Produksi Padi HASIL DAN PEMBAHASAN

0.00 24.00 48.00 72.00 96.00 120.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Umur MST Tinggi cm P0 P1 P2 P3 P4 2 4 6 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Umur MST Jumlah anakan batangpot P0 P1 P2 P3 P4 Gambar 1. Pengaruh EnricHS PMF dan Pupuk Konvensional terhadap Tinggi Tanaman Pada Umur 1 - 9 MST Gambar 2. Pengaruh EnricHS PMF dan Pupuk Konvensional terhadap Jumlah Anakan Pada Umur 3 - 9 MST

4.2. Produksi Padi

Produksi tanaman padi merupakan fungsi dari tiga komponen yaitu jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, dan bobot bulir gabah. Pembentukan malai dan jumlah malai per rumpun terjadi selama fase reproduktif dan bobot gabah selama fase pemasakkan De Datta,1981. Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian EnricHS PMF dan Pupuk Konvensional nyata meningkatkan bobot 1000 butir dan sangat nyata meningkatkan bobot gabah per malai. Hara yang disediakan pupuk EnricHS PMF dan pupuk konvensional menyebabkan pengisian bulir padi meningkat sehingga bobot seribu butir dan bobot gabah per malai meningkat. Pada Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan EnricHS 30 memiliki bobot seribu butir dan bobot gabah per malai tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu 22,75 dan 26,47 gram. Tabel 3. Hasil Uji Duncan Pengaruh EnricHS PMF dan Pupuk Konvensional terhadap Bobot 1000 Butir dan Bobot GabahMalai Perlakuan Bobot 1000 butir Bobot gabahmalai ……….. gram ……….. Kontrol P0 20,81 b 14,09 c Standar P1 22,53 a 21,31 b EnricHS 30 P2 22,75 a 26,47 a EnricHS 35 P3 22,26 a 23,22 ab EnricHS 40 P4 22,60 a 21,17 b : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 Hasil uji Duncan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian EnricHS PMF dan pupuk konvensional tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering jerami, tetapi sangat nyata meningkatkan bobot kering gabah. Secara umum bobot kering jerami pada perlakuan EnricHS 30 paling tinggi sebesar 51,67 gpot 12,92 tonha. Produksi gabah pada perlakuan EnricHS 30 merupakan tingkat produksi gabah tertinggi yaitu 62,28 gpot 9,96 tonha, tidak berbeda nyata dengan perlakuan standar, EnricHS 35, dan EnricHS 40. Pada perlakuan EnricHS 30, meskipun kadar unsur hara yang digunakan lebih rendah dibandingkan standar, EnricHS 35, dan EnricHS 40, akan tetapi hasil gabah yang diperoleh adalah yang tertinggi. Dari Tabel 4 dapat dilihat juga bahwa peningkatan dosis EnricHS PMF lebih tinggi dari 30, produksi padi cenderung menurun. Hal ini diduga dengan dosis EnricHS PMF lebih tinggi dari 30, ada senyawa ikutan humic substance yang berdampak negatif terhadap produksi padi dalam suasana anaerobik. Tabel 4. Hasil Uji Duncan Pengaruh EnricHS PMF dan Pupuk Konvensional terhadap Bobot Kering Jerami dan Gabah Perlakuan Bobot Jerami Bobot Gabah …………… gpot ……………. Kontrol P0 47,00 a 45,47 a Standar P1 51,65 a 61,84 b EnricHS 30 P2 51,67 a 62,28 b EnricHS 35 P3 50,87 a 56,93 b EnricHS 40 P4 49,27 a 56,69 b : Huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 Apabila dilihat dari nutrisi tanaman pada perlakuan P2, P3, P4 lebih rendah yaitu masing-masing 30, 35, dan 40 dari P1 pupuk konvensional tetapi mampu meningkatkan bobot kering gabah dan secara uji statistik produksi keempat perlakuan tesebut tidak berbeda nyata. Hal ini diduga terdapatnya bahan humik pada pupuk EnricHS yang dapat membantu ketersediaan dan efisiensi unsur hara yang berasal dari pupuk maupun tanah. Selain itu nisbah unsur hara pada EnicHS 1,9 – 1,0 – 2,1 kemungkinannya lebih sesuai dengan kebutuhan tanaman daripada nisbah hara pupuk konvensional 2,5 – 1,0 – 3,0. Walaupun demikian, semakin tingginya pemberian dosis pupuk EnricHS, yaitu lebih dari 30 P1 menghasilkan bobot kering gabah yang cenderung menurun. Selain dari senyawa organik ikutan tersebut di atas, hal ini juga disebabkan karena daya sangga tanah terbatas maka peningkatan jumlah pemakaian pupuk tidak selalu diikuti oleh kenaikan hasil padi secara proporsional Abdulrachman et al., 2004 Persamaan regresi kuadratik untuk bobot gabah kering per pot pada ketiga dosis pupuk EnricHS PMF adalah Y = 45,514 + 69,241x – 73,957x 2 R = 0,9539. Dari persamaan tersebut didapatkan persamaan optimum pupuk, Y = 1,8 X, dosis optimum sebesar 0,45 gpot, dan dosis maksimum sebesar 0,47 gpot dimana biaya tetap dan ongkos yang merupakan penambahan akibat kenaikan dosis tidak diperhitungkan, sedangkan harga pupuk sebesar Rp 4500,- kg dan harga gabah diasumsikan saat ini sebesar Rp 2500,-kg. y = -73.957x 2 + 69.241x + 45.514 R 2 = 0.9539 20 30 40 50 60 70 0.2 0.4 0.6 0.8 Dosis EnricHS PMF gpot Bobot gabah kering gpot Gambar 3. Respon Bobot Gabah per Pot Akibat Peningkatan Dosis EnricHS PMF

4.3. Serapan Hara Tanaman