dari dinamika ekonomi. Ketidaksempurnaan di pasar kredit adalah sebagian bertanggung jawab untuk mentransmisikan shock kebijakan moneter.
2.4. Kerangka Pemikiran Operasional
Beralihnya sistem nilai tukar rupiah dari sistem mengambang terkendali managed floating exchange rate ke sistem nilai tukar mengambang bebas free
floating exchange rate sejak 14 Agustus 1997, memberikan dampak terhadap
pergerakan nilai tukar. Perkembangan nilai tukar sekarang lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar. Dengan semakin terbukanya perekonomian
Indonesia, nilai tukar rupiah menjadi sangat rentan terhadap arus lalu lintas modal internasional yang bergerak sedemikian dinamis. Akibatnya, rupiah sering
memperlihatkan pergerakan yang fluktuatif karena otoritas moneter dalam sistem nilai tukar mengambang bebas tidak memiliki kewajiban untuk stabilisasi nilai
tukar. Melemahnya rupiah terhadap mata uang asing telah menyebabkan dua persoalan besar bagi bank. Pertama, melemahnya nilai tukar rupiah
mengakibatkan banyak perusahaan skala besar yang menjadi debitur bank mengalami kebangkrutan dan tidak dapat lagi mengembalikan kredit yang mereka
terima peningkatan Non Performing Loanskredit macet. Tingginya kredit macet yang berarti memburuknya Kualitas Aktiva Produktif KAP perbankan
selanjutnya menyebabkan menurunnya kemampuan perbankan untuk menghasilkan laba atau dengan kata lain terjadi permasalahan rentabilitas. Kedua,
permasalahan yang timbul dari merosotnya nilai tukar rupiah terkait dengan kewajiban bank. Banyak bank di Indonesia yang memanfaatkan dana luar negeri
offshore yang dianggap lebih murah dibandingkan sumber dana dalam negeri onshore. Besarnya pinjaman luar negeri dalam bentuk valuta asing ini menjadi
tidak tertanggungkan oleh perbankan pada saat nilai tukar rupiah merosot tajam. Akibatnya, perbankan mengalami permasalahan permodalan yang serius Bank
Indonesia, 2004. Seiring dengan pergerakan rupiah yang cenderung volatile, produksi sektor industri industrial production yang sangat bergantung kepada
bahan baku impor secara otomatis menjadi terpengaruh. Tekanan depresiasi nilai tukar rupiah seringkali menjadi penyebab ketidakstabilan industrial production.
Selain tingginya tingkat inflasi, fluktuasi nilai tukar dan ketidakstabilan industrial production
disinyalir menjadi sumber-sumber ketidakpastian ekonomi. Kerangka Pemikiran Operasional yang menggambarkan hubungan antara
ketidakpastian ekonomi dengan perilaku kredit bank di Indonesia disajikan dalam Gambar 2.6. Sebagai proxy untuk mengukur ketidakpastian ekonomi, penelitian
ini menggunakan ragam bersyarat industrial production atau ragam bersyarat nilai tukar dimana pada masing-masing kasus dikerjakan dengan menggunakan model
Generilized AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity GARCH. Setelah
ragam bersyarat yang diturunkan dari model GARCH untuk masing-masing proxy tersebut diperoleh, dengan menggunakan teknik regresi yang diestimasi dengan
maximum likelihood kemudian dianalisis pengaruh ketidakpastian ekonomi
terhadap perilaku kredit bank yang dicerminkan dengan penyebaran LTA ratio bank. Penelitian ini juga memasukan lag ketidakpastian ekonomi dalam model
penelitian karena diduga ketidakpastian ekonomi direspon oleh bank dengan
terlambat. Disamping itu, sebagai kontrol untuk perubahan kebijakan moneter penelitian ini memasukan variabel tingkat inflasi dalam model penelitian.
Keterangan: : Variabel Eksogen
: Variabel Endogen
Penyebaran LTA Ratio
Bank Ragam Bersyarat
Industrial Production Ragam Bersyarat
Nilai Tukar Ketidakpastian
Ekonomi
Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran Operasional
2.5. Definisi Variabel