Kelimpahan Kepiting Bakau Menurut Kelas Ukuran Vegetasi Mangrove

dan menetaskan telur-telurnya, sedangkan kepiting bakau jantan akan tetap tinggal di perairan hutan mangrove Mulya, 2000. Le Reste, et al., 1976 dalam Kasry 1996 menyatakan kepiting bakau melangsungkan perkawinan di perairan hutan mangrove dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya yang betina akan beruaya ke laut dan berusaha mencari perairan yang kondisinya cocok untuk tempat berpijah Selanjutnya Kasry 1996 menyatakan pemijahan kepiting bakau dapat berlangsung pada perairan yang dalam dengan jarak ruaya tidak lebih dari 1 km dari tepi pantai, walaupun kepiting tersebut juga pernah dijumpai memijah di tambak dan estuaria.

4.2.2. Kelimpahan Kepiting Bakau Menurut Kelas Ukuran

Hasil analisis kelas ukuran kepiting bakau yang tertangkap pada tiap stasiun Gambar 4.2 memperlihatkan kepiting bakau di ekosistem mangrove Belawan dapat dikelompokkan atas tiga kelas ukuran yaitu: kepiting bakau berukuran besar lebar karapas 12 cm, kepiting bakau berukuran sedang lebar karapas 9 - 12 cm dan kepiting bakau berukuran kecil lebar karapas 9 cm. Pengelompokan kelas ukuran kepiting bakau ini didasarkan atas kebiasaan nelayan setempat dalam mensortir ukuran kepiting yang akan dijual ke tempat pelelangan ikan. Gambar 4.2. Kelimpahan Kepiting Bakau Menurut Kelas Ukuran indm 3 pada Tiap Stasiun. 9.3 7.4 7.5 4.8 6.9 6.2 12.8 8.6 11.4 11.7 6.2 13.4 9.9 5.3 7.5 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 I II III IV V Kel im pahan i nd m 3 Stasiun Kecil Sedang Besar Universita Sumatera Utara Hasil yang didapat juga memperlihatkan kepiting bakau berukuran kecil memiliki kelimpahan yang cukup tinggi pada stasiun I, kepiting bakau berukuran sedang pada stasiun II, IV dan V, sedangkan kepiting bakau berukuran besar memiliki kelimpahan tinggi pada stasiun II dan III. Tingginya kelimpahan kepiting bakau berukuran kecil pada stasiun I disebabkan stasiun ini memiliki salinitas lebih rendah 20.34‰ dibanding stasiun lainnya, dikarenakan adanya sumber-sumber air tawar yang terdapat pada stasiun tersebut. Siahainenia 2008 menyatakan kepiting bakau berukuran kecil banyak didapatkan pada perairan dengan salinitas berkisar 20,00‰ – 22,00‰. Pada stasiun II dan III didapatkan kelimpahan kepiting bakau berukuran besar yang cukup tinggi disebabkan stasiun ini letaknya lebih dekat dengan perairan laut, sehingga memiliki salinitas tinggi. Brick 1974 dalam Siahainenia 2008 menyatakan kepiting bakau betina berukuran besar akan bermigrasi ke perairan laut dengan kisaran salinitas 24‰ – 28‰ untuk memijah.

4.2.3. Vegetasi Mangrove

Hasil pengukuran vegetasi mangrove pada kelima stasiun mendapatkan 9 jenis mangrove inti dan 2 jenis mangrove pinggiran Tabel 4.3 dan 4.4. Mangrove inti yang didapatkan pada masing-masing stasiun yaitu: Avicennia alba dan A. marina yang tergolong dalam Famili Avicenniaceae; Bruguiera gymnorrhiza , Rhizophora apiculata, R. mucronata yang tergolong Famili Rhizophoraceae; Lumnitzera racemosa Famili Combretaceae; Nypa fruticans Famili Arecaceae; Sonneratia alba dan S. caseolari yang tergolong dalam Famili Sonneratiaceae. Mangrove pinggiran yang didapatkan yaitu:: Excoecaria agallocha Famili Euphorbiaceae dan Heritiera littoralis Famili Sterculiaceae. Universita Sumatera Utara Tabel 4.3 Kerapatan Jenis Mangrove indHa Kategori Pohon pada Tiap Stasiun No Spesies Nama lokal Famili Stasiun I II III IV V 1 Avicennia alba Api-api Avicenniaceae 250,00 450,00 100,00 50,00 50,00 2 A. marina Api-api putih Avicenniaceae 166,67 200,00 83,33 33,33 66,67 3 Bruguiera gymnorrhiza Tancang Rhizophoraceae 116,67 183,33 66,67 0 0 4 Excoecaria agallocha Buta-buta Euphorbiaceae 0 0 83,33 100,00 100,00 5 Heritiera littoralis Dungun Sterculiaceae 66,67 33,33 50,00 6 Lumnitzera racemosa Teruntum Combretaceae 0 0 16,67 0 0 7 Nypa fruticans Nipah Arecaceae 0 50,00 50,00 8 Rhizophora apiculata Bakau kacang Rhizophoraceae 133,33 50,00 16,67 9 R. mucronata Bakau Rhizophoraceae 66,67 33,33 10 Sonneratia alba Perepat Sonneratiaceae 100,00 133,33 16,67 33,33 11 S. caseolaris Pedada Sonneratiaceae 0 0 33,33 66,67 50,00 Total 700,00 1.166,67 516,67 316,67 400,00 Universita Sumatera Utara Tabel 4.2. Kerapatan Jenis Mangrove indHa Kategori Permudaan pada Tiap Stasiun No Spesies Nama Lokal Famili Stasiun I II III IV V 1 Avicennia alba Api-api Avicenniaceae 1.333 2.000 667 1.067 267 2 A. marina Api-api putih Avicenniaceae 533 867 600 333 133 3 Bruguiera gymnorrhiza Tancang Rhizophoraceae 467 400 1.067 0 0 4 Excoecaria agallocha Buta-buta Euphorbiaceae 0 467 2.067 400 5 Heritiera littoralis Dungun Sterculiaceae 1.800 2.067 0 0 2.600 6 Lumnitzera racemosa Teruntum Combretaceae 200 1.067 333 0 0 7 Nypa fruticans Nipah Arecaceae 400 533 933 267 600 8 Rhizophora apiculata Bakau kacang Rhizophoraceae 133 400 267 333 9 R. mucronata Bakau Rhizophoraceae 200 267 10 Sonneratia alba Perepat Sonneratiaceae 467 1.000 400 333 11 S. caseolaris Pedada Sonneratiaceae 0 733 267 467 333 Total 5.333 9.267 4.867 4.933 4.667 Universita Sumatera Utara Hasil pengukuran vegetasi mangrove kategori pohon menunjukkan bahwa kondisi mangrove pada stasiun 2 berada dalam kondisi rusak sedang, dan pada stasiun 1, 3, 4 dan 5 berada dalam kondisi sangat rusak. Untuk kategori permudaan, hasil pengukuran menunjukkan kondisi mangrove berada dalam masih dalam kondisi baik untuk tiap stasiun. Kondisi ini didasarkan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 2004a kondisi hutan mangrove dikatakan baik bila vegetasi mangrovenya memiliki kerapatan vegetasi ≥ 1.500 indHa, kondisi sedang bila memiliki kerapatan vegetasi ≥ 1.000 indHa sampai 1.500 Ha dan kondisi rusak bila memiliki kerapatan vegetasi 1.000 indHa. Hasil analisis komponen utama vegetasi mangrove pada matriks korelasi menunjukkan informasi penting yang menggambarkan korelasi antar jenis mangrove terpusat pada dua sumbu utama F1 dan F2. Kualitas informasi yang disajikan oleh kedua sumbu masing-masing sebesar 43,60 F1 dan 28,30 F2 Gambar 4.3, sehingga ragam karakteristik jenis mangrove menurut stasiun penelitian dapat dijelaskan sebesar 71,98 dari ragam total. Gambar 4.3. Diagram Lingkaran Korelasi antara Jenis Mangrove pada Sumbu 1 dan 2. A. alba A. marina B. gymnorrhiza E. agallocha H. littoralis L. racemosa N. fruticans R. apiculata R. mucronata S. alba S. caseolaris -1 -0.5 0.5 1 -1 -0.5 0.5 1 -- axi s F2 28.37 -- -- axis F1 43.60 -- Variables axes F1 and F2: 71.98 Universita Sumatera Utara Diagram sebaran stasiun penelitian berdasarkan jenis mangrove pada sumbu 1 dan 2 Gambar 4.4 membentuk 4 kelompok stasiun, yang masing- masing memiliki jenis mangrove berbeda. Gambar 4.4. Diagram Sebaran Stasiun Penelitian Berdasarkan Jenis Mangrove pada Sumbu 1 dan 2. Kelompok pertama yang terdiri atas stasiun III dicirikan oleh tingginya kerapatan mangrove jenis N. fruticans, B. gymnorrhiza dan R. mucronata. Kelompok kedua yang terdiri atas stasiun II dicirikan oleh tingginya kerapatan mangrove jenis A. marina, A. alba, L. racemosa, R. apiculata, S. alba dan S. caseolaris . Kelompok ketiga yang terdiri atas stasiun IV dicirikan oleh St I St II St III St IV St V A. alba A. marina B. gymnorrhiza E. agallocha H. littoralis L. racemosa N. fruticans R. apiculata R. mucronata S. alba S. caseolaris -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 -- axi s F2 28.37 -- -- axis F1 43.60 -- Biplot axes F1 and F2: 71.98 Universita Sumatera Utara tingginya kerapatan mangrove jenis E. agallocha dan kelompok keempat yang terdiri atas stasiun I dan V dicirikan oleh tingginya kerapatan mangrove jenis H. littoralis .

4.3. Karakteristik Habitat Kepiting Bakau