88 berbentuk essay, projek, produk, portofolio dan yang sejenis yang menggunakan
skala penilaian dan membutuhkan rubrik penskoran. Koefisien korelasi dihitung dengan meng-korelasi-kan hasil penilaian dari dua orang penilai. Salah satu cara
untuk meningkatkan koefisien korelasi ini adalah dengan membuat rubrik penilaian yang rinci dan jelas.
B. Tingkat Kesulitas Tes
Tingkat kesulitan tes secara keseluruhan terkait dengan tujuan dari tes itu sendiri. Jika tujuan tes adalah untuk seleksi dimana, hasil dari tes adalah terpilihnya orang-orang
dengan kemampuan tinggi, maka tingkat kesulitan tes harus tinggi, jika sebuah tes ditujukan untuk mengukur level pemahaman siswa terhadap materi-materi yang sudah
diajarkan, maka tingkat kesulitan tes tersebut adalah sedang karena soal-soal sebaiknya memiliki tingkat kesulitan rendah, sedang, dan tinggi.
Tingkat kesulitan tes dapat ditentukan berdasarkan nilai rata-rata mean, median, atau modus dari hasil tes seluruh peserta tes. Jika yang digunakan adalah mean maka
rumusnya adalah sebagai berikut :
=
Dimana jumlah benar setiap butir dari keseluruhan peserta.
Tingkat kesulitan tes juga dapat dihitung dengan mencari mean dari tingkat kesulitan masing-masing butir soal.
C. Daya Beda Tes
Daya beda suatu instrumen penilaian merupakan fungsi dari daya beda masing- masing butir yang ada dalam instrumen penilaian tersebut sehingga daya beda
instrumen tes dapat dihitung dengan menghitung mean dari daya beda seluruh soal dalam tes tersebut.
D. Tingkat Kesulitan Soal
Tingkat kesulitan dalam pandangan teori klasik merupakan proporsi siswa yang menjawab benar dari sebuah butir soal dengan rentang antara 0 dan 1. Semakin
mendekati 0 nol sebuah butir semakin sulit, dan sebaliknya. Contoh, jika dari 20 siswa yang mengerjakan butir soal 1, 15 siswa menjawab dengan benar, maka tingkat
89 kesulitan butir soal 1 adalah 1520 = 0,75. Soal nomor 9, jika hanya 5 siswa yang dapat
menjawab benar maka tingkat kesulitan butir soal 9 adalah 420 = 0,20. Berdasarkan besarnya indeks kesulitan butir soal, kita dapat mengelompokkan atau
mengklasifikasikan butir soal ke dalam 3 tiga kelompok, yaitu: 0,00
– 0,30 soal tergolong SULIT 0,31
– 0,70 soal tergolong SEDANG 0,71
– 1,00 soal tergolong MUDAH Contoh diatas adalah cara penghitungan tingkat kesulitan untuk soal dengan bentuk
dikotomus 0 dan 1 misalnya dalam bentuk pilihan ganda. Untuk soal dengan bentuk politomus yang berbentuk essay, projek, produk, portofolio dan yang sejenis yang
menggunakan skala penilaian dan membutuhkan rubrik penskoran maka tingkat kesulitan butir soalnya pada hakekatnya adalah merupakan rata-rata skor dari seluruh
jawaban siswa yang mengerjakan butir soal tersebut. Misalnya jika sebuah soal berbentuk soal uraian dengan skala penilaian antara 1 sd 5, dan rata-rata skor siswa
untuk butir tersebut adalah 3,5 maka angka 3,5 merupakan tingkat kesulitan dari butir soal tersebut. Agar indeks tingkat kesulitan soal dapat berada dalam skala yang sama
dengan indeks tingkat kesulitan soal bentuk dikotomus yaitu antara 0 dan 1, maka digunakan rumus sebagai berikut :
Menggunakan contoh diatas, maka tingkat kesulitan butir tersebut adalah:
Tingkat kesulitan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan mengubah beberapa hal: -
Penggunaan kosa kata -
Penggunaan konteks -
Format butir pertanyaan Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat ukur itu
sendiri soal dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan pendidik. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut. 1 Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.
2 Sebagian besar peserta didik menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian