yaitu p : Maka Polinomial

Selanjutnya dibuktikan ketunggalan dari I + sx. Misalkan juga I + ux adalah ekspresi dari I + gx dengan derux n. Maka I + sx = I + ux. Ini berarti sx + − u x ∈ I = px. Karena setiap elemen taknol dalam I berderajat ≥ n padahal dersx + − u x n, maka haruslah sx + − u x = 0, yaitu s x = ux. ■ Teorema 2.6.15 di atas mengatakan bahwa setiap elemen dalam I x F ] [ berbentuk I + sx dengan dersx n. Jadi untuk I + fx, I + kx ∈ I x F ] [ , maka dari bukti Teorema 2.6.15, I + fx I + kx = I + fx kx = I + sx di mana sx adalah sisa dari pembagian fx kx oleh px. Dengan perkataan lain, setiap koset dalam I x F ] [ mempunyai representasi tunggal polinomial berderajat n dalam F[x]. Ini sama halnya elemen-elemen dalam Z n direpresentasikan oleh tepat salah satu bilangan-bilangan bulat 0, 1, 2, …, n − 1. Ini memudahkan kita mengoperasikan elemen-elemen dalam I x F ] [ . Akan diberikan contoh-contoh penjelasan maksud tersebut sekaligus menutup bab ini. Contoh 2.6.3. Misalkan F = R dan px = x 2 + 1. Maka dengan Teorema 2.6.15, setiap elemen dalam I x ] [ R di mana I = px = x 2 + 1, berbentuk I + a + bx dengan a, b ∈ R. Contoh 2.6.4. Dari Contoh 2.6.3 akan ditunjukkan bahwa 1 ] [ 2 + x x R isomorfis dengan medan semua bilangan kompleks C. Didefinisikan pemetaan α : I x ] [ R → C dengan aturan α I + a + bx = a + bi untuk setiap I + a + bx ∈ I x ] [ R . Ambil sembarang I + a + bx, I + c + dx ∈ I x ] [ R . Jika I + a + bx = I + c + dx, maka menurut Teorema 2.6.15, a + bx = c + dx, sehingga a = c dan b = d. Dengan demikian α I + a + bx = a + bi = c + di = α I + c + dx. Jadi aturan pemetaan terdefinisi dengan baik. Kemudian ditunjukkan α homomorfisma. α I + a + bx + I + c + dx = α I + a + bx + c + dx = α I + a + c + b + dx = a + c + b + di = a + bi + c + di = α I + a + bx + α I + c + dx. α I + a + bx I + c + dx = α I + a + bx c + dx = α I + ac + ad + bcx + bdx 2 . Perhatikan bahwa ac + ad + bcx + bdx 2 = bd x 2 + 1 + ac − bd + ad + bcx. Jadi sisa dari pembagian a + bx c + dx oleh x 2 + 1 adalah ac − bd + ad + bcx sehingga menurut Teorema 2.6.15, α I + a + bx I + c + dx = α I + ac − bd + ad + bcx = ac − bd + ad + bci = a + bi c + di i 2 = − 1 = α I + a + bx α I + c + dx. Ker α = {I + a + bx ∈ I x ] [ R : α I + a + bx = 0} = {I + a + bx ∈ I x ] [ R : a + bi = 0} = {I + a + bx ∈ I x ] [ R : a = b = 0} = {I + 0} = {I}. Menurut Proposisi 2.5.9iv, pemetaan α injektif. Jika c ∈

C, maka c

= a + bi untuk suatu a, b ∈

R. Ini berarti ada I

+ a + bx ∈ I x ] [ R dan α I + a + bx = a + bi = c. Dengan demikian pemetaan α surjektif. Jadi 1 ] [ 2 + x x R ≅ C. Perhatikan juga karena i ∈ C adalah akar dari x 2 + 1, maka x 2 + 1 + x ∈ 1 ] [ 2 + x x R adalah akar dari x 2 + 1.

BAB III STRUKTUR MEDAN GALOIS

3.1. Perluasan Medan

Sudah diketahui bahwa polinomial x 2 − 2 tidak mempunyai akar dalam Q. Tetapi x 2 − 2 mempunyai akar dalam R. Demikian pula contoh klasik lainnya, yaitu polinomial x 2 + 1 tidak mempunyai akar dalam R tetapi mempunyai akar dalam C. Padahal sudah diketahui bahwa Q ⊂ R ⊂ C, yang berarti bahwa Q submedan dari R dan C, kemudian R submedan dari C. Maka dalam hal ini R adalah perluasan dari Q, kemudian C adalah perluasan dari Q dan R. Jadi x 2 − 2 tidak mempunyai akar dalam Q tetapi mempunyai akar dalam perluasannya, yaitu R dan C. Demikian pula x 2 + 1 tidak mempunyai akar dalam R tetapi mempunyai akar dalam perluasannya, yaitu C. Definisi 3.1.1. Medan E disebut perluasan dari medan F jika dan hanya jika E memuat submedan yang isomorfis dengan F. Definisi di atas bersifat lebih umum, dalam arti F submedan dari E merupakan kejadian khusus E perluasan dari F sebab F ≅ F. Pada bab terdahulu telah dibuktikan bahwa medan berkarakteristik prima p memuat submedan yang isomorfis dengan Z p , sedangkan medan berkarakteristik 0 memuat submedan yang isomorfis dengan Q. Jadi medan berkarakteristik p adalah perluasan dari Z p , dan medan berkarakteristik 0 adalah perluasan dari Q. Jika medan F isomorfis dengan suatu submedan dari medan E, maka F dikatakan dapat dimasukkan embedded ke dalam E, atau submedan dari E tersebut diidentikkan sebagai F. Dengan perkataan lain, dapat diasumsikan F submedan dari E. Jadi untuk selanjutnya dapat diasumsikan Z p submedan prima dari medan berkarakteristik prima p, dan Q submedan prima dari medan berkarakteristik 0. Juga dalam Teorema 2.6.14 dapat diasumsikan F submedan dari medan I x F ] [ di mana submedan N = {I + a : a ∈ F} dalam I x F ] [ diidentikkan sebagai F. Perhatikan juga bahwa F perluasan dari dirinya sendiri sebab F submedan dari F. Misalkan medan E adalah perluasan dari medan F dan α ∈ E. Maka terdapat homomorfisma evaluasi θ α : F[x] → E yang didefinisikan dengan aturan θ α fx = f α . Jika fx = gx hx, maka f α = θ α fx = θ α gx hx = θ α gx θ α hx = g α h α . Dengan demikian f α = 0 jika dan hanya jika g α = 0 atau h α = 0 sebab E medan, tidak memuat pembagi nol. Jadi α ∈ E adalah akar dari fx jika dan hanya jika α adalah akar dari gx atau hx. Perlu diingatkan kembali bahwa setiap polinomial takkonstan fx merupakan polinomial taktereduksi atau faktorisasi atas polinomial-polinomial taktereduksi. Ini berarti dalam setiap faktorisasi dari fx, terdapat sekurang-kurangnya satu faktor dari f x yang merupakan polinomial taktereduksi. Keterangan-keterangan di atas kiranya dapat menjelaskan teorema di bawah ini. Teorema 3.1.1 Teorema Kronecker. Jika F medan dan fx ∈ F[x] polinomial takkonstan, maka terdapat medan E yang memuat F dan suatu akar dari fx.