83
Inilah fenomena yang sedang terjadi di kalangan remaja di Kota Medan, bahwa banyak komunitas dan kelompok yang mereka buat sendiri berdasarkan gaya, dan
barang-barang apa saja yang mereka gunakan. Semakin bergaya nya seorang remaja, maka semakin besar juga kenyamanan dan kesenangan yang dia dapatkan
baik itu dari lingkungan kelompoknya di tempat nongkrong maupun lingkungan sekolahnya.
3.1.3 Remaja Alay
Selain sebutan anak jaman dan cabe-cabean bagi para remaja di Kota Medan, ada juga sebutan anak alay yang mereka gunakan ketika melihat remaja
yang bergaya berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kondisi tempat dan waktu. Alay adalah singkatan dari anak layangan, anak lebay, atau anak keLayapan yang
mereka hubungkan dengan anak yang jarang pulang kerumah. Istilah-istilah ini sangat trend di kalangan remaja di kota Medan, dan istilah ini juga
menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, maupun kelakuannya secara umum.
Alay adalah gejala yang dialami oleh remaja-remaja Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-teman sebayanya. Gejala ini juga akan mengubah
gaya tulisan, dan gaya berpakaian, sekaligus meningkatkan kenarsisan yang cukup mengganggu masyarakat di dunia maya. Dan gejala alay ini sudah memasuki
remaja kota-kota besar di Indonesia termaksud medan. Sehingga tidak jarang kita mendengar remaja sekarang menggunakan kata-kata alay untuk mereka yang
Universitas Sumatera Utara
84
mempunyai sifat dan cara berpakaian secara berlebihan. Hal ini sangat sesuai dengan pendapat remaja putri yang bernama Sisi siswi18tahun yang
mengatakan: “anak alay itu semua yang dipakai itu secara berlebihan kak norak
lah istilahnya, dia merasa udah keren pake itu padahal gaya dan mode baju yang dipakenya udah basi, ketinggalan zaman lah
pokoknya kak, itu menurutku alay.” Aldo siswa17tahun mengatakan :
“alay itu gaya hidupnya norak, kampungan.lebay, dan selalu berusaha menarik perhatian. Makin banyak aja sekarang remaja alay
di kota medan ini kak. Kalo udah anehlah pakaiannya tapi gak sesuai dengan muka dan tubuhnya udah alay lah itu kak.”
Berdasarkan pendapat dari informan tersebut, alay juga merupakan sekelompok minoritas yang mempunyai karakteristik unik dimana penampilan
dan bahasa yang mereka gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas yang tidak terbiasa bersosialisasi dengan mereka. Biasanya
mereka para Alayerspanggilan para alay mempunyai trend busana tersendiri yang menyebar cepat layaknya wabah virus dikalangan para alayersyang lain,
sehingga menciptakan satu keseragaman bentuk yang sangat aneh, seperti yang dikatakan Yandi siswi18tahun :
“kadang disinipun mau terlihat para alayers itu kak. Sok okelah itu berkeliaran di sun ini memakai pakaian yang tabrak lari warnanya,
kinclong-kinclong warnanya. Udah gitukan kak kalau udah nulis sms atau bbm selalu hurufnya besar kecil ditambah angka-angka gak
nentu gitu, anehlah pokoknya mereka para alayers itu.”
Universitas Sumatera Utara
85
Anak remaja selalu berhasil menciptakan sebuah image baru mengenai diri mereka sendiri walaupun hal tersebut telah banyak melanggar rambu-rambu yang
telah ada, tidak terkecuali dengan bahasa alay ini yang menggabungkan huruf dengan angka, memperpanjang atau memperpendek pemakaian huruf atau
memvariasi huruf besar dan kecil yang membentuk sebuah kata dan kalimat. Dan mereka para remaja alay ini selalu mencoba berpenampilan trendy, tetapi wajah
dan penampilan itu tidak bisa menyembunyikan bahwa mereka bukanlah berasala dari keluarga yang memiliki perekonomian tinggi. Dian siswi17tahun
mengatakan : “orang itu para alayers pengen kali ngikut gaya-gaya yang keren
yang lagi popular dikalangan remaja jaman sekarang kak, coba kaka lihatlah remaja di sun ini, mana ada yang tidak memiliki gadget.
Padahal kalau menurut aku ya kak, mereka itu berasal dari keluarga yang ekonominya rendah, makanya wajah dan penampilan gak
pernah sesuai.” Dengan demikian, begitu banyak ragam dan jenis kelompok remaja kota
Medan di zaman sekarang ini yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial dikalangan mereka. Jika mereka berasal dari kelompok remaja yang berbeda,
maka mereka enggan untuk berkumpul bersama.Mereka juga memiliki kenyaman bagi diri sendiri jika berkumpul dan bersosialisasi dengan kelompok mereka yang
menurut mereka layak.
Universitas Sumatera Utara
86
3.2. Kegiatan yang Dilakukan yang mereka Ketika Berkumpul