Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Hasil Penelitian Tinjauan Pustaka Pendekatan

11 kompetensi sejarah umum yang dianggap relevan, sastra lama dengan kerajaan- kerajaan besar, sastra modern dengan gerakan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan pada umumnya. Dalam penelitian ini, penulis hanya akan melihat kedekatan antara novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado dengan beberapa teks sejarah antara lain Kuasa Ramalan : Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 Karya Peter Carey, Perdjanjian Gianti-Perang Pahlawan Dipanegara karya Soekanto, Pahlawan Dipanegara Berdjuang: Bara Api Kemerdekaan Tak Kunjung Padam karya Sagimun MD, dan Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari emporium Sampai Imperium karya Sartono Kartodirjo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimana alur dalam novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado? 1.2.2 Bagaimana situasi politik di Yogyakarta dalam teks sejarah pada masa pendudukan kolonial Belanda dan Inggris tahun 1811-1825? 1.2.3 Bagaimana intrik politik yang terjadi dalam Novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado? 12

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Mendeskripsikan alur dalam novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. 1.3.2 Mendeskripsikan situasi politik di Yogyakarta dalam teks sejarah pada masa kolonial Inggris dan Belanda tahun 1811-1825. 1.3.3 Menjelaskan intrik politik yang terjadi dalam Novel Pangeran Diponegoro Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.4.1 Dalam dunia sastra Indonesia, Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang penelitian sastra bercorak historis. 1.4.2 Penelitian ini dapat membantu praktisi sastra dalam memahami novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. 1.4.3 Penelitian ini dapat menjadi referensi studi sejarah tentang Pangeran Diponegoro, khususnya intrik-intrik politik yang terjadi sebelum peristiwa perang Jawa. 13

1.5 Tinjauan Pustaka

Sejauh pengamatan penulis, Novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado belum pernah diteliti sama sekali.

1.6 Landasan Teori

Penulis menggunakan beberapa teori untuk kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah teori alur, teori historis sastra, konsep politik, intrik, dan intrik politik.

1.6.1. Alur

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita Aminuddin, 1991 : 83. Menurut Nurgiyantoro 2007: 149, tahapan alur dapat dibagi menjadi lima tahapan, yaitu 1 tahap situation atau tahap penyituasian, 2 tahap generating circumstances atau tahap pemunculan topik, 3 tahap rising action atau tahap peningkatan konflik, 4 tahap climax atau tahap klimaks, dan 5 tahap denouement atau tahap penyelesaian. Tahap penyituasian adalah tahapan yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembuka cerita, 14 pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang akan dikisahkan pada tahap bertikutnya Nurgiyantoro, 2007: 149. Tahap pemunculan konflik adalah tahapan munculnya konflik. Konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap peningkatan konflik merupakan tahapan ketika konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan Nurgiyantoro, 2007: 149. Tahap klimaks merupakan tahapan ketika konflik yang terjadi mencapai titik intensitas puncak. Sebuah fiksi yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks. Tahap penyelesaian adalah tahapan konflik yang telah memasuki babak penyelesaian atau ketegangan dikendorkan. Dalam tahap ini, konflik-konflik yang lain atau konflik-konflik tambahan jika ada diberi jalan keluar atau ceritanya diakhiri Nurgiyantoro, 2007: 150.

1.6.2 Teori Sastra Historis

Karya sastra sebagai simbol verbal mempunyai beberapa peranan di antaranya sebagai cara pemahaman, cara perhubungan, dan cara penciptaan. Objek karya sastra adalah realitas, apapun juga yang dimaksud realitas oleh pengarang. Apabila realitas itu berupa peristiwa sejarah maka karya sastra dapat, pertama, mencoba menerjemahkan peristiwa itu dalam bahasa imaginer dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan 15 pengarang. Kedua, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan tanggapan mengenai suatu peristiwa sejarah. Dan ketiga, seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali sebuah peristiwa sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang Kuntowijoyo, 2006:171. Sesuai dengan perkembangan metode dan teori di satu pihak, usaha untuk menghindarkan sekat pemisah antar disiplin di pihak lain, masalah-masalah sosiologi dan sejarah dalam sastra justru menemukan tempat yang subur. Setidaknya ada tiga masalah yang perlu dikemukakan dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan historis, yaitu 1 relevansi fakta-fakta sejarah, dalam hal ini berkaitan dengan isi. 2 Homologi unsur-unsur, dalam hal ini berkaitan dengan struktur. 3 Relevansi proses kreatif dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan genre sastra Ratna, 2005: 354. Dalam penelitian ini, penulis akan mengkhususkan pada relevansi fakta- fakta sejarah Diponegoro dengan novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. Ratna 2005:356 menjelaskan bahwa keterlibatan fakta sejarah dapat diidentifikasikan secara jelas, seberapa jauh sebuah karya mencerminkan sejarah. Hubungan ini dapat dipahami melalui tokoh, kejadian, dan latar. Nama tokoh, nama tempat, dan tahun-tahun kejadian merupakan unsur- unsur yang sangat mudah untuk dikaitkan dengan sejarah umum, sisa peninggalan sejarah, dan sumber-sumber tertulis lain. Oleh karena itu, sastra sejarah bagi 16 masyarakat lama, novel sejarah bagi masyarakat modern dianggap sebagai memiliki fungsi-fungsi ganda, fungsi estetis sekaligus dokumen sosial Keberadaan fakta-fakta sejarah dalam sastra tidak harus memberikan makna yang sama dengan sejarah. Tujuan karya sastra dengan sejarah jelas berbeda. Sesuai dengan hakikatnya, tujuan karya seni adalah kualitas estetis, artinya, apapun yang terkandung di dalamnya difungsikan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila fakta sejarah memberikan makna sebagai kebenaran yang dapat dipercaya, sebaliknya karya sastra justru memberikan pertimbangan lain, bahkan sebaliknya Ratna, 2005:356 1.7 Batasan Istilah 1.7.1 Politik Penulis menggunakan konsep politik dalam rangka memahami intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά politika - yang berhubungan dengan negara dengan akar katanya πολίτης polites - warga negara dan πόλις polis - negara kota. Secara etimologi kata ‘politik’ masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata ‘politis’ berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata ‘politisi’ berarti orang-orang yang menekuni hal politik 17 http:id.wikipedia.orgwikiPolitikEtimologi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengertian politik sebagai kebijakan. Ramlan Surbakti 1992: 1-2, menjelaskan sejak awal hingga perkembangan yang terakhir ada sekurang-kurangnya lima pandangan mengenai politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan konsep politik yang ketiga yaitu politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rakyat. Hal ini dikarenakan konsep politik ini digunakan sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam hal ini direpresentasikan oleh penguasa dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah . Jadi, konsep politik yang ketiga ini yang paling relevan dalam memahami intrik politik novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. 18

1.7.2 Intrik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intrik adalah penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan KBBI, 2008: 544. Penulis menggunakan istilah intrik untuk mengidentifikasi segala bentuk penyebaran kabar bohong yang dilakukan tokoh-tokoh dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah untuk menjatuhkan lawan politiknya masing-masing.

1.7.3 Intrik Politik

Politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rakyat Surbakti, 1992: 2. Intrik adalah penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan KBBI, 2008: 4. Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan istilah intrik dan politik sebagai batasan istilah intrik politik yaitu usaha penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rakyat.

1.8. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini berdasarkan sejarahnya dan dibedakan dengan sejarah sastra, sastra sejarah, dan novel sejarah. Hal ini dikarenakan penelitian sastra dengan menggunakan pedekatan historis tidak bisa lepas dari fakta-fakta sejarah. 19 Diawali dengan melakukan analisis struktural terhadap novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Langkah selanjutnya adalah melihat teks sejarah yang berkaitan dengan situasi politik di Yogyakarta pada tahun 1811-1825. Setelah itu. penulis memfokuskan pada peristiwa-peristiwa yang menghadirkan intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Langkah terakhir adalah menarik relevansi antara intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah dengan situasi politik di Yogyakarta tahun 1811-1825 dalam beberapa teks sejarah seperti Kuasa Ramalan : Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 Karya Peter Carey, Perdjanjian Gianti- Perang Pahlawan Dipanegara karya Soekanto, Pahlawan Dipanegara Berdjuang: Bara Api Kemerdekaan Tak Kunjung Padam karya Sagimun MD, dan Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari emporium Sampai Imperium karya Sartono Kartodirjo.

1.9 Metode Penelitian