Analisa Bagian Crack Analisa

233 Berdasarkan Tabel 4.10 dan Tabel 4.11 diketahui bahwa setelah penambahan plat dilakukan, terjadi penurunan serta peningkatan tegangan pada lift arm. Penurunan tegangan maksimum yang terjadi adalah 48, akan tetapi jika dirata-rata prosentase penurunan tegangan yang berada diantara 5 hingga 10 adalah 18,57 dan yang lebih dari 10 adalah 30, berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan penambahan plat tidak dapat meminimalkan tegangan akibat pembebanan dan terjadinya crack.

4.4.2 Analisa Bagian Crack

Analisa bagian crack bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bagian yang sering mengalami crack dengan hasil hasil pengujian. Bagian yang mengalami crack dapat dilihat pada lampiran, dan terdapat 13 bagian crack. a. Bagian 1, 2, 3, 4, dan 5 Pada bagian 1, 2, 3, 4, dan 5 terlihat bahwa terjadi crack pada daerah bore center lift maupun lengkungan yang berdekatan dengan daerah bore center lift. Berdasarkan hasil hasil pengujian pula ditunjukkan bekerjanya tegangan pada bagian-bagian tersebut akibat pembebanan BD untuk posisi 1 dan posisi 2, sehingga dapat dikatakan crack pada bagian-bagian tersebut dikarenakan oleh pembebanan BD. Pembebanan BD pada pengoperasian alat terjadi saat lift arm bergerak kebawah secara kasar sehingga lift arm front membentur permukaan dan menyebabkan bekerjanya gaya silinder lift saat kondisi rod end retrack terhadap daerah sekitar bore center lift. b. Bagian 6 Pada bagian 6 terlihat bahwa terjadi crack pada daerah bore center lift, terutama pada sambungan las antara item 2 dan lift arm, berdasarkan hasil hasil pengujian ditunjukkan pula terdapat tegangan yang terfokus pada bagian tersebut, jenis tegangan yang bekerja umumnya adalah tegangan geser XZ serta YZ, terkadang terlihat pula terjadi saat bekerjanya tegangan normal, akan tetapi intensitasnnya rendah atau jarang. Tegangan tersebut terlihat saat pembebanan C, pembebanan BD, serta pembebanan A untuk segala posisi, akan tetapi saat penambahan plat diberikan tegangan tersebut terdistribusi ke daerah lainya selain bagian 6, dan tidak terlihat sama sekali saat posisi 3 dan posisi 4. Sehingga dapat dikatakan crack yang terjadi disebabkan oleh bekerjanya tegangan geser dengan segala tipe pembebanan selain pembebanan CX. 234 c. Bagian 7 Pada bagian 7 dapat dilihat bahwa terjadi crack pada bagian dalam daerah bore center lift yang mengalami porositas, diketahui sebelunya pada dasar teori mengenai tegangan dan regangan, dimana daerah yang mengalami porositas memiliki ketahanan yang rendah terhadap tegangan, sehingga cenderung lebih cepat mengalami kerusakan dibandingkan daerah yang tidak mengalami porositas. Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat, dimana terdapat konsentrasi tegangan pada daerah tersebut akibat bekerjanya pembebanan BD pada posisi 1 dan 2. Tipe tegangan yang bekerja pada bagian tersebut adalah tegangan geser XZ serta tegangan normal X, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadinya crack pada bagian 5 dikarenakan bekerjanya tegangan geser XZ serta tegangan normal X akibat pembebanan BD seperti halnya crack yang terjadi pada bagian 1 hingga 5. d. Bagian 8, 9, dan 10 Pada bagian 8, 9, dan 10 terlihat bahwa terjadi crack pada bagian dalam lift arm, berdasarkan hasil hasil pengujian ditunjukkan tegangan terfokus pada daerah tersebut, seperti pada pembebanan CX untuk assembly tanpa plat maupun dengan plat, terfokusnya tegangan diakibatkan terjadi tumbukan dari sisi bagian samping lift arm, sesuai dengan penetapan data input. e. Bagian 11 dan 12 Pada bagian 11 dan 12 terlihat bahwa terjadi crack pada bagian bore lift arm rear, berdasarkan hasil hasil pengujian ditunjukkan beberapa tegangan terfokus pada daerah tersebut, seperti pada posisi 1 tanpa plat dan dengan tambahan plat untuk pembebanan C, serta posisi 2 tanpa plat untuk pembebanan C, sehingga dapat dikatakan crack pada bagian 11 dan bagian 12 disebabkan oleh proses digging saat posisi 1 dan 2. f. Bagian 13 Pada bagian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat lubang kecil pada daerah bore center lift , pada lubang tersebut telah mulai terbentuk crack akibat bekerjanya tegangan. Lubang tersebut dapat disebabkan gejala terbentuknya korosi pitting akibat reaksi dengan lingkungan atau kondisi permukaan yang tidak baik. Kondisi permukaan yang tidak baik dapat dikarenakan proses finishing, terkikisnya lapisan pasif, ketidak seragaman permukaan, dan terdapatnya goresan. Selain dapat dikarenakan korosi pitting, lubang tersebut dapat pula dikarenakan cacat pada struktur yang lolos dari pengujian X-ray, hal-hal tersebut dapat 235 menyebabkan menurunya kekuatan struktur dalam menahan tegangan yang terjadi akibat pembebanan, sehingga memungkinkan terjadinya crack dengan beban yang lebih rendah.

4.4.3 Analisa Faktor Keamanan