Distribusi Kepiting Bakau Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Ukuran

dikatakan bahwa pola pertumbuhan kepiting bakau di perairan ekosistem mangrove Belawan termasuk ke dalam pola pertumbuhan allometrik. Hasil analisis juga menunjukkan nilai b yang didapatkan lebih kecil dari 3. Berdasarkan nilai tersebut dapat dikatakan bahwa pola pertumbuhan kepiting bakau di perairan ekosistem mangrove Belawan termasuk pola pertumbuhan allometrik negatif, yang berarti pertambahan lebar karapas kepiting bakau lebih cepat dari pertambahan bobotnya. Hal ini terbukti dari kondisi kepiting bakau yang didapat pada tiap stasiun, umumnya berukuran kecil sampai sedang, walaupun ada didapatkan beberapa kepiting yang berukuran besar. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi R 2 yang didapat lebih besar dari 90, sehingga mengindikasikan adanya hubungan yang erat antara bobot tubuh kepiting bakau dan lebar karapas.

4.5. Distribusi Kepiting Bakau Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Ukuran

Distribusi kepiting bakau menurut jenis kelamin dan kelas ukuran pada tiap stasiun yang dianalisis menggunakan Analisis Faktorial Koresponden Correspondence Analysis, CA, memperlihatkan informasi penyebaran spasial kepiting bakau terpusat pada 2 sumbu utama F1 dan F2 yang masing- masingnya mampu menjelaskan sebesar 47,32 dan 46,59 dari ragam total sebesar 93,91. Hasil analisis mampu mengelompokkan titik-titik pengamatan atas 3 kelompok besar yang mempunyai keterkaitan erat antara kelompok kepiting bakau menurut jenis kelamin dan kelas ukuran kecil, sedang dan besar dengan stasiun pengamatan Gambar 4.8. Kelompok pertama yang terdiri atas stasiun I dicirikan oleh melimpahnya kepiting bakau S. serrata jantan maupun betina berukuran kecil. lebar karapas 9 cm, dengan karakteristik habitat memiliki kecepatan arus, fraksi substrat debu dan liat yang tinggi. Kelompok kedua yang terdiri atas stasiun II dan III dicirikan oleh melimpahnya kepiting bakau S. serrata betina berukuran besar lebar karapas 12 cm, dengan karakteristik habitat memiliki DO stasiun II, suhu, kecerahan stasiun III, kedalaman, pH, salinitas dan substrat pasir yang tinggi. Mangrove yang memiliki kerapatan tinggi terdiri atas jenis A. marina, A. alba, L. racemosa, Universita Sumatera Utara R. apiculata, S. alba, S. caseolaris stasiun II dan N. fruticans, B. gymnorrhiza, R. mucronata stasiun III. Gambar 4.8. Diagram Analisis Koresponden Keterkaitan Stasiun Pengamatan dengan Distribusi Kepiting Bakau Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Ukuran. Keterangan: Jk ; jantan kecil Js ; jantan sedang Jb ; jantan besar Bk; betina kecil Bs ; betina sedang Bb; betina besar Kelompok ketiga yang terdiri atas stasiun IV dan V dicirikan oleh melimpahnya kepiting bakau S. serrata jantan berukuran sedang dan besar, serta kepiting bakau betina berukuran sedang lebar karapas 9 cm – 12 cm, dengan karakteristik habitat memiliki kecepatan arus, fraksi substrat debu dan liat yang tinggi, kerapatan mangrove yang tinggi dijumpai pada jenis E. agallocha stasiun IV dan H. littoralis stasiun V. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa kepiting bakau yang terdapat di perairan ekosistem mangrove Belawan berukuran kecil sampai besar. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi habitat di tiap stasiun yang terdapat di ekosistem mangrove Belawan masih dalam kisaran toleransi dalam mendukung kehidupan kepiting bakau jenis S. serrata. Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Stasiun V Jk Js Jb Bk Bs Bb -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.1 0.2 0.3 0.4 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.1 0.2 0.3 0.4 -- axis F2 46,59 -- -- axis F1 47,32 -- Symmetric Plot axes F1 and F2: 93,91 Universita Sumatera Utara 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dibuat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepiting bakau S. serrata jantan maupun betina berukuran kecil banyak didapatkan pada habitat yang memiliki kecepatan arus, fraksi substrat debu dan liat yang tinggi. 2. Kepiting bakau S. serrata betina berukuran besar banyak didapatkan pada habitat yang memiliki kedalaman, suhu perairan, kecerahan air, salinitas air, pH, DO dan substrat pasir yang tinggi, dengan kerapatan pohon mangrove yang tinggi dimiliki oleh jenis A. alba 2450,00 indHa, A. marina 1066.67 indHa, B. gymnorrhiza 1133,33 indHa, L. racemosa 1066,67 indHa,, N. fruticans 933,33 indHa, R. apiculata 533,33 indHa, R. mucronata 300,00 indHa, S. alba 1133,33 indHa dan S. caseolaris 733,33 indHa. 3. Kepiting bakau S. serrata jantan berukuran sedang dan besar, serta kepiting bakau betina berukuran sedang banyak didapatkan pada habitat yang memiliki kecepatan arus, substrat liat dan debu yang tinggi, dengan kerapatan mangrove yang tinggi dimiliki oleh jenis E. agallocha 2166,67 indHa dan H. littoralis 2650,00 indHa. 4. Pola pertumbuhan kepiting bakau S. serrata di ekosistem mangrove Belawan termasuk ke dalam pola pertumbuhan allometrik negatif, yang berarti pertambahan lebar karapas lebih cepat dari pertambahan bobotnya. 5.2 Saran Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang performa reproduksi kepiting bakau S. serrata di lokasi yang sama dalam waktu satu siklus, sehingga dapat diketahui puncak musim pemijahan biota ini di lokasi kajian. Universita Sumatera Utara