Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor

dari keahlian Ibunya, enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang khas dan langka itu sampai kini masih dapat digelar atau dipentaskan kembali namun bukan dalam bentuk ngamen, melainkan undangan pentas Soipah, 2007: 11-12.

4.2.2. Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor

Suwitri lahir di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Suwitri saat ini telah berusia 66 tahun. Di usianya yang senja, Suwitri masih gigih dalam bekerja sebagai petani. Suwitri sudah lama menjanda karena suaminya meninggal dunia. Meskipun anak-anak Suwitri sudah berkeluarga ia masih tetap bekerja dan berusaha. Suwitri tinggal di rumah kecil yang bangunannya sudah direnovasi dari hasil bantuan dari Universitas Pancasakti Tegal. Gambar 1 Suwitri Foto: Irchami Putriningtyas, April 2013 Suwitri merupakan generasi penerus Tari Topeng Slarang Lor, beliau mendapatkan warisan Tari Topeng Slarang Lor berasal dari Ibunya Warmi. Suwitri bersama anaknya yaitu Purwanti sampai sekarang ini tetap melestarikan Tari Topeng Slarang Lor yang diwarisi oleh Ibunya. Suwitri setiap pukul 03:00 WIB bangun untuk mempersiap daganganya yaitu berjualan nasi bungkus. Suwitri setiap hari melakukan pekerjaannya dengan dibantu oleh anak perempuannya yaitu Purwanti yang merupakan pewaris yang bisa juga menarikan Tari Topeng Slarang Lor. Suwitri selain sebagai penari, setiap pagi berjualan nasi bungkus didepan rumahnya, dan bekerja sebagai petani. Suwitri sampai sekarang masih bekerja sebagai penari dan pedagang nasi walaupun tubuhnya semakin rentah tetapi Suwitri masih tegar untuk mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sewaktu Suwitri berusia 8 tahun, selalu ikut Ibunya yaitu Warmi ikut mbarang-mbarang artinya ikut tanggapan keliling. Setiap Warmi menari Suwitri selalu melihat gerak tarinya sampai selesai, dari desa ke desa dari kota-ke kota menari untuk mencari nafkah. Karna itulah Suwitri bisa menari tanpa diajar menari oleh Warmi, bakat Suwitri sekarang diwariskan juga kepada anak nya yang bernama Purwanti hingga saat ini. Atas jasa pengabdiannya dalam melestarikan dan mengembangkan Tari Topeng Slarang Lor, Suwitri mendapatkan piagam penghargaan dari Bupati Tegal yaitu Bapak Agus Riyanto pada tanggal 31 Mei 2008. Sebelumnya pada tanggal 23 januari 1993 Suwitri mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tegal yaitu Drs. Akhmad Khafid. Dan pada tanggal 23 Juni 2010 suwitri mendapat penghargaan dari Mentri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia yaitu Bapak Jero Wacik S.E Suwitri merupakan orang yang dikenal di daerah Kabupaten Tegal khususnya di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal yaitu setelah Suwitri mendapat gelar sebagai sang Maestro tari tradisi dan mendapatkan bantuan dari pemerintah sejumlah Rp1.200.000, perbulannya. Sebelum menjadi sang Maestro Seni tahun 2010. Suwitri sudah mendapatkan dana bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tegal untuk biaya hidup, tetapi karena Ibu Suwitri sebagai tulang punggung keluarga, sehingga dirasa masih kurang untuk kebutuhan hidup keluarga Suwitri. Seperti perkataan Ibu Suwitri pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu: “akeh tetangga sing ngomong jarene kulo kiye wong wis tua tapi ngangsa, tiap wulane wis olih duwit ya susah-susah kerja maning. Kulo niki kebutuhane akeh nok dadine aja wedi kesel ben tetep bisa urip. Kulo nok yen gon nari megin lincah men delengane kaya kiye klentak-klentuk“ Banyak tetangga yang berbicara katanya saya sudah tua tetapi masih mencari nafkah, setiap bulanya sudah mendapatkan uang tetapi masih susah-susah bekerja. Saya masih banyak kebutuhannya jadi jangan takut cape agar bisa tetap hidup. Saya kalau disuruh nari masih lincah meskipun kelihatanya saya sudah tua rentah. Suwitri mempunyai keinginan terbesar untuk mempunyai sanggar sendiri di Desa Slarang Lor yang lengkap dengan seperangkat gamelan. Suwitri ingin tarian yang diwarisi oleh Ibunya tetap lestari di Kabupaten Tegal khusunya di Desanya sendiri yaitu Di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Sekarang Suwitri tidak perlu khawatir karena keinginan terbesarnya sudah terwujud. Pada tahun 2010 Suwitri mendapatkan bantuan dari Universitas pancasakti Tegal berupa bangunan sanggar didekat rumahnya. Dalam pentas enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor, kelak penarinya akan menggunakan Topeng berbentuk lukisan wajah manusia yang menampilkan wanda ekspresi, watak, wajah, pamor dan bentuk rupa yang ditarikan. Sedangkan gerak tarinya menyesuaikan karakter wanda yang dilukiskan di wajah tersebut. Untuk Kabupaten Tegal enam Jenis kedok atau Topeng ini dIbuat dan dipertahankan terus oleh leluhur Pak Dharma yang merupakan dalang wayang Golek Cepak dan ahli pembuat wanda Topeng gaya khas Tegal. Bahan yang digunakan untuk membuat topeng adalah kayu glondongan jenis Kayu Kedondong Jaran kayu pohon kedondong yang tidak berbuah. Berikutnya bisa juga mengunakan kayu nangka, kayu sawo. Saat ini Pak Dharma satu-satunya pembuat topeng untuk kelengkapan penari tinggal Pak Dharma seorang diri. Pencarian kayu kedondong jaran sampai saat ini sangat sulit. Sehingga kayu nangka dan pohon sawo lah yang dipilih Pak Dharma untuk membuat berbagai jenis topeng. Bahan lainnya adalah tlatah, dempul, paku dan cat 1 2 Gambar 2 Alat Pembuat Wanda Foto: Irchami Putriningtyas, April 2013 Tampak pada gambar 2 adalah Alat yang digunakan untuk membuat topeng terdiri dari dua pisau serut dengan pegangan hitam pada nomer dua dan Tlatah kecil berjumlah tujuh buah dan tlatah besar berjumlah lima buah pada nomer satu.

4.3. Struktur Pertunjukan Tari Topeng Slarang Lor