Berpikir Aljabar Landasan Teori

Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator 1 membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, 2 membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan 3 membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. 4 Klarifikasi Lebih Lanjut Advanced Clarification Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu 1 mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan 2 mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan. 5 Dugaan dan Keterpaduan Supposition and Integration Tahap ini terbagi menjadi dua indikator 1 mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan 2 menggabungkan kemampuan-kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.

2.1.8 Berpikir Aljabar

Berpikir aljabar atau algebraic thinking merupakan istilah yang digunakan untuk merepresentasikan aktivitas yang dilakukan dalam mempelajari aljabar. Aljabar merupakan salah satu materi yang diberika ketika mempelajari matematika di sekolah. Mason, et al sebagaimana dikutip oleh Becker Rivera 2007: 1, mengatakan bahwa ―Every learner who starts school has already displayed the power to generalize and abstract from particular cases, and this the root of algebra ‖. Setiap siswa yang memulai sekolah telah menunjukkan kemampuan untuk menggeneralisasikan dan mengabstraksikan kasus-kasus tertentu, dan hal ini merupakan akar dari aljabar. Becker Rivera 2007: 1 mengatakan ―Because the ability to generalize successfully is a critical aspect of algebraic thinking and reasoning, this area of algebra research merits more attention in the mathematics education community ‖. Karena kemampuan untuk menggeneralisasikan merupakan aspek yang penting dari berpikir aljabar dan penalaran, maka bagian dari penelitian aljabar ini mendapat perhatian lebih dalam komunitas pendidikan matematika. Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli tentang aljabar Ulusoy, 2013. Menurut Berdnaz, Kieran Lee sebagaimana dikutip oleh Ulusoy 2013 ada ahli yang menyatakan aljabar sebagai ―cara mengekspresikan sesuatu yang bersifat umum dan pola‖, ―studi tentang manipulasi simbol dan penyelesaian persamaan‖, ―studi tentang fungsi dan transformasinya‖, ―cara menyelesaikan masalah‖, dan ―pemodelan‖. Blanton dan Kaput 2011 menyebutkan beberapa kategori bentuk pemahaman aljabar dalam bentuk secara langsung atau terencana dalam pembelajaran di kelas, antara lain: generalisasi aritmetika, hubungan fungsional, sifat bilangan dan operasinya, dan perlakuan bilangan secara aljabar. Definisi lain tentang kemampuan aljabar juga diungkapkan oleh Driscoll 1999 yang menyatakan kemampuan aljabar sebagai kemampuan untuk merepresentasikan bentuk kuantitatif sehingga hubungan antar variabel menjadi jelas. Selain itu Vance 1998 juga menjelaskan pemahaman aljabar sebagai suatu bentuk penalaran yang melibatkan variabel, generalisasi, representasi dari berbagai bentuk hubungan, dan abstraksi dari berbagai bentuk perhitungan. Sedangkan menurut Panasuk 2010, pemahaman proses dalam aljabar dikaitkan dengan generalisasi aritmetika, di mana proses operasi dan aturan yang digunakan dalam aljabar pada dasarnya merupakan kelanjutan dari aritmetika. Menurut Knuth, et al 2005 kemampuan berpikir aljabar bergantung pada pemahaman ide kunci yang paling mendasar tentang ekuivalensi dan variabel. Pengetahuan tentang ekuivalensi merupakan salah satu konsep yang mendasar dalam aljabar Johnson, et al , 2010. Secara umum tanda ―sama dengan‖ merupakan simbol yang memegang peranan penting dalam ilmu matematika, khususnya pada materi aljabar. Dalam domain aljabar, Kieran 1992 dan Knuth, et al 2005 menyatakan bahwa ―salah satu persyaratan untuk menghasilkan dan menafsirkan representasi struktural dari suatu persamaan adalah konsep kesetaraan simetris dan transitif, yang biasa disebut ―ekuivalensi kiri-kanan dari tanda sama dengan‖‖. Namun, berbagai literatur dan hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak memandang tanda sama dengan sebagai simbol kesetaraan yaitu, sebuah simbol yang menunjukkan hubungan antara dua kuantitas, melainkan hanya memandangnya sebagai penanda suatu hasil atau jawaban dari operasi aritmetika Knuth et al, 2008.

2.1.9 Kemampuan Berpikir Aljabar Menurut Kieran

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN TAPPS BERBANTUAN ROAL MATEMATIKA TERHADAP MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII

0 34 394

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN SISWA PADA MATEMATIKA DENGAN Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Siswa pada Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Posing (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Ta

0 2 22

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN SISWA PADA MATEMATIKA DENGAN Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Penalaran Siswa pada Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Posing (PTK Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Ta

0 0 14

Kontribusi Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Kelas VII SMP AWAL

0 1 16

A. KISI – KISI SOAL PENULISAN SOAL UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK - Analisis KBKM

1 17 26

PENGEMBANGAN LKS UNTUK MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMP

0 1 12

TRANSISI KEMAMPUAN BERPIKIR ARITMATIKA KE KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

0 1 8

1 KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

1 1 8