Peran Ekosistem Mangrove Sebagai Habitat Kepiting Bakau

dihasilkan oleh tumbuhan mangrove bagi kepentingan manusia, baik produk langsung, seperti; bahan bakar, bahan bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku pembuatan kertas, makanan, obat-obatan, minuman dan tekstil, maupun produk tidak langsung seperti tempat rekreasi dan bahan makanan. Dikatakan pula bahwa sebagian besar produk yang dihasikan telah dimanfaatkan oleh masyarakat.

2.9. Peran Ekosistem Mangrove Sebagai Habitat Kepiting Bakau

Ekosistem mangrove memainkan peranan penting bagi berbagai jenis biota yang hidup pada, atau di sekitar ekosistem tersebut. Nontji 1987, mengatakan bahwa beberapa produk perikanan yang bernilai ekonomi penting, mempunyai hubungan yang erat dengan ekosistem mangrove, termasuk kepiting bakau Scylla. Kepiting bakau menjalani sebagian besar hidupnya di ekosistem mangrove dan memanfatkan ekosistem mangrove sebagai habitat alami, yakni sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan pembesaran. Kepiting bakau melangsungkan perkawinan di perairan hutan mangrove, dan secara berangsur- angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting bakau betina akan beruaya dari perairan hutan mangrove ke perairan laut untuk memijah, sedangkan kepiting bakau jantan akan tetap berada di hutan mangrove untuk melanjutkan aktifitas hidupnya. Setelah memijah, kepiting bakau betina akan kembali ke hutan mangrove. Demikian pula dengan juvenil kepiting bakau yang akan bermigrasi ke hulu estuari, untuk kemudian berangsur-angsur memasuki hutan mangrove. Ekosistem mangrove, merupakan tempat ideal bagi kepiting bakau untuk berlindung. Kepiting bakau muda pascalarva yang berasal dari laut, banyak dijumpai di sekitar estuari dan hutan mangrove, karena terbawa arus dan air pasang dan akan menempel pada akar-akar mengrove untuk berlindung Hutching dan Saenger 1987. Kepiting bakau dewasa merupakan penghuni tetap hutan mangrove, dan sering dijumpai membenamkan diri dalam substrat lumpur, atau menggali lobang pada substrat lunak sebagai tempat persembunyaian Queensland Depertment of Industries 1989. Lebih lanjut Pagcatipunan 1972, menyatakan bahwa setelah berganti kulit moulting, kepiting bakau akan melindungi dirinya Universita Sumatera Utara dengan cara membenamkan diri, atau bersembunyi dalam lobang sampai karapasnya mengeras. Hutcing dan Saenger 1987, menyatakan bahwa kepiting bakau hidup di sekitar hutan mangrove, dan memakan akar-akarnya pneumatophore. Hill 1982 menyatakan bahwa perairan di sekitar hutan mangrove sangat cocok untuk kehidupan kepiting bakau, karena sumber makanannya seperti bentos dan serasah cukup tersedia. Universita Sumatera Utara 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data kepiting bakau ini dilakukan pada bulan Januari – Pebruari 2013 di ekosistem mangrove Belawan Sumatera Utara. Penentuan stasiun penelitian ditetapkan berdasarkan zona alami dan zona pemanfaatan dekat pemukiman, perkebunan, pertambakan, dan wisata Gambar 3.1. Stasiun 1 berada di Paluh Titi Kecamatan Sicanang yang berdekatan dengan pemukiman penduduk; Stasiun 2 berada di Kuala Paluh Leman Kecamatan Sicanang yang merupakan kawasan alami; Stasiun 3 di Paluh Perepat Kecamatan Hamparan Perak yang berdekatan dengan kawasan wisata Siba Island; Stasiun 4 berada di Paluh Sersah Kecamatan Hamparan Perak yang berdekatan dengan kawasan perkebunan kelapa sawit; Stasiun 5 berada di Sei Baharu Kecamatan Hamparan Perak yang berdekatan dengan kawasan pertambakan. Pada tiap stasiun selanjutnya dibuat sub stasiun sebanyak 3 buah.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer Hg, piring secchi, stop wacth, bola pimpong, nilon sepanjang 10 m, tali berskala yang diberi pemberat, oven, sieve shaker, botol Winkler, alat titrasi, Salinometer, pH meter, line transek dan bubu. Bahan yang digunakan adalah NaOHKI, MnSO 4 , H 2 SO 4 Amilum, Natrium TioSulfat, buku identifikasi, alkohol 96. Universita Sumatera Utara