Perilaku Kredit: Sebab-Sebab Melambatnya Pertumbuhan Kredit

, , e Y Y NX G r I Y C Y + + + = 2.4 menggambarkan kondisi kesimbangan dipasar barang dan jasa kurva IS. dan, , Y r L P M = 2.5 menggambarkan kondisi kesimbangan dipasar uang kurva LM. Keseimbangan perekonomian berada pada titik dimana kurva IS berpotongan dengan kurva LM. Titik ini memberikan tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang memenuhi kondisi untuk keseimbangan baik dalam pasar barang maupun pasar uang. Dengan kata lain, pada perpotongan ini, pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan dan permintaan terhadap keseimbangan uang riil sama dengan penawarannya Mankiw, 2000. IS LM Tingkat Bunga, r Tingkat Bunga keseimbangan Tingkat Pendapatan keseimbangan Pendapatan Output, Y Gambar 2.5. Keseimbangan dalam Model IS-LM

2.2.2. Perilaku Kredit: Sebab-Sebab Melambatnya Pertumbuhan Kredit

Terganggunya pertumbuhan kredit perbankan dapat terjadi karena lemahnya permintaan kredit, lemahnya penawaran, atau gabungan dari keduanya. Gangguan pada sisi permintaan dapat berupa menurunnya kualitas nasabah kredit, tingginya suku bunga yang melebihi kemampuan membayar nasabah, dan masih tingginya risiko berusaha sehingga nasabah belum berani memulai usahanya. Sementara, gangguan pada sisi penawaran dapat berupa keterbatasan permodalan bank, ketersediaan loanable fund, permasalahan NPLs bank, dan keengganan bank untuk menyalurkan kredit yang terkait dengan tingginya risiko dunia usaha maupun akibat kebijakan atau regulasi pemerintah dan otoritas moneter. Permasalahan Di Sisi Penawaran Sejumlah permasalahan internal perbankan seperti kecukupan modal, memburuknya kualitas aset, dan ketersediaan loanable fund dapat menyebabkan turunnya kemampuan bank dalam memberikan kredit. Di samping itu, terdapat beberapa persoalan eksternal yang menimbulkan keengganan bank untuk menyediakan pembiayaan bagi dunia usaha. • Kebijakan Moneter Ketat Penurunan dalam penyaluran kredit perbankan disebabkan karena kebijakan moneter ketat atau regulasi yang mendorong bank membatasi kredit mereka. Akibatnya, permintaan perusahaan untuk kredit menurun karena prospek ekonomi menjadi lebih buruk Bernanke, 1993. Sebagai contoh, ketika reserve jatuh, bank tidak akan memelihara kreditnya dan cenderung mengalihkan dana mereka pada obligasi pemerintah government securities. Pada periode kebijakan moneter ketat, kredit bank menurun dan penerbitat commercial paper meningkat secara cepat karena perusahaan membutuhkan sumber pembiayaan alternatif Kashyap et al., 1993. • Kecukupan Modal Kecukupan modal biasanya diukur dengan Capital Adequacy Ratio CAR yang merupakan rasio antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Modal yang cukup merupakan prasyarat bagi bank dalam menyalurkan kredit. Jika bank memiliki jumlah modal yang cukup maka kemampuan bank untuk menyalurkan kredit menjadi semakin besar. Artinya, ada hubungan yang positif antara tingkat kecukupan modal dengan penawaran kredit bank. • Tingginya Risiko Kredit Masih tingginya risiko dunia usaha telah menimbulkan keengganan bank memberikan kredit, yaitu: bank cenderung untuk meminta collateral yang likuid; bank cenderung untuk hanya berhubungan dengan debitur lama yang telah dikenal; dan terjadi perubahan organisasi kredit pada bank yang cenderung lebih sentralistik dalam pemutusan kredit. Salah satu indikator yang mencerminkan masih tingginya risiko adalah dengan melihat lebarnya spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana. • Kredit Bermasalah NPLs Tingginya NPLs berpengaruh terhadap memburuknya kondisi permodalan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP yang harus dibentuk. Tingginya kerugian akibat NPLs, menyebabkan perbankan menjadi risk-averse sehingga pertumbuhan kredit menurun. Permasalahan Di Sisi Permintaan Penurunan kredit biasanya terjadi pada masa resesi sebagai refleksi dari turunnya permintaan untuk konstruksi baru, barang-barang modal, dan lainnya. • Tingginya Suku Bunga Kredit Suku bunga yang begitu tinggi telah menyebabkan penurunan nilai aset dan cash flow perusahaan. Sehingga, secara umum meskipun terdapat peluang untuk investasi maka nasabah yang dalam kondisi keuangannya perusahaannya sangat lemah perusahaan yang leverage-nya lebih tinggi atau cash flow-nya lebih rendah cenderung melakukan pembenahan keuangannya terlebih dahulu daripada melakukan ekspansi usaha. Hal ini menyebabkan rendahnya permintaan kredit yang terjadi Borensztein et al., 2000. • Menurunnya Kualitas Nasabah Salah satu faktor yang mendorong melambatnya pertumbuhan kredit adalah melemahnya kondisi neraca balance sheet perusahaan yang menjadi nasabah kredit. Meningkatnya kewajiban pembayaran hutang perusahaan menyebabkan perbankan enggan menyalurkan kredit.

2.2.3. Ketidakpastian Ekonomi