upaya pengelolaan baik yang mencakup upaya konservasi habitat, maupun upaya pemulihan bagi populasi kepiting bakau. Hal ini mengingat pentingnya nilai
manfaat ekologi dari ekosistem mangrove sebagai habitat kepiting bakau maupun nilai ekonomi yang dimiliki kepiting bakau sebagai salah satu komoditas
unggulan daerah di bidang perikanan. Untuk mencapai upaya tersebut dibutuhkan data dan informasi mengenai aspek ekologi kepiting bakau yang mencakup
distribusi spasial menurut jenis kelamin dan kelas ukuran, maupun pola pertumbuhannya.
1.2. Perumusan Masalah
Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya sangat dipengaruhi oleh produktivitas, ketersediaan pakan alami, dan kualitas habitat ekosistem mangrove.
Semakin menurunnya populasi kepiting bakau di alam selain disebabkan adanya penangkapan, juga disebabkan telah terjadinya penurunan kerapatan mangrove
akibat adanya pengkonversian lahan menjadi peruntukan lain. Fungsi ekosistem mangrove seperti menyediakan berbagai makanan bagi kepiting bakau, baik
dalam bentuk material organik yang terbentuk dari jatuhan serasah, maupun berbagai jenis pakan alami lainnya. Kepiting bakau
umumnya hidup sebagai fauna bentik di ekosistem mangrove dan mendapatkan makanan dari substrat dasar
perairan. Kerapatan mangrove yang tinggi
dapat meningkatkan tingkatan hidup kepiting bakau, disebabkan perakaran mangrove yang menjulur ke dalam perairan
menjadikannya sebagai tempat berlindung bagi kepiting muda dari serangan predator.
Kepiting bakau sebagian fase hidupnya sangat bergantung pada ekosistem mangrove sebagai habitatnya. Ekosistem mangrove Belawan pada saat ini telah
mengalami degradasi akibat adanya konversi lahan menjadi peruntukan lain. Kondisi ini dapat merubah fungsi ekologis ekosistem mangrove dan
dikhawatirkan akan berimplikasi terhadap penurunan kualitas lingkungan untuk sumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya kerusakan daerah asuhan dan
mencari makan biota ini.
Universita Sumatera Utara
1.3 Kerangka Pemikiran
Degradasi ekosistem mangrove dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan populasi kepiting bakau di alam. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu dilakukan upaya pelestarian melalui upaya konservasi habitat maupun pemulihan bagi populasi kepiting bakau yang sudah tidak stasbil. Upaya
konservasi habitat dilakukan dengan menganalisa karakteristik biofisik kimia lingkungan, yang diperoleh dengan melakukan pengklasifikasian wilayah
berdasarkan kawasan alami dan pemanfaatan, serta karakteristik khusus yang terdapat pada setiap stasiun.
Pemulihan populasi kepiting bakau dapat dilakukan dengan mengetahui struktur populasi melalui analisa kelimpahan, distribusi spasial berdasarkan jenis
kelamin dan kelas ukuran, serta pola pertumbuhannya di ekosistem mangrove Belawan Sumatera Utara. Kerangka pemikiran tersaji pada Gambar 1.1.
1.4. Tujuan Penelitian