Perubahan Kimia Dalam Keadaan Tergenang

2.4.8. Magnesium

Kadar Mg 2+ dalam larutan tanah sangat bervariasi, umumnya berkisar antara 5-50 ppm. Pada tanah bertekstur halus, kadar Mg mencapai 4. Ketersediaan Mg dipengaruhi oleh pH, kejenuhan Mg, perbandingan dengan kation yang lain terutama Ca dan K dan tipe liat Leiwakabessy, 1988. Magnesium diambil tanaman dalam bentuk Mg 2+ melalui aliran massa dan intersepsi. Unsur ini mobil dalam tanaman sehingga kekurangan unsur ini pertama-tama muncul pada daun yang tua di bagian bawah. Pada tingkat awal terjadi khlorosis di antara tulang daun Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.

2.5. Perubahan Kimia Dalam Keadaan Tergenang

Perubahan kimia dan elektrokimia tanah dalam keadaan tergenang yang penting adalah : 1. Kekurangan oksigen 2. Turunnya potensi reduksi-oksidasi redoks 3. Peningkatan pH pada tanah masam dan penurunan pH pada tanah alkali atau tanah kapur 4. Reduksi Fe 3+ menjadi Fe 2+ dan Mn 4+ menjadi Mn 2+ 5. Reduksi NO 3 - dan NO 2 - menjadi NH 4 + , N 2 dan N 2 O 6. Peningkatan ketersediaan fosfat, silikon, dan molibdenum 7. Menurunkan kadar seng dan tembaga yang larut 8. Merangsang terbentuknya senyawa karbondioksida, metan dan senyawa beracun, seperti asam organik dan sulfida hidrogen De Datta, 1981. Proses pelumpuran dapat menyebabkan terjadinya beberapa perubahan pada sifat fisik, kimia dan mikrobiologi tanah. Beberapa perubahan kimia, fisik dan biologi tanah akibat pelumpuran mempunyai arti penting bagi sumber-sumber nutrisi tanaman. Perubahan kimia biasanya terjadi pada reaksi-reaksi yang berhubungan dengan ketersediaan oksigen, yaitu reaksi oksidasi dan reduksi Patrick dan Reddy, 1978. Proses pelumpuran ini dapat memberikan beberapa keuntungan antara lain adalah menekan pertumbuhan gulma, meningkatkan daya menahan air, dan meningkatkan kelarutan basa-basa Dei dan Maida, 1973 dalam Situmorang dan Sudadi, 2001. Gas pada tanah tergenang banyak dijumpai berupa CO 2 , methan, dan gas nitrogen. Gas nitrogen merupakan produk gas yang utama dalam tanah segera setelah digenangi, diikuti oleh peningkatan jumlah CO 2 dan methan. Gas hidrogen biasanya tidak terakumulasi dalam jumlah yang banyak pada tanah tergenang Situmorang dan Sudadi, 2001.

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan September 2005 di Rumah Kaca Cikabayan dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah Ultisol Darmaga, benih padi IR-64, Enriched Humic Sustances EnricHS PMF granul 15 N total, 8 P 2 O 5 , 17 K 2 O, 2 CaO, 2 MgO, 2 C-Organik, dan 1 hara Mikro, Urea, KCl, SP36, serta bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman.

3.3. Metode Percobaan

Perlakuan yang diterapkan pada percobaan ini terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 ulangan, sehingga didapat 15 satuan percobaan. Perlakuan tersebut antara lain : 1. Tanpa pupuk atau Kontrol P0 2. Pupuk konvensional 195,65 kgha Urea; 101,67 kgha SP36; 180,76 kgha KCl atau standar P1 3. EnricHS PMF dengan dosis 30 pupuk konvensional atau EnricHS 30 P2 4. EnricHS PMF dengan dosis 35 pupuk konvensional atau EnricHS 35 P3 5. EnricHS PMF dengan dosis 40 pupuk konvensional atau EnricHS 40 P4 Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Model linearnya adalah sebagai berikut :