Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo 2011 juga menjelaskan penggunaan partikel, tetapi lebih didasarkan pada fungsi sintaksisnya tanpa
memperhatikan distribusi dan konteks pemakaiannya. Hal tersebut yang menjadikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetiyo 2011. Dilihat dari objek penelitiannya pun berbeda. Objek penelitian oleh Prasetiyo 2011 yaitu tuturan masyarakat Jawa dan Sunda di
Kabupaten Tangerang, sedangkan objek penelitian ini berupa tuturan masyarakat Jawa yang terdapat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati.
2.2 Landasan Teoretis
Teori-teori yang digunakan sebagai dasar pembahasan masalah penelitian ini adalah 1 kategori fatis, 2 fungsi fatis, 3 partikel, 4
distribusi partikel, dan 5 konteks.
2.2.1 Kategori Fatis
Malinowski memperkenalkan fatis untuk pertama kali dalam tulisannya the problem of Meaning in Primitive Language dalam Ogden dan Richards
1923:296 dengan istilah “Phatic Communion”, yaitu suatu ujaran yang
mengikat satu kesatuan yang diciptakan dengan pertukaran kata-kata belaka. Dalam komunikasi tersebut kata-kata tidak membawa arti, melainkan
memenuhi suatu fungsi sosial. Komunikasi tersebut membentuk kontak sosial dan sekaligus menjaganya, sehingga dapat dikatakan bahwa fatis berfungsi
untuk membentuk dan menjaga kontak atau hubungan sosial dalam komunikasi.
Kridalaksana 2005:114-116 mengungkapkan bahwa kategori fatis merupakan
ragam bahasa
lisan yang
bertugas untuk
memulai, mempertahankan, mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan
bicara. Kategori fatis tidak dapat diucapkan dengan monolog dan biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wacana bersambutan, yaitu kalimat-
kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian kategori fatis merupakan ciri ragam lisan yang nonstandar sehingga kebanyakan
kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori fatis merupakan
ragam bahasa
lisan yang
bertugas untuk
memulai, mempertahankan, mengukuhkan pembicaraan dengan tujuan memperlihatkan
rasa sopan santun antara penutur dan mitra tutur. Dalam ragam bahasa lisan atau peristiwa tutur suatu dialek tertentu, dapat dijumpai pula pemakaian
bentuk-bentuk partikel dalam dialek tersebut.
2.2.2 Fungsi Fatis
Seperti halnya bahasa, kategori fatis yang termasuk dalam kelas kata bahasa dan terdapat dalam suatu komunikasi tentu mempunyai fungsi.
Menurut Jakobson 1980:81 terdapat enam faktor yang menentukan berkaitan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Keenam faktor tersebut
adalah addresser pengirim pesan, addressee penerima pesan, context konteks, message pesan, contact kontak, dan code kode. Unsur utama
komunikasi adalah pengirim, pesan dan penerima. Konteks, kontak, dan kode
merupakan unsur penunjang. Unsur pengirim, penerima, dan kontak merupakan unsur yang berhubungan dengan topik pembicaraan.
Jakobson 1980:81, membuat skema enam faktor dalam komunikasi verbal yang dikaitkan dengan fungsi bahasa. Skemanya adalah sebagai
berikut. CONTEXT
referensial
MESSAGE poetic
ADDRESSER ADDRESSEE
emotive conative
CONTACT phatic
CODE metalingual
Gambar 1. Skema hubungan Enam Faktor Komunikasi Verbal dengan Fungsi Bahasa Jakobson 1980:81
Setiap faktor dalam komunikasi verbal saling berhubungan. Namun, menurut Jakobson 1980:82 dalam suatu peristiwa komunikasi kemungkinan
muncul satu faktor atau lebih yang dianggap dominan. Dominasi itulah kemudian yang melahirkan fungsi bahasa. Menurut Jakobson 1980:82,
ujaran yang penekannya pada acuan atau konteks context mempunyai fungsi referensial referensial. Jika penekanan ujaran pada pengirim pesan
addresser, ujaran tersebut berfungsi emotif emotive atau fungsi ekspresif. Ujaran yang berorientasi kepada penerima pesan addressee mempunyai
fungsi konatif conative. Fungsi konatif bahasa terdapat dalam kalimat perintah Jakobson 1980:83.
Jika sebuah ujaran menekankan pada kontak contact, yang dihasilkan adalah fungsi fatis bahasa phatic. Fungsi fatis bahasa biasanya berfungsi
untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi, untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian
lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan Jakobson 1980:84. Fungsi puitis poetic bahasa terjadi bila suatu ujaran penekanannya
pada pesan message yang disampaikan. Fungsi metabahasa metalingual adalah fungsi bahasa yang penekanannya pada code.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan keenam fungsi bahasa menurut Jakobson 1980: 81-86 adalah sebagai berikut.
1 Fungsi referensial bahasa referensial, jika peristiwa komunikasi
banyak diisi oleh informan tentang acuan. Fungsi bahasa ini muncul bila komunikasi bersifat menjelaskan sebuah peristiwa dan keadaan.
2 Fungsi ekspresif emotif bahasa expressiveemotive, jika peristiwa
komunikasi didominasi oleh pengirim dengan menampakkan hal-ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara.
3 Fungsi konatif bahasa impressive atau conative, jika peristiwa
komunikasi didominasi oleh harapan agar si penerima pesan berubah atau melakukan sesuatu setelah komunikasi terjadi.
4 Fungsi fatis bahasa phatic, jika penekanan komunikasi lebih
diarahkan pada bagaimana sebuah komunikasi dibangun. Fungsi
bahasa ini muncul ketika pengirim ingin memulai komunikasi, menjaga alur komunikasi dan juga untuk memutuskan komunikasi.
5 Fungsi puitik bahasa poetic, jika yang ditekankan adalah bentuk dari
pesan yang hendak disampaikan. 6
Fungsi metabahasa metalingual muncul jika komunikasi membahas penggunaan bahasa untuk menjelaskan bahasa.
Menurut Leech 1977:50 terdapat lima fungsi bahasa adalah sebagai berikut.
1 Fungsi informatif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat menyampaikan
informasi. 2
Fungsi ekspresif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat mengekspresikan sikap dan perasaan penutur.
3 Fungsi direktif, yaitu fungsi bahasa sebagai alat mempengaruhi sikap
atau perilaku orang lain. 4
Fungsi estetis, yaitu fungsi bahasa untuk kepentingan bahasa sebagai seni.
5 Fungsi fatis, yaitu fungsi bahasa untuk membuka dan menjaga jalur
komunikasi berkesinambungan atau agar hubungan sosial baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi fatis adalah untuk memulai
komunikasi, menjaga alur komunikasi dan juga untuk memutuskan komunikasi agar hubungan sosial baik.
2.2.3 Partikel Bahasa Jawa