167
Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya secara digital, seandainya ada kesalahan
penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara cepat. Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan
cetaknya dapat dipastikan register karena dikerjakan secara digital. Jika imposisi sistem manual, penggabungan film separasi dan hitam putih
melalui tahapan yang berbeda, tentunya lebih lama yang film separasi. Sedangkan pada imposisi elektronik penggabungan halaman full colour
dengan hitam putih tidak berbeda dan mudah untuk dikerjakan. Software yang sering digunakan untuk melakukan imposisi seperti QuarkXtension,
DKA Imposition, Impose Barco, Signastation Heidelberg, dan lain- lain.
5. Memproses data digital menjadi film
Pada gambar 3.20. diperlihatkan proses data masuk kemudian diolah dilanjutkan di layout dan halaman di imposisi sesuai jenis
pekerjaan setelah semuanya selesai, proses selanjutnya adalah melakukan proofing. Setelah dikoreksi dan dinyatakan benar, maka data
Di unduh dari : Bukupaket.com
168
digital tersebut diproses untuk dibuat film atau pelat atau dicetak dengan mesin cetak digital.
Pemrosesan data digital hingga menjadi film melalui media yang barnama RIP atau raster image processor. RIP ini sebagai penerjemah
bahasa yang ada dikomputer yang berupa data digital menjadi terbaca oleh Imagesetter lihat gambar 3.20 dan 3.21.
Gambar 3. 20. Diagram proses input dat a-desain-imposisi-hingga pencet akan
Gambar 3. 21. Diagram alur proses kerj a Post Script - RIP
Di unduh dari : Bukupaket.com
169
Gambar 3. 22. Int regrasi t ext , graphics, pict ure, dan layout
Di unduh dari : Bukupaket.com
170
Imagesetter
Gambar 3. 23. Skema kerj a dari proses dat a hingga menj adi f ilm
Proof
Gambar 3. 24. Sist em digit al proof ing yang t erkoneksi dengan mesin cet ak DCP 9000 QM-DI, Kodak Heidelberg
Di unduh dari : Bukupaket.com
171
BAB IV FOTO REPRODUKSI FILM MAKING dan PLATE MAKING
Akselerasi teknologi di bidang prepress melaju dengan sangat cepat. Produsen mesin-mesin pre-press berlomba untuk membuat mesin
yang diproduksi semakin efektif dan efisien. Fenomena ini tentunya “mengenakkan” pelaku bisnis di bidang grafika mempunyai banyak
pilihan khususnya bagi pengusaha yang bermodal besar. Konsumenpun diuntungkan, karena dari sisi waktu pengerjaannya lebih cepat, kualitas
cetakan lebih baik, dan tentunya harganyapun juga bersaing. Percetakan-percetakan di Indonesia masih banyak ditemui
menggunakan plate processor untuk memproses film menjadi acuan siap cetak. Karena investasi untuk menggunakan teknologi Computer to
Plate sangat besar dan karakteristik pekerjaannya belum cocok untuk menggunakan teknologi tersebut. Berbeda dengan penggunaan
teknologi image setter, yang digunakan untuk mentransfer data digital dari komputer menjadi film, masih banyak ditemui. Disamping harganya
terjangkau, teknologi image setter lebih fleksibel untuk digunakan berbagai karakteristik pekerjaan, khususnya yang berkaitan dengan
oplag. Sebelum teknologi image setter berkembang luas di pasaran,
proses pembuatan film dari data komputer dipindahkan dulu melalui media kertas atau yang dikenal dengan Computer to Paper kemudian
diproses dengan menggunakan kamera reproduksi baik itu kamera vertikal maupun horizontal untuk dipindahkan menjadi film dengan
pengembangan manual atau dengan menggunakan film processor. Teknologi ini sudah semakin ditinggalkan oleh perusahaan percetakan,
karena prosesnya membutuhkan waktu yang lama juga hasilnya kurang maksimal. Pembesaran titik raster dot menjadi semakin besar karena
adanya tahapan demi tahapan yang harus dilalui.
Di unduh dari : Bukupaket.com