menjadi tua. Jika semula tari topeng di jaman Hindu Kerajaan Majapahit berjumlah ratusan wanda wajah atau pamor dan karakter, akibat dari runtuhnya
kerajaan Majapahit seni Tari Topeng pun bergerak pindah ke Bali, dan sampai pula ke daerah Malang Jawa Timur masih terjaga kira-kira lima puluhan
jenisnya, dan bisa digunakan sebagai materi pagelaran “wayang topeng”. Sampai di Tegal secara turun temurun hanya mampu dipertahankan 12
wanda pamor atau wajah dengan 12 tarian dan karakternya masing-masing. Namun sejak meninggalnya Ibu Darem generasi ke tujuh penerus penari topeng
Slarang Lor, kini hanya bisa dimainkan Suwitri enam Jenis tarian saja. Latar belakang lahirnya enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang berada
di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal dapat dilihat dari dua aspek yaitu, asal-usul adanya Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor
dan profil penerus enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor di Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal.
4.2.1. Asal-usul Lahirnya Kesenian Tari Topeng Slarang Lor
Kesenian yang bersifat tradisional memiliki latar belakang atau sejarah, begitu juga dengan kesenian Tari Topeng Slarang Lor. Tari Topeng Slarang Lor
dilestarikan dan dikembangkan di Jln. Masjid RT 01 RW 02 Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Seperti yang dikatakan pada
wawancara dengan Purwanti tanggal 14 April 2013 tentang sejarah adanya Tari Topeng Slarang Lor yaitu:
“Tari Topeng Slarang Lor kuwe tari warisan saking Mbah kulo, Mbah Darmi. Kulo apal enam gerakan Tari Topeng
sing diwarisi mbah kulo, Gemiyen Tari Topeng diarani
Ronggeng Warmi” Tari Topeng Slarang Lor adalah tarian warisah dari Mbah saya yaitu Mbah Darmi . saya bisa
menghafal enam Jenis Tari Topeng yang diwariskan Mbah saya, dahulu Tari Topeng disebut Ronggeng Warmi
karena yang bisa menarikannya Cuma Mbah Warmi.
Tari Topeng Slarang Lor sekitar tahun 1950 dikenal dengan nama Ronggeng Warmi oleh masyarakat Desa Slarang Lor Kecamatan Dukuhwaru
Kabupaten Tegal. Hal ini karena tokoh penerus dan pelestarinya lebih dominan dikenal ketimbang nama atau jenis kesenian tersebut. Bahkan pada umumnya saat
itu masyarakat belum dapat membedakan antara Ronggeng dengan Tari Topeng. Warmi memang penari Topeng Gaya Tegal yang berasal dari Desa Slarang Lor
Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal. Warmi mewarisi 12 Jenis Tarian dan keahlian menarinya itu diperoleh dari
orang tuanya yang bernama Darmi berasal dari Desa Bogares Kidul, Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal dan pada saat ini keahliannya itu diwariskan pada
cucunya yang bernama Suwitri. Walaupun tidak semua jenis Tari Topeng Slarang Lor diwariskan pada Suwitri, karena 12 jenis tarian yang dikuasai Ibunya hanya
mampu dikuasainya separuh saja. Suwitri pun sampai sekarang hanya mampu mementaskan enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor. Seperti yang dikatakan
Suwitri 66 tahun pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu: “Tari Topeng sing diwarisi Ibu kulo asline jumlahe 12
tarian, tapi kulo mung apal enam tarian. Jaman mbiyen musik dienggo durung lengkap dadine kulo kanggelan
ngapalna, asal ana musik kulo karo Ibu njoget bae ”Tari Topeng yang diwarisiari Ibu saya sebenarnya
ada 12 macam tetapi saya hanya menghafal enam macam tarian saja. Karena pada jaman dahulu musik
yang digunakan untuk mengiringi tarianya belum selengkap jaman sekarang, hal itu menyebabkan saya
sulit untuk menghafalkan gerakannya, kala itu asalkan
ada musik yang berbunyi saya dan Ibu saya akan menari saja.
Pada jaman dahulu yaitu sekitar tahun 1950 setiap pasca panen padi, Warmi bersama anggota keluarganya berkeliling dari desa ke desa untuk menjual
jasa seninya sebagai tambahan penghasilan istilahnya ngamen. Kemanapun Warmi pergi berkeliling untuk menari ngamen dan mengharap ditanggap,
putrinya yang bernama Suwitri selalu dibawanya. Tentu saja dengan harapan anak perempuannya dapat mewarisi keahlian yang dimilikinya. Warmi ingin Suwitri
bisa menjadi penerus seni Tari Topeng Slarang Lor. Tari Topeng Slarang Lor seringkali ditanggap oleh masyarakat untuk keperluan hajatan sunatan, temanten,
turun tanah, nazar dan lainnya sebagai sarana hiburan. wawancara, Ibu Purwanti April 2013.
Tari Topeng Slarang Lor dipentaskan dihalaman penanggap di pekarangan yang luas. Biasanya di daratan yang rata dan berpanorama pedesaan yang indah
sebagai latar belakangnya. Setiap ada pagelaran Tari Topeng Slarang Lor atau yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai kesenian Ronggeng, penonton
yang menyaksikan banyak sekali. Mereka terdiri dari kalangan orang tua, remaja dan anak-anak. Kondisi ini menunjukkan masa itu masyarakat pedesaan sangat
haus akan hiburan. Gerak 12 Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang ditampilkan oleh Ronggeng
Warmi sangat indah, lincah dan dinamis serta bermakna. Begitu pula wanda kedok yang dipakainya memancarkan aura dan mengandung makna dengan pesan
tersendiri sehingga mengagumkan. Sebelum menggelar pementasan Warmi selalu melakukan ritual dengan membaca doa-doa. Hal itu dimulai tatkala Warmi
melakukan keramas rambut, mandi dan dalam satu minggu menjalani ngasrep makan, minum serba tawar, serta menyiapkan sesaji atau sesajen dengan
harapan penghormatan pada roh leluhur. Pementasan Tari Topeng Slarang Lor selalu saja berjalan lancar, selamat, banyak penontonnya, banyak yang
menanggap dan banyak uang yang diperoleh. Seperti yang dikatakan Purwanti 42 tahun pada wawancara tanggal 14 April 2013 yaitu:
“Sejak jamane buyut Darem masih hidup. Setiap arep pertunjukan tari Topeng Slarang Lor dipentasna pasti
wonten Rituale ndisit mbak. Sesaji sing diperlukna bangsane: pepohonan, reruawatan, wringin, cindong,
tebu wulung, pring gading, sesajen berupa makanan, nasi tumpeng panggang ayam, nasi bucet 12 bucet,
apem abang putih, banyu kembang tujuh rupa, kupat lupet, juanda pasar. Sampe diwarisna anak cucu adat
kuwe ora bakalan ilang. sejak jaman mbah buyut darem masih hidup. Setiap akan diadakan Tari
Pertunjukan Topeng Slarang Lor pasti ada Ritual terlebih dahulu mbak. Sesaji yang diperlukan
diantaranya: pepohonan, reruawatan, wringin, cindong, tebu wulung, bambu gading, sesajen berupa makanan,
nasi tumpeng panggang ayam, nasi bucet 12 bucet, apem merah putih, air bunga tujuh rupa, kupat lupet,
juanda pasar.
Saat Warmi berusia lanjut, Warmi memutuskan sendiri untuk berhenti menari. Semua gamelan dan topengnya dipindah tangankan pada kolektor barang-
barang antik dengan kata lain dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kondisi usia, kesehatan dan ekonomi Warmi ini menjadikan
masyarakat Slarang Lor merasa kehilangan sebab untuk memperolehnya kembali materi tersebut akan sulit dan sangat tidak mungkin bisa diperoleh kembali.
Namun demikian masyarakat Slarang Lor masih bisa beruntung dengan adanya anaknya yang bernama Suwitri. Meski Suwitri hanya mewarisi sebagian
dari keahlian Ibunya, enam Jenis Tari Topeng Slarang Lor yang khas dan langka itu sampai kini masih dapat digelar atau dipentaskan kembali namun bukan dalam
bentuk ngamen, melainkan undangan pentas Soipah, 2007: 11-12.
4.2.2. Profil Penerus Tari Topeng Slarang Lor