.446,74 atau sebesar 94,37% dari target yang ditetapkan. Penerimaan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp989.084.541,24 atau sebesar 82,42% dari target yang ditetapkan. Penerimaan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp11.105.555.210,66 atau sebesar 58,87% dari target yang ditetapkan.


(62)

41

4.2.2 Pendapatan Transfer

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Palangkaraya, pendapatan transfer terdiri dari transfer pemerintah dana perimbangan, transfer pemerintah pusat-lainnya, dan transfer pemerintah provinsi. Dana perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana perimbangan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditransfer oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah relatif besar yaitu mencapai 71,30%. Hal ini menunjukkan bahwa pendanaan daerah masih sangat bergantung pada pemerintah pusat.

Pada tahun 2014, realisasi penerimaan dana perimbangan mencapai Rp689.110.637.755,00 atau sebesar 98,90% dari target yang ditetapkan. Capaian realisasi penerimaan DAU dan DAK yaitu sebesar 100% yang masing-masing Rp589.449.668.000,00 dan Rp42.229.350.000,00. Penerimaan DBH pajak sebesar Rp29.033.402.215,00 atau sebesar 106,77% dari target yang ditetapkan. Penerimaan DBH bukan pajak sebesar Rp28.398.217.540,00 atau sebesar 74,95% dari target yang ditetapkan.

Transfer pemerintah pusat-lainnya yaitu dana penyesuaian. Pada tahun 2014, realisasi penerimaan dana penyesuaian sebesar


(63)

Rp105.485.808.000,00 atau sebesar 100,75% dari target yang ditetapkan. Transfer pemerintah provinsi terdiri dari DBH pajak dan DBH lainnya. Realisasi penerimaan DBH pajak sebesar Rp73.841.078.990,68 atau sebesar 91,31% dari target yang ditetapkan dan DBH lainnya sebesar Rp7.250.000.000,00 atau sebesar 100% dari target yang ditetapkan.

4.2.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah

Pada tahun 2014, kontribusi lain-lain pendapatan yang sah terhadap pendapatan daerah hanya sebesar 0,30% yaitu pendapatan hibah sejumlah Rp2.864.000.000,00 atau sebesar 44,06% dari target yang ditetapkan.

4.2.4 Belanja Daerah

Belanja daerah terdiri atas belanja operasi, belanja modal, dan belanja tidak terduga yang pada tahun 2014 masing-masing memiliki proporsi sebesar 79,75%, 20,25%, dan 0,001%. Pada tahun 2014, belanja daerah meningkat sebesar 11,54% jika dibandingkan dengan tahun 2013. Realisasi belanja daerah di Kota Palangkaraya tidak pernah memenuhi target. Pada tahun 2014, belanja daerah Kota Palangkaraya mencapai Rp947.903.906.391,11 atau 88.57% dari target yang ditetapkan. Dalam belanja operasi, realisasi belanja pegawai memiliki proporsi yang terbesar yaitu Rp560.841.519.186,00 atau 91,08% dari target yang


(64)

43

ditetapkan dan belanja bantuan keuangan memiliki proporsi yang terkecil yaitu Rp1.495.963.151,80 atau 93,27% dari target yang ditetapkan.

Dalam belanja modal, realisasi belanja untuk jalan, irigasi, dan jaringan memiliki proporsi yang terbesar yaitu Rp78.324.054.149,00 atau 97,17% dari target yang ditetapkan dan belanja untuk tanah memiliki proporsi yang terkecil yaitu Rp1.579.063.828,00 atau 40,56% dari target yang ditetapkan.

4.3 Aspek Ekonomi

4.3.1 Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator makro yang digunakan untuk mengetahui gambaran kekayaan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah dan perkembangannya pada periode waktu tertentu (Badan Pusat Statistik; 2015). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) atau PDRB nominal disusun berdasarkan harga yang berlaku pada periode perhitungan. PDRB nominal digunakan untuk melihat struktur ekonomi suatu daerah. PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) atau PDRB riil disusun berdasarkan harga atas tahun dasar yang ditetapkan. PDRB riil digunakan untuk mengukur struktur ekonomi suatu daerah.

Pada tahun 2014, PDRB Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menurut lapangan usaha sebesar Rp9.881.069.500,00, harga ini mengalami kenaikkan sebesar 14,1% dibandingkan dengan


(65)

tahun 2013 yaitu sebesar Rp8.659.891.300,00. Kontribusi tertinggi terhadap PDRB nominal Kota Palangkaraya di tahun 2014 yaitu berasal dari sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 21,75% dan kontribusi terendah berasal dari sektor jasa perusahaan sebesar 0,06%.

Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2012-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2012 2013 2014

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

222.082,6 241.185,6 276.146,1 2. Pertambangan dan

Penggalian

87.579,5 102.031,7 116.768,3 3. Industri Pengolahan 890.407,2 980.161,6 1.240.844,6 4. Pengadaan Listrik

dan Gas

15.728,4 15.225,1 19.212,6 5. Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

13.105,5 14.636,4 20.042,0

6. Konstruksi 773.057,6 882.549,9 985.380,5 7. Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.377.600,6 1.569.334,2 1.862.381,7

8. Transportasi dan Pergudangan

598.143,8 679.865,7 776.405,6 9. Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

351.464,7 408.711,5 447.730,4 10. Informasi dan

Komunikasi

128.051,3 146.212,8 167.291,1 11. Jasa Keuangan dan

Asuransi

580.233,1 650.413,3 764.061,4 12. Real Estat 228.237,3 251.764,7 268.617,4


(66)

45

Tabel 4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2012-2014 (Lanjutan)

No Lapangan Usaha Tahun

2012 2013 2014

13. Jasa Perusahaan 5.230,2 5.708,9 6.315,8 14. Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

1.653.949,2 1.980.100,6 2.149.463,0

15. Jasa Pendidikan 395.085,5 449.749,8 463.475,4 16. Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

166.820,5 179.755,4 203.476,9 17. Jasa Lainnya 91.090,7 102.483,9 113.456,8 PDRB 7.577.867,8 8.659.891,3 9.881.069,5 Sumber: Statistik Daerah Kota Palangkaraya 2015.

Pada tahun 2014, PDRB Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2010 menurut lapangan usaha sebesar Rp7.722.894.900,00, harga ini mengalami kenaikkan sebesar 6,91% dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar Rp7.223.681.500,00. Kontribusi tertinggi terhadap PDRB riil Kota Palangkaraya di tahun 2014 yaitu berasal dari sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 21,26% dan kontribusi terendah berasal dari sektor jasa perusahaan sebesar 0,07%.

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2012-2014

No Lapangan Usaha Tahun

2012 2013 2014

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


(67)

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2012-2014 (Lanjutan)

No Lapangan Usaha Tahun

2012 2013 2014

2. Pertambangan dan Penggalian

83.047,6 91.756,9 94.696,7 3. Industri Pengolahan 778.978,2 807.669,1 837.579,2 4. Pengadaan Listrik

dan Gas

17.737,6 18.834,0 22.278,3 5. Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang

12.543,2 12.667,4 15.761,6

6. Konstruksi 697.231,6 760.470,5 815.160,0 7. Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1.256.831,9 1.342.124,5 1.436.768,9

8. Transportasi dan Pergudangan

555.156,7 582.967,0 626.379,4 9. Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum

303.755,4 338.790,7 350.665,9 10. Informasi dan

Komunikasi

126.686,3 143.193,9 160.494,5 11. Jasa Keuangan dan

Asuransi

513.719,2 557.224,0 632.291,4 12. Real Estat 207.918,3 220.740,4 233.401,0 13. Jasa Perusahaan 4.769,6 5.046,9 5.176,0 14. Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

1.408.680,2 1.534.896,5 1.641.801,5

15. Jasa Pendidikan 335.464,2 363.141,1 378.308,2 16. Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

146.030,6 156.171,8 165.566,8 17. Jasa Lainnya 80.620,0 88.615,8 94.821,9 PDRB 6.721.508,7 7.223.681,5 7.722.894,9 Sumber: Statistik Daerah Kota Palangkaraya 2015.


(68)

47

4.3.2 PDRB Perkapita

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi pula bagi masyarakatnya. Tingkat pertumbuhan PDRB perkapita lebih menunjukkan pada perkembangan kemakmuran, sebab bila dilihat dari sudut konsumsi, aertinya masyarakat akan mempunyai kesempatan untuk menikmati barang dan jasa yang lebih banyak atau lebih tinggi kualitasnya (Badan Pusat Statistik; 2014). Selama periode 2008-2013 nilai PDRB perkapita Kota Palangkaraya selalu menunjukkan peningkatan.

Tabel 4.5 PDRB Perkapita Kota Palangkaraya Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2008-2013

Tahun

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

(Rp)

PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan

(Rp)

2008 13.344.124,91 6.611.705,87

2009 14.422.634,85 6.788.342,10

2010 16.356.455,01 7.080.435,59

2011 18.463.398,69 7.450.810,38

2012 20.625.787,46 7.841.492,51

2013 24.390.782,09 8.638.657,02

Sumber: Profil Perekonomian Kota Palangkaraya 2013.

4.3.3 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah gambaran makro mengenai hasil kinerja yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan ekonomi yang lebih baik (Badan Pusat Statistik; 18). Jika dibandingkan dengan 13 kabupaten lainnya di Kalimantan Tengah, pertumbuhan ekonomi Kota


(69)

Palangkaraya menduduki peringkat keenam. Pertumbuhan ekonomi Kota Palangkaraya di tahun 2014 hanya mencapai 6,91%, sedangkan di tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Palangkaraya mencapai 7,47%. Pertumbuhan ekonomi Kota Palangkaraya di tahun 2014 melemah jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 4.6 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota, 2013-2014 No Kabupaten/Kota Pertumbuhan Ekonomi

2013 2014

1. Kotawaringin Barat 6,96 6,95

2. Kotawaringin Timur 7,68 7,53

3. Kapuas 6,79 7,03

4. Barito Selatan 5,22 5,69

5. Barito Utara 7,13 3,74

6. Sukamara 6,38 6,07

7. Lamandau 6,96 7,00

8. Seruyan 6,23 5,37

9. Katingan 6,31 6,55

10. Pulang Pisau 6,71 7,79

11. Gunung Mas 6,87 6,42

12. Barito Timur 6,68 5,50

13. Murung Raya 6,43 6,00

14. Palangkaraya 7,47 6,91

Kalimantan Tengah 7,38 6,21 Sumber: Palangkaraya Dalam Angka 2015.

4.3.3 Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga secara umum dan terus menerus akibat mekanisme pasar (Badan Pusat Statistik; 2015). Inflasi bukan mengenai tinggi-rendahnya tingkat harga, melainkan inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan. Perubahan


(70)

49

tingkat inflasi menunjukkan dinamika perkembangan harga barang dan jasa, serta tingkat daya beli masyarakat.

Selama tahun 2014, laju inflasi di Kota Palangkaraya mengalami peningkatan sebesar 0,18% jika dibandingkan dengan tahun 2013. Laju inflasi Kota Palangkaraya mencapai 6,63%. Hal ini menandakan bahwa kenaikan harga barang dan jasa rata-rata lebih tinggi 6,63% jika dibandingkan dengan tahun 2013. Laju inflasi yang dialami oleh Kota Palangkaraya tergolong dalam kategori inflasi ringan.

Tabel 4.7 Laju Inflasi Kota Palangkaraya dan Nasional Menurut Bulan, 2014

No Bulan Palangkaraya Nasional

1. Januari 1,21 1,07

2. Februari -0,57 0,26

3. Maret 0,12 0,08

4. April 0,62 -0,02

5. Mei 0,86 0,16

6. Juni 0,91 0,43

7. Juli 0,22 0,93

8. Agustus -0,36 0,47

9. September 0,51 0,27

10. Oktober 0,33 0,47

11. November 0,92 1,50

12. Desember 1,69 2,46

Laju Inflasi 6,63 8,36

2013 6,45 8,38

2012 6,73 4,30

2011 5,28 3,79

2010 9,49 6,96


(71)

50 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Data

Pemerintah pusat memandatkan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang berasaskan desentralisasi, sehingga daerah mempunyai hak untuk mengelola kekayaan daerah, serta memungut pajak daerah dan retribusi daerah. Pada Pemerintah Kota Palangkaraya, penanggung jawab untuk seluruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibebankan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya yang secara khusus mempunyai kewenangan untuk melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta pengelolaan penerimaan daerah lainnya. Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya terbentuk pada tahun 2011 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya. Sebelum pembentukannya, fungsi pengelolaan pendapatan daerah ada di satu bidang pada Badan Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya yang terbentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah. Dinas Pendapatan Daerah Kota Palangkaraya dibentuk untuk memenuhi kebutuhan Pemerintah Kota Palangkaraya dalam rangka teknis pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah yang tidak dapat terakomodir sepenuhnya oleh Badan Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah Kota Palangkaraya.


(1)

(2)

114 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

116

LAMPIRAN 5

Format Surat Izin Gangguan (HO)


(5)

(6)

118

LAMPIRAN 6

Surat Izin Penelitian