Tabel 2.1. Morfologi Kepiting Bakau
S. oceanica S. tranquebarica
S. serrata S. serrata var.
Paramamosin Warna
Hijau menuju hijau keabu-
abuan Hijau buah
zaitun Hijau coklat
merah seperti karat
Coklat abu-abu Bentuk seperti
huruf H pada karapas
Dalam Dalam Tidak begitu
dalam Tidak begitu
dalam Bentuk gerigi
depan karapas - -
Tumpul Sedang
Bentuk duri pada
fingerjoint Kedua duri
jelas dan runcing
Kedua duri jelas dan satu agak
tumpul Duri tidak ada,
berubah menjadi vestigia
l -
Bentuk rambut setae
Melimpah pada karapas
- Hanya pada
daerah hepatik -
Sumber : Estampador 1949 dalam Mulya 2000
2.2. Daur Hidup Kepiting Bakau
Kepiting bakau melangsungkan perkawinannya di perairan hutan mangrove, dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya,
kepiting bakau betina akan bermigrasi ke perairan laut, untuk mencari perairan yang parameter lingkungannya sesuai terutama suhu dan salinitas perairan
sebagai tempat memijah Hill, 1974 dan Le Reste et al., 1976. Kepiting bakau jantan setelah melakukan perkawinan akan tetap berada di perairan hutan
mangrove, tambak atau sela-sela perakaran mangrove. Perkembangan kepiting bakau dalam daur hidupnya dibagi atas tiga stadia,
yaitu: stadia embrionik, larva dan pascalarva. Motoh 1977 dan Soim 1999 menyatakan perkembangan kepiting bakau S. serrata mulai dari telur hingga
mencapai dewasa mengalami beberapa tingkat perkembangan, yaitu: stadia zoea, megalopa, kepiting muda juvenil dan kepiting dewasa Gambar 2.1.
Setelah telur menetas di perairan laut, muncul larva tingkat I zoea I yang akan terus menerus berganti kulit moulting, kemudian terbawa arus ke perairan
pantai, hingga mencapai stadia zoea V. Proses ini memerlukan waktu minimal 18 hari. Setiap kali pergantian kulit, zoea akan tumbuh dan berkembang yang
ditandai oleh penambahan setae renang pada endopod maxilliped nya
Universita Sumatera Utara
Warner, 1977. Zoea V kemudian akan mengalami pergantian kulit menjadi megalopa, yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa, kecuali
masih memiliki bagian ekor yang panjang. Menurut Motoh 1977, megalopa yang lebih mirip kepiting dewasa sering dirujuk sebagai kepiting pada stadia
pascalarva. Proses perkembangan dari stadia megalopa ke stadia kepiting muda juvenil memerlukan waktu 11-12 hari. Kepiting bakau muda akan bermigrasi
kembali ke hulu estuari, kemudian berangsur-angsur memasuki hutan mangrove, hingga berkembang menjadi kepiting bakau dewasa.
Gambar 2.1. Daur Hidup Kepiting Bakau Scylla serrata Soim, 1999.
2.3. Pertumbuhan Kepiting Bakau
Pertumbuhan kepiting bakau menjadi dewasa akan mengalami proses moltingpergantian kulit antara 17-20 kali, tergantung dari kondisi lingkungan dan
pakan yang mempengaruhi pertumbuhannya. Proses molting dari zoea berlangsung relatif cepat yaitu sekitar 3-5 hari, sedangkan pada fase megalopa
proses dan interval pergantian kulit berlangsung lama yaitu 17-26 hari. Pada saat
Universita Sumatera Utara
molting tubuh kepiting akan bertambah besar sekitar sepertiga kali dari sebelumnya dan panjang karapas meningkat 5-10 mm seitar 2 kali dari ukuran
semula. Kepiting dewasa umur 12 bulan memiliki panjang karapas 170 mm dan berat sektar 200 gekor Gufron dan Kordi, 2000.
2.4. Makanan dan Kebiasaan Makan