BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologis yang berasal dari jaringan ovarium. Seluruh dunia 125.000 orang perempuan setiap tahunnya
meninggal akibat neoplasma ovarium ganas dan angka ini cenderung meningkat. Tingginya angka kematian ini disebabkan karena timbulnya gejala dijumpai pada
stadium lanjut sehingga neoplasma ovarium ganas ini digelari sebagai “the silent killer”.Hal ini juga disebabkan karena belum adanya uji penyaring yang efektif dalam
mendeteksi neoplasma ovarium ganas secara dini. Neoplasma ovarium berdasarkan histopatologinya dapat bersifat jinak atau
ganas. Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana neoplasma itu berasal dapat dibagi menjadi yaitu dari epitel ovarium, sel
germinal, sex cord – stromal. Neoplasma ovarium ganas terdiri dari 90 – 95 neoplasma epitel ovarium ganas dan 5 – 10 terdiri dari neoplasma sel germinal
dan neoplasma sex cord-stroma.
10,12,21,22,23
10
2.1 Epidemiologi
Neoplasma ovarium ganas merupakan keganasan ginekologis yang berasal dari jaringan ovarium. Seluruh dunia setiap tahunnya sebanyak, 204.000 perempuan
didiagnosis dengan neoplasma ovarium ganas dan 125.000 diantaranya perempuan meninggal akibat penyakit ini. Neoplasma ovarium ganas ini menempati urutan
kedua kasus keganasan ginekologi yang banyak dijumpai di Amerika Serikat. Diperkirakan sebanyak 21.990 kasus baru yang dijumpai dengan jumlah kematian
sebesar 15.460 pada tahun 2011. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2002 pada Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo, kanker ovarium menempati posisi ketiga kanker ginekologi yang paling sering dijumpai setelah kanker serviks dan kanker payudara. Sedangkan
angka insidensi neoplasma ovarium di daerah RS. Dr. Pirngadi Medan yang diteliti oleh menurut Fadlan pada tahun 1981-1990, angka kejadian neoplasma ovarium
ganas adalah sebesar 10,64 dari seluruh keganasan ginekologi. Pada penelitian yang dilakukan Harahap di Rumah Sakit H. Adam Malik Medan pada tahun Januari
2008 - Desember 2012 menemukan sebanyak 256 kasus kanker epitel ovarium.
1,2
6,7,8
Universita Sumatera Utara
2.2 Faktor Risiko
Ovulasi yang berkepanjangan dianggap sebagai faktor penting terjadinya kanker ovarium. Secara tidak langsung hal ini terjadi akibat kerusakan dan
perbaikan secara terus menerus dari permukaan epitel ovarium. Sehingga wanita dengan nuliparitas dalam jangka waktu yang lama juga meningkatkan risiko
berkembangnya neoplasma ovarium ganas. Pada wanita nulipara memilki risiko dua kali lipat untuk mengalami neoplasma ovarium ganas. Secara umum terjadi
penurunan risiko terjadinya neoplasma ovarium ganas setiap seorang wanita melahirkan hidup
Menarche dini dan menopause lanjut juga meningkatkan risiko neoplasma ovarium ganas. Sedangkan menyusui memiliki efek protektif dimana dapat
menurunkan risiko terjadinya neoplasma ovarium ganas, hal ini mungkin berkaitan dengan terjadinya amenorrhea yang berkepanjangan.
10,24,25
10
Penggunaan oral kontrasepsi jangka panjang dapat menurunkan risiko neoplasma ovarium ganas sebesar 50. Durasi proteksi bertahan selama 25 tahun
setelah penggunaan terakhir. Sebaliknya penggunaan terapi sulih hormon esterogen setelah menopause dapat meningkatkan risiko neoplasma ovarium ganas.
Riwayat keluarga dengan neoplasma ovarium ganas pada keluarga derajat pertama seperti ibu,anak atau saudara perempuan meningkatkan risiko terjadinya
kanker ovarium sebanyak 3 kali lipat. Risiko ini meningkat jika neoplasma ovarium ganas diderita oleh dua orang atau lebih saudara derjat pertama ikut terlibat.
10
10
Perempuan ras putih memiliki insidensi kanker ovarium tertinggi di antara semua kelompok ras dan etnis. Dibandingkan dengan perempuan kulit hitam dan
Hispanik, risiko meningkat 30 hingga 40 persen Walaupun alasan yang tepat tidak diketahui, perbedaan rasial dalam paritas dan tingkat pembedahan ginekologi dapat
menjelaskan beberapa perbedaan. Ligasi tuba dan histerektomi masing-masing telah dikaitkan dengan
pengurangan substansial dalam risiko kanker ovarium. Telah didalilkan bahwa setiap jenis prosedur ginekologi yang menghalangi iritasi yang mencapai ovarium melalui
kenaikan dari saluran kelamin bagian bawah secara masuk akal mungkin memberikan suatu efek perlindungan. Sebagai contoh, wanita yang secara teratur
menggunakan bedak perineum memiliki peningkatan risiko.
10
10
Universita Sumatera Utara
2.3 Faktor Herediter