pada stasiun ini. Wahyuni dan Ismail 1987 menyatakan kepiting bakau mulai dari fase juvenil hingga dewasa termasuk golongan hewan eurihalin yang dapat
mentolerir dan hidup pada kisaran salinitas luas yakni sebesar 0‰ – 34,0‰. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa salinitas air di perairan
ekosistem mangrove Belawan masih layak dalam mendukung kehidupan kepiting bakau.
Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut pada tiap stasiun menunjukkan nilai yang bervariasi antara 4,19 mgL – 5,11 mgL. Nilai oksigen
terlarut terendah didapatkan pada stasiun III sebesar 4,19 mgL dan tertinggi pada stasiun II sebesar 5,11 mgL. Rendahnya kandungan oksigen terlarut pada stasiun
III disebabkan suhu perairan pada stasiun tersebut cukup tinggi 30°C yang berpengaruh pada nilai kandungan oksigen terlarutnya. Boyd 1990 menyatakan
kandungan oksigen terlarut pada perairan akan rendah jika suhu perairan tinggi. Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa nilai oksigen terlarut di
perairan ekosistem mangrove Belawan masih dapat kisaran toleransi dalam mendukung kehidupan kepiting bakau. Clark 1974 menyatakan bahwa oksigen
terlarut optimum bagi kehidupan biota perairan berkisar antara 4,1 mgL - 6,6 mgL, dengan batas toleransi minimum adalah 4 mgL.
4.1.4. Fraksi Substrat
Substrat dasar di perairan hutan mangrove sangat mendukung kehidupan kepiting bakau, terutama dalam melangsungkan perkawinan. Hasil analisis fraksi
substrat dasar perairan yang dilakukan pada tiap stasiun Tabel 4.2 menunjukkan bahwa fraksi substrat di perairan ekosistem mangrove Belawan sangat bervariasi.
Fraksi substrat pada stasiun IV dan V didominasi oleh fraksi debu sedangkan pada stasiun II dan III didominasi oleh fraksi pasir.
Nybakken 1992 menyatakan kebanyakan perairan estuari terdiri atas substrat debu dan pasir. Sungai yang merupakan sumber air tawar mengikat
partikel debu dalam bentuk suspensi. Ketika partikel tersuspensi tersebut bercampur dengan air laut yang membawa partikel pasir di estuari, maka ion yang
berasal dari air laut bersama pasir akan menyebabkan kedua partikel tersebut
Universita Sumatera Utara
menggumpal membentuk partikel yang lebih berat dan besar, kemudian mengendap dan membentuk dasar lumpur yang khas. Air laut juga mengandung
materi tersuspensi yang cukup banyak. Ketika air laut masuk ke estuari dengan kondisi yang terlindung dan tenang akan mengurangi gerakan arus, yang berperan
mempertahankan berbagai partikel dalam bentuk tersuspensi. Akibatnya partikel akan mengendap dan membentuk substrat lumpur.
Tabel 4.2. Nilai Fraksi Substrat pada Tiap Stasiun Fraksi Substrat
Stasiun I II III
IV V Pasir
32.56 52.26 56.56 28.58 28.56 Debu
36.00 32.00 28.00 52.00 44.00 Liat
31.44 15.44 15.44 19.44 27.44 Berdasarkan hasil analisis fraksi substrat yang telah dilakukan, dapat
dikatakan bahwa substrat dasar perairan ekosistem mangrove Belawan termasuk substrat lumpur. Substrat lumpur ini sangat baik dalam mendukung kehidupan
kepiting bakau di alam. Robertson 1988 menyatakan bahwa substrat lumpur merupakan salah satu habitat yang disenangi oleh kepiting bakau. Hal ini
dikarenakan substrat lumpur banyak mengandung bahan organik yang berasal dari serasah mangrove, dan terurai membentuk partikel detritus yang selanjutnya akan
mengendap pada substrat tersebut.
4.2. Parameter Biologi 4.2.1. Kelimpahan Kepiting Bakau Menurut Jenis Kelamin