tugas dan kewenangannya sebagaimana tertuang dalam APBD yang bersangkutan.
2.2.3.4. Pendekatan Bottom-Up
Pendekatan Perencanaan bawah-atas atau populer disebut bottom up planning merupakan perencanaan yang dibangun dari tingkatan
pemerintahan yang lebih rendah desa-kelurahan untuk disampaikan pada pembahasan perencanaan di tingkatan yang lebih tinggi pemerintah
kabupatenkota. Rencana hasil proses bawah-atas ini diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional,
Provinsi, KabupatenKota, dan Desa Bastian, Indra, 2006: 65.
2.2.3.5 Pendekatan Top-Down
Pendekatan Perencanaan atas-bawah atau yang populer disebut sebagai top-down planning, merupakan perencanaan yang diawali dengan
penyampaian rencana atau program dari pemerintah di tingkat yang lebih tinggi untuk dioperasionalkan pada pemerintah daerah atau pada wilayah
administratif yang lebih kecil. Rencana hasil proses atas-bawah ini diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat
Nasional, Provinsi, Kabupatenkota, dan Desa.
2.2.4. Sentralisasi dan Desentralisasi 2.2.4.1. Pengertian
Sentralisasi adalah pemusatan pengelolaan, dimana Pemerintah Pusat mempunyai wewenang penuh terhadap pembangunan semua
wilayah pada satu Negara. Sedangkan Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang di
daerah disebut dekonsentrasi maupun kepada Badan-badan otonom daerah yang disebut devolusi. Devolusi berarti sebagian kekuasaan
diserahkan kapada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan, baik
secara politis maupun secara administratif. Sifatnya penyerahan riil berupa fungsi dan kekuasaan.
2.2.5. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penganggaran
Menurut Bastian, Indra 2006: 100 lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau overfinancing
yang akan memengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran. Dalam situasi seprti itu banyak layanan publik dijalankan secara tidak efisien dan
kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan publik. Sementara, dana pada anggaran yang pada dasarnya merupakan dana publik habis
dibelanjakan seluruhnya. Dalam jangka panjang, kondisi seperti ini cenderung memperlemah peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator,
koordianator, dan pengusaha dalam proses pembangunan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran aparatur dalam penganggaran, sebagai berikut :
1. Stimulator
2. Fasilitator
3. Koordinator
2.2.6. Peran Masyarakat Dalam Penyusunan Anggaran 2.2.6.1. Pengertian Partisipasi
Menurut Bastian, Indra 2006: 16 adalah suatu bentuk kesadaran untuk membantu mewujudkan tujuan yang telah direncanakan dan
membantu behasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan dirinya sendiri.
2.2.6.2. Musrenbang
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang di tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupatenkota merupakan amanat
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Musrenbang merupakan forum antar pelaku
Pembangunan di berbagai tingkat dalam rangka menyusun perencanaan partisipatif yang terpadu dan berkelanjutan. Musrenbang merupakan
perencanaan partisipatif dengan mengedepankan koordinasi antar unsure terkait dengan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan
2.2.6.3. Pengertian
Musrenbang musyawarah perencanaan pembangunan adalah suatu forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan
yang pertisipatif yang terpadu dan berkelanjutan. Forum yang dimaksud memiliki mekanisme yang jelas dengan pelibatan pelaku pembangunan
yang memenuhi azas keterwakilan.
2.2.6.4. Tujuan
Dipahaminya pengertian, proses dan implementasi mekanisme musrenbang yang benar-benar partisipatif sesuai wacana hukum yang
berlaku, dilakukan bersama-sama oleh masyarakat, para wakil rakyat, para aparat maupun para pelaku pembangunan lainnya.
Terwujudnya mekanisme perencanaan melalui musrenbang kelurahan, musrenbang kecamatan, musrenbang kotakabupaten secara
partisipatif, demokratis, dan transparan. Disepakatinya penetapan prioritas usulan masyarakat yang
berlangsung secara partisipatif disetiap tingkat pelaksanaan musrenbang dengan memadukan usulan dari pemerintahan daerah dan DPRD melalui
forum SKPD, sehingga menjadi acuan pokok penentuan pembiayaan kegiatan, baik ditingkat kelurahan, maupun ditingkat kabupatenkota.
Teralokasikannya anggaran yang sepadan dalam APBD kabupaten, termasuk untuk alokasi dana kelurahan.
2.2.7. Penyusunan Anggaran Daerah APBD 2.2.7.1. Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran daerah yang tidak lagi mengacu kepada PP No. 6 tahun 1975 tentang Cara Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja.
Perubahan kebijakan tentang anggaran terjadi mengikuti perubahan kebijakan pengelolaan keuangan Negara. Salah satu bentuk perubahan
kebijakan tersebut dengan mulai diberlakukannya PP No. 105 tahun 2000 Yuwono, Sony, dkk, 2005: 64, selanjutnya diganti dengan PP No. 58
Tahun 2005, yang diikuti dengan terbitnya Permendagri No.13 Tahun 2006. Anggaran dengan pendekatan kinerja pada dasarnya merupakan
sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang beroriantasi pada pencapaian hasil kinerja.
Kinerja tersebut harus mencerminkan value for money yang meliputi tiga aspek pokok : ekonomi, efisiensi, dan efektivitas yang
berarti harus berorientasi pada kepetingan publik. Untuk dapat mewujudkannya diperlukan adanya suatu proses atau mekanisme
penyusunan yang dapat mengakomodasi kepentingan publik dengan melibatkan berbagai stakeholder. Proses penyusunan rancangan APBD
dapat dipilah kedalam dua tahapan yaitu 1 Penyusunan rancangan APBD, yang terdiri dari : proses perencanaan anggaran dan penganggaran
daerah Permendagri No. 13 tahun 2006. Adapun proses penyusunan rancangan APBD sebagai berikut :
Gambar : Proses Penyusunan Rancangan APBD
PENYUSUNAN RANCANGAN APBD
Untuk Periode 5 tahun 3 bulan setelah KDH dilantik
Untuk Periode 1 tahun Bulan Mei
Ditetapkan dgn Per. KDH
Pertengahan
Bln Juni
Minggu ke 2 Bln Juli
Renstra SKPD
Renja SKPD
KUA PPAS
RKPD RKP
RPJMD
PPKD PEDOMAN
PENYUSUNAN RKA-SKPD
Tim Anggaran Pemda
Dibahas Bersama DPRD
NOTA KESEPAKATAN
PIMPINAN DPRD dengan
KDH
RKA-SKPD RPJM
Minggu 1 Bulan Oktober
RAPERDA APBD
Sumber : Penganggaran sektor public. Yuwono, Sony 2005: 207
2.2.7.2. Tahapan Penyusunan Rancangan APBD
Secara garis besar penyusunan rancangan APBD dengan pendekatan kinerja dilakukan dengan pentahapan sebagai berikut Gita
2008 : a.
Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA APBD b.
Penyusunan strategi dan prioritas APBD c.
Pernyataan Anggaran, yang memuat : ‐
Visi, misi, tupoksi, dan sasaran unit kerja ‐
Program dan kegiatan unit kerja ‐
Rancangan anggaran Unit Kerja dan d.
Rancangan APBD Atas dasar pentahapan tersebut, proses penyusunan APBD dengan
pendekatan kinerja dapat dikatakan sebagai sebuah proses panjang yang melibatkan partisipasi publik secara luas dan terbuka sebagai
wujud akuntabilitas publik. Adapun proses punyusunannya secara umum pada gambar di bawah ini.
Gambar : Proses Penyusunan Anggaran
Rancangan APBD
PERNYATAAN ANGGARAN 1.
Visi, misi, tupoksi, tujuan dan sasaran unit kerja 2.
Program dan kegiatan unit kerja 3.
Rancangan anggaran unit kerja Strategi dan Prioritas APBD
Kebijakan Umum Anggaran KUA APBD