1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan sumber daya yang paling penting dalam usaha organisasi mencapai keberhasilan, karena sumber daya manusia merupakan
satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, karya dan bakat. Peranan
sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangatlah menentukan keberhasilan organisasi tersebut, sehingga masalah karyawan SDM
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu sumber daya manusia perlu dikelola dan dikoordinasikan dengan baik.
Pemanfaatan manusia sebagai sumber daya yang ada dalam suatu organisasi dijadikan tolak ukur sebagai kunci keberhasilan mencapai tujuan
organisasi, karena semua kegiatan yang ada di dalam suatu organisasi hampir seluruhnya dikerjakan oleh manusia. Oleh karena itu sudah sewajarnya dalam
suatu organisasi unsur manusia dan segala aspeknya mendapat perhatian yang lebih.
Balas jasa gaji, lingkungan kerja dan kesejahteraan karyawan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Kurangnya
perhatian terhadap hal-hal di atas akan menyebabkan penurunan terhadap motivasi kerja karyawan, seperti karyawan akan malas bekerja dan tingkat
absensi menjadi tinggi. Untuk mewujudkan kembali semangat kerja karyawan seorang pemimpin harus memberikan motivasi kepada karyawan.
Motivasi adalah konsep yang menerangkan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan Handoko, 1995:232. Motivasi kerja karyawan akan tercipta jika ada penghargaan dari perusahaan dan terpenuhinya kebutuhan
yang diinginkan karyawan tersebut. Karyawan menginginkan agar kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologisnya terpenuhi. Kebutuhan karyawan memang
beraneka ragam tetapi perusahaan harus memperhatikannya supaya karyawan merasakan puas dalam bekerja sehingga motivasi kerjapun akan tercipta.
Motivasi merupakan suatu kekuatan penggerak. Jika kita ingin memotivasi orang, kita harus mengetahui segala sesuatu tentang motif mereka dan
memenuhi segala kebutuhan mereka, tetapi apa kebutuhan mereka? Fakta yang ada menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dapat memotivasi seseorang
diantaranya: 1 berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis: kejujuran, keadilan, kepercayaan, keadilan, perhatian, dan tanggung jawab, 2
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan intelektual: rasa pemenuhan diri, tugas yang menarik dan bervariasi serta tantangan, 3 kualitas ruangan untuk
bekerja sangat penting. Tentu saja, ini tidak berarti pekerja senang bekerja di pabrik yang bising atau di kantor dengan penerangan buruk. Jika lingkungan
kerja secara fisik sudah memuaskan, perbaikan lebih lanjut hanya memberi pengaruh kecil atas produktivitas. Daripada membangun kantor yang mewah,
manajemen sebaiknya lebih memperhatikan kebutuhan emosi pekerja, dan meluangkan lebih banyak waktu untuk pelatihan di dalam perusahaan.
Jadi apabila perusahaan mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan,
maka perusahaan akan memperoleh banyak keuntungan. Dengan meningkatnya motivasi kerja, semua pekerjaan akan terselesaikan dengan
cepat karena karyawan memiliki semangat untuk bekerja lebih baik, sehingga tingkat absensipun dapat diperkecil seminimal mungkin. Hal inilah yang akan
mempercepat suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya secara optimal. Kebijakan dalam mengukur motivasi kerja karyawan merupakan kunci
pokok berhasilnya suatu perusahaan untuk mempertahankan kondisi perusahaannya. Mengingat pentingnya motivasi kerja bagi kelangsungan
jalannya perusahaan, maka perusahaan selalu memperhatikan lingkungan kerja karyawannya. Oleh kerena itu, manajemen wajib memotivasi para
karyawannya dengan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan para karyawan. Motivasi kerja para karyawan itu nampak dalam sikap karyawan
terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Indriasari 2005 menemukan adanya pengaruh yang positif dan
signifikan antara balas jasa gaji, lingkungan kerja dan kesejahteraan karyawan dengan motivasi kerja para karyawan.
Salah satu studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada sebuah perusahaan yang minim fasilitas dan dengan pola kepemimpinan
individualistik menunjukkan terjadinya relasi non-harmonis antar pimpinan dan karyawan. Hal tersebut terjadi lebih dikarenakan kurangnya dialog
komunikasi dua arah yang sehat antara pimpinan dan karyawan, sehingga pola yang diterapkan lebih merupakan instruksi daripada bentuk partisipatori.
Hal seperti inilah yang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ”Pengaruh Balas Jasa, Lingkungan Kerja dan Kesejahteraan Karyawan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan”.
B. Batasan Masalah