Resiko Kematian dengan jumlah CD4 mereka yang semakin menurun
bila tidak melanjutka terapi ARV. Sebagian besar informan mengaku pasrah apabila
kematian datang. Keputusan untuk berhenti terapi tidak membuat informan takut pada kematian.
Sebagian informan menjalani hidup apa adanya, berusaha hidup sehat dan pasrah kepada Tuhan Yang
Kuasa.
4.2.7. Persepsi Hambatan
Persepsi hambatan yang dirasakan informan mencakup tentang akses terhadap ARV, menjalani terapi ARV, dukungan sosial, stigma dan diskriminasi,
kualitas pelayanan kesehatan dan efek samping yang dirasakan. Berikut uraian mengenai persepsi hambatan :
4.2.7.1. Akses terhadap ARV
Sebagian besar informan menyatakan tidak menemui hambatan untuk mendapatkan ARV. Informan dapat mengambil ARV sendiri di rumah sakit
umum daerah dan ada yang diantar ke tempat informan baik oleh petugas kesehatan maupun LSM. Berikut kutipan pernyataan dari informan:
“Kalau saya ambil sendiri, saya sms dulu sama pak Hadi. Kadang dianterin ke tempat kerja.”
Informan Ar1
“Ambil obat sih ga masalah mas, tidak ada hambata. Ga ada masalah ada kendaraan.”
Informan Be2 “Selama ini dianterin mbak Tesy ke Lapas.”
Informan Fe3
Sebagian kecil informan menyatakan ada hambatan untuk mendapatkan ARV. Jarak dari rumah menuju fasilitas pelayanan kesehatan cukup jauh dan tidak
mempunyai kendaraan sendiri untuk mengambil ARV. Berikut kutipan pernyataan informan:
“Hambatannya di motor sama ngantrinya yang lumayan sih. Jaraknya juga
lumayan, 20 menitan. Aku pinjem motor tetangga.
Informan It4
4.2.7.2. Menjalani Terapi ARV
Sebagian besar informan menyatakan tidak ada hambatan saat minum ARV. Mereka bisa mengatur jadwal minum obat setiap harinya. Keluarga juga
ikut membantu dalam mengingatkan waktu minum obat. Berikut kutipan pernyataan dari informan:
“Ga ada hambatan, kan ada jamnya, Pengingatnya pake diri sendiri.” Informan Be2
“Pas aku minum bapak aku juga bantuin, nggugah aku jam 7 kalau belum
minum obat. Pak musale aku jam 7 durung tangi, gugah bae nggo minum obat
jam 7.” Informan It4
“Hambatane yo ora nono. Biasa rasane kui nono jelehe, ora ono kaikine. Kelingan terus ngombene.”
Informan Tu6 Sebagian kecil informan menyatakan bahwa hambatan minum ARV
adalah takut diketahui oleh teman kerja, sehingga harus bersembunyi untuk minum ARV. Berikut kutipan pernyataan informan :
“Hambatan minum ya itu mas, takut sama temen saja. Jamnya walau beberapa
kali telat tetep saya minum. Ingetnya sendiri mas, ga prlu pake alarm. Dulu kalau minum obat kok ngumpet-ngumpet, setiap jam 10 kok minum obat. Setiap
hari kan lihat, walaupun minumnya ngumpet-ngumpet. Sebenere bisa disiasati,
tapi dulu ga kepikiran itu.” Informan Ar1
4.2.7.3. Dukungan Sosial