115
3.4 Rangkuman
Dari uraian Bab III, terlihat bahwa situasi politik pada masa-masa menjelang Perang Jawa menjadi salah satu pemicu penting terjadinya Perang
Jawa. Kepentingan Kolonial baik Inggris melalui Raffless maupun Belanda melaui Daendels dan Van Der Capellen secara terus-menerus menggerus
kekuasaan Keraton Yogyakarta. Situasi ini membuat kekacauan di Keraton Yogyakarta terus meningkat. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa Keraton
Yogyakarta secara berturut-turut dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono IV yang masih berumur tiga belas tahun dan Sultan Hamengku Buwono V yang
masih berumur tiga tahun. Situasi demikian membuat Keraton Yogyakarta hanya menjadi boneka bagi pemerintah kolonial melalui Paku Alam I dan Danurejo IV,
bahkan kepentingan golongan Cina melaui Tan Jin Sing. Di sisi lain, baik Paku Alam I, Tan Jin Sing, maupun Danurejo IV memiliki kepentingan lain untuk
memperlebar kekuasaan dan memperkaya keuangan pribadinya. Pangeran Diponegoro yang dalam beberapa literatur selalu berpihak pada
kepentingan rakyat kecil, seorang santri yang taat, dan memiliki kharisma yang kuat akhirnya terlibat secara langsung dengan pemerintahan Keraton Yogyakarta.
Pangeran Diponegoro sempat menjadi wali dalam pemerintahan Sultan Hamengku
Buwono V
sampai akhirnya
memutuskan berhenti
karena perseteruannya dengan Danurejo IV.
Latar belakang inilah yang membuat Pangeran Diponegoro melakukan perlawanan terhadap Kolonial dan kaki tangannya. Keadaan masyarakat di Jawa
116
bagian tengan dan selatan yang semakin memprihatinkan akibat kekacauan politik di keraton Yogyakarta membuat mereka secara besar-besaran bergerak untuk
membantu Pangeran Diponegoro dalam masa-masa perang Jawa. Uraian mengenai situasi politik di Yogyakarta merupakan referensi sejarah
mengenai perkembangan politik pada masa-masa sebelum pecahnya perang Jawa. Dalam rangka melakukan pendekatan historis, penulis akan mengkhususkan pada
relevansi fakta-fakta sejarah Diponegoro dengan novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah
karya Remy Sylado. Dalam hal ini, penulis memfokuskan fakta-fakta sejarah pada pemaparan Situasi politik di Yogyakarta menjelang
pecahnya perang Jawa. Pemaparan ini menjadi referensi penulis dalam melakukan analisis intrik-intrik politik yang terjadi dalam novel Pangeran Diponegoro :
Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado pada bab IV.
117
BAB IV INTRIK POLITIK
DALAM NOVEL PANGERAN DIPONEGORO: MENUJU SOSOK
KHALIFAH
Dalam bab ini, penulis memfokuskan penelitian pada pemaparan intrik politik yang terjadi dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.
Intrik adalah penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan KBBI, 2008: 4. Politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan dalam rakyat Surbakti, 1992: 2. Konsep Intrik Politik disimpulkan oleh penulis sebagai usaha penyebaran kabar bohong yang
sengaja untuk menjatuhkan lawan dengan tujuan mencari atau mempertahankan kekuasaan dalam rakyat.
Di dalam tatanan pemerintahan sebuah negara atau kerajaan, intrik politik sering digunakan penguasa untuk memperkuat kekuasaannya. Di pihak lain, intrik
politik juga dijadikan alat oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan bahkan menggeser kekuasaan penguasa. Keadaan demikian membuat konflik-konflik
terjadi antara penguasa dan lawan politiknya dalam rangka mempertahankan atau memperoleh pengaruh kekuasaan. Hal inilah yang terjadi dalam novel Pangeran
Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah .
117