BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian bahasa, khususnya partikel bahasa hingga saat ini merupakan kajian menarik. Hal tersebut terbukti, masih banyaknya penelitian partikel
bahasa yang sifatnya melengkapi dan menguatkan hasil penelitian yang telah ada.
Sebagai studi kajian pustaka dalam penelitian ini adalah telaah terhadap hasil penelitian oleh beberapa peneliti, di antaranya penelitian yang dilakukan
oleh Sumarlam 2006, Setiyowati 2008, Sugiarto 2008, dan Prasetiyo 2011.
Sumarlam 2006 dalam jurnalnya yang berjudul “Karakteristik
Penggunaan Bahasa Jawa dalam Berita „Trang Sandyakala‟ di Stasiun Televisi Terang Abadi” terdapat kategori fatis yang digunakan dalam ragam
lisan baku yaitu siaran berita Trang Sandyakala di TATV. Kategori fatis tersebut berupa kata dan frasa. Kategori fatis berupa kata hanya ditemukan
satu kata yaitu nuwun „permisi‟. Kata nuwun „permisi‟ digunakan secara
konsisten oleh pembaca berita sebagai kata penutup pada setiap berita. Kategori fatis tersebut berfungsi untuk mengakhiri seluruh siaran berita Trang
Sandyakala di TATV dan ditempatkan pada akhir siaran. Adapun kategori fatis yang berupa frasa dalam siaran berita Trang Sandyakala di TATV
merepresentasikan ucapan terima kasih, ucapan selamat sesuai dengan
8
kondisi saat berita disampaikan kepada pemirsa, ucapan selamat sore, dan ucapan salam perpisahan.
Penelitian Sumarlam 2006 yang juga membahas tentang kategori fatis, tetapi hanya mencakup kata dan frasa yang terdapat dalam tuturan bahasa
Jawa pada siaran berita. Dalam penelitiannya, tidak ditemukan partikel bahasa Jawa karena objek yang dikaji adalah ragam baku, sedangkan partikel dalam
penelitian ini banyak digunakan dalam ragam tidak baku. Hal inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Sumarlam 2006. Bila dilihat
dari objek penelitiannya, objek penelitian Sumarlam 2006 berupa tuturan siaran berita di televisi yang menggunakan ragam baku, sedangkan objek
penelitian ini berupa tuturan langsung yang terjadi di dalam masyarakat dan merupakan ragam tidak baku. Dalam tuturan tersebut akan banyak muncul
partikel yang akan diteliti secara mendetail beserta fungsinya menurut distribusi dan konteks yang menyertai.
Penelitian Setiyowati 2008 dalam skripsinya yang berjudul “Interferensi
Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada Kolom „piye ya?‟ Harian Suara Merdeka menemukan interferensi sintaksis yang
berupa pemakaiaan partikel bahasa Jawa yaitu kok, piye jalpiye to, lho, dan to pada saat penutur berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Partikel-
partikel tersebut memiliki fungsi tergantung pada konteks pemakaiannya dalam kalimat. Seperti, partikel kok digunakan oleh penutur untuk
menyatakan makna penegasan. Penggunaan partikel piye jalpiye to bahasa Jawa digunakan oleh penutur untuk menyatakan pertanyaan. Partikel lho
digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna memastikan, sedangkan penggunaan partikel to digunakan oleh penutur untuk menyatakan makna
penegasan. Dalam hal ini, penutur menggunakan partikel untuk mengungkapkan perasaan dan emosi yang ada pada dirinya.
Penelitian Setiyowati 2008 yang juga menyinggung tentang pemakaian partikel bahasa Jawa dan fungsinya, tetapi hanya ditekankan pada kalimat
yang menyertai. Inilah yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyowati 2008. Pada penelitian ini, partikel beserta
fungsi pemakaiannya lebih ditekankan pada distribusi dan konteks yang menyertai. Selain itu, objek penelitian oleh Setiyowati 2008 yaitu tuturan
yang terdapat dalam ragam tulis pada harian Suara Merdeka, sedangkan penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah tuturan langsung yang
terdapat dalam masyarakat dan termasuk ragam lisan. Sugiarto 2008 dalam skripsinya yang berjudul “Partikel Fatis Si,
LiTliTuli, Be, Ko, Mbog, JenJan, Nden dalam Bahasa Jawa Dialek Banyumas di Purbalingga” memaparkan fungsi tujuh partikel bahasa Jawa
dialek Banyumas berdasarkan distribusi dan konteks yang menyertainya. Dalam penelitiannya fungsi ketujuh partikel itu untuk memulai komunikasi,
mempertahankan komunikasi, dan mengakhiri komunikasi dengan penekanan atau pernyataan yang berbeda-beda.
Kelebihan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto adalah pemaparan fungsi partikel dijelaskan secara mendetail berdasarkan distribusi dan konteks
yang menyertainya, tetapi kelemahannya hanya meneliti partikel tunggal,
tidak termasuk bentuk partikel campuran. Penelitian Sugiarto relevan dengan penelitian ini karena mempunyai persamaan, salah satunya meneliti partikel
bahasa Jawa beserta fungsi pemakaiannya. Namun, perbedaannya terletak pada objek kajian. Objek kajian Sugiarto berupa tuturan dialek Banyumas di
Purbalingga, sedangkan objek kajian penelitian ini tuturan masyarakat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati yang dominan menggunakan
dialek Pati. Prasetiyo 2011 dalam skripsinya yang berjudul
“Status Kebahasaan Jawa-
Sunda dan Bilingualisme di Kabupaten Tangerang, Banten” juga membahas penggunaan partikel pada isolek Jawa-Sunda di Kabupaten
Tangerang yang meliputi partikel tah, gah, geh, sih pada Bahasa Jawa di Kabupaten Tangerang dan partikel tah, ja, jing, mah, jasa pada Bahasa Sunda
di Kabupaten Tangerang. Partikel tah digunakan sebagai penegas kata tanya, partikel gah digunakan sebagai kata penjelas akibat perbuatan sesuatu, partikel
geh dan sih digunakan sebagai penjelas kata perintah. Partikel geh juga digunakan sebagai makna penegasan, sedangkan partikel tah dalam bahasa
Sunda merujuk pada sesuatu atau sebagai penjelas dalam penunjukan dan juga berfungsi sebagai penjelas dari akibat atau hasil sesuatu. Partikel ja digunakan
sebagai penjelas atas suatu penyangkalan, partikel jing digunakan sebagai penjelas atas suatu perintah, partikel mah digunakan sebagai penegas, dan
partikel jasa digunakan sebagai penjelas jarak atau ukuran yang jauh atau lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo 2011 juga menjelaskan penggunaan partikel, tetapi lebih didasarkan pada fungsi sintaksisnya tanpa
memperhatikan distribusi dan konteks pemakaiannya. Hal tersebut yang menjadikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetiyo 2011. Dilihat dari objek penelitiannya pun berbeda. Objek penelitian oleh Prasetiyo 2011 yaitu tuturan masyarakat Jawa dan Sunda di
Kabupaten Tangerang, sedangkan objek penelitian ini berupa tuturan masyarakat Jawa yang terdapat di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten
Pati.
2.2 Landasan Teoretis