persemaian juga harus dijaga dengan baik agar vigor bibit padi baik Suparyono dan Setyono, 1993.
2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Padi
Stadia pertumbuhan tanaman padi terdiri dari dua fase, yakni fase vegetatif dan generatif. Fase reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, yaitu pra- dan pasca-
berbunga Manurung dan Ismunadji, 1988. Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman sejak berkecambah sampai dengan pembentukan malai. Fase reproduktif
dimulai dari pembentukan malai sampai pembungaan De Datta, 1981.
2.4. Kebutuhan Hara Tanaman Padi
Pada tanaman padi, terdapat 16 unsur hara yang penting. Unsur-unsur tersebut terbagi menjadi unsur hara makro, yang terdiri dari : C, H, O, N. P, K,
Ca, Mg, and S dan unsur mikro yang terdiri dari : Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Semua unsur hara essensial harus diberikan dalam jumlah yang optimum dan
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman padi. Nitrogen, fosfor, kalium, dan seng merupakan unsur-unsur yang sering digunakan oleh petani padi De
Datta, 1981. Unsur hara disebut essensial, apabila memenuhi tiga syarat yaitu tanpa
unsur tersebut tanaman tidak dapat tumbuh, tidak dapat disubstitusi olah unsur lain, dan berperan dalam proses metabolik tanaman Ismunadji dan Roechan,
1988.
2.4.1. Besi
Pada tanah sawah setelah tanah digenangi, oksida Fe
3+
direduksi menjadi senyawa Fe
2+
. Warna tanah berubah dari coklat menjadi abu-abu dan Fe
2+
dalam jumlah besar masuk ke dalam larutan tanah. Tidak lama setelah penggenangan,
konsentrasi besi larut beragam dari 0,1 ppm sampai setinggi 600 ppm Ismunadji dan Roechan, 1988.
Tingkat kelarutan besi pada tanah tergenang dipengaruhi oleh : 1 pH tanah; 2 kandungan bahan organik, makin banyak bahan organik makin cepat
reduksi; 3 kandungan Fe aktif, makin banyak Fe aktif makin banyak Fe yang tereduksi; 4 suhu dan kandungan garam yang terdapat dalam tanah, reduksi
meningkat dengan meningkatnya suhu kisaran suhu 15-45 °C Hardjowigeno dan Rayes, 2001. Konsentrasi Fe
2+
larut dalam air dapat ditunjukkan oleh Ponnamperuma 1985 dalam Hardjowigeno dan Rayes, 2001 dalam reaksi
keseimbangan berikut : FeOH
3
+ 3H
+
+ e Fe
2+
+ 3H
2
O Keracunan besi terjadi bila tanaman padi mengakumulasi besi dalam
takaran tinggi. Hal ini seringkali berkaitan dengan kadar besi fero yang tinggi dalam larutan tanah. Batas kritis konsentrasi besi di dalam tanah beragam
tergantung pH, sekitar 100 ppm pada pH 3,7 dan 300 ppm pada pH 5,0. Gejala spesifik keracunan besi timbul bila kadar besi tanaman lebih dari 300 ppm.
Konsentrasi yang tinggi dari besi di dalam larutan tanah menekan serapan hara lain, seperti fosfor dan kalium Ismunadji dan Roechan, 1988.
2.4.2. Tembaga
Di alam tembaga umumnya terdapat dalam bentuk sulfida. Bentuk sulfida yang paling banyak adalah Chalcopyrite CuFeS
2
. Kadar Cu dalam tanah berkisar antara 10-200 ppm. Fungsi tembaga Cu dalam tanaman berhubungan dengan
enzim. Pada padi jika mengalami defisiensi Cu, tanaman menjadi kuning, ujung- ujung daun kering dan melintir Leiwakabessy dan Sutandi, 2004.
Beberapa varietas padi memiliki kemampuan pertumbuhan berbeda pada tanah yang mengalami defisiensi tembaga. Varietas padi yang mengalami
defisiensi tembaga lemah pada pertumbuhan anakan Yoshida, 1981.
2.4.3. Seng
Seng terdapat dalam bentuk organik dan anorganik. Sumber seng organik yang paling banyak dipakai adalah Zn-EDTA, sedangkan bentuk anorganik dari
seng adalah Zn-amonia dan seng nitrat ZnNO
3 2
. Seng merupakan bagian dari beberapa enzim seperti enzim carbonic anhydrase dan aldlas Leiwakabessy dan
Sutandi, 2004. Mobilitas seng dipengaruhi oleh pH, adsorpsi, kadar liat, dan bahan
organik. Status kalsium, fosfat dan berbagai reaksi di dalam tanah mempengaruhi ketersediaan seng. Faktor lain yang mempengaruhi ketersediaan seng pada tanah
tergenang adalah fosfor. Defisiensi seng makin parah apabila kadar fosfor tanah tinggi. Kondisi ini diduga disebabkan oleh terbentuknya senyawa kompleks seng
dengan fosfor yang sukar larut Ismunadji dan Roechan, 1988.
2.4.4. Nitrogen