berarti, persamaan ragam bersyarat untuk kedua model GARCH tersebut telah dispesifikan dengan benar.
5.2. Perubahan Loans to Asset Ratio
Seperti yang telah dikemukakan bahwa perilaku bank dalam merespon ketidakpastian ekonomi adalah sangat beragam, dimana beberapa bank bereaksi
lebih kuat dibandingkan yang lainnya. Ketidakpastian ekonomi yang tinggi menyebabkan bank secara kolektif menjadi lebih konservatif yang diwujudkan
dengan mengurangi penyebaran loans to asset LTA ratio, dengan derajat pengurangan kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing bank.
Dalam analisis ini akan dijelaskan respon tersebut, dan menguji apakah mereka berbeda secara sistematis antar bank.
Persentase perubahan dalam LTA ratio diilustrasikan dalam gambar 5.1 berikut:
-1 1
2 3
4 5
6 7
2002 2003
2004 2005
perubahan rata-rata LTA
Sumber: CEIC, diolah.
Gambar 5.1. Persentase Perubahan Rata-Rata Loans to Asset Ratio.
gambar 5.1 diatas mengilustrasikan perilaku siklikal LTA ratio dari dua belas bank selama periode pengamatan.
Analisis ini dimulai dengan membagi kelompok sampel berdasarkan indikator “ukuran aset” yang mengukur apakah total aset bank pada waktu ke-t
lebih besar dari tingkat rata-rata total aset pada periode tersebut. Berdasarkan hasil pengelompokan dengan indikator “ukuran aset”, maka bank yang termasuk
kategori bank-bank dengan aset besar diantaranya adalah Bank Tabungan Negara BTN, Bank Central Asia BCA, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia BNI,
Bank Internasional Indonesia BII serta Bank Danamon sedangkan bank-bank dengan aset kecil diantaranya adalah Bank Permata, Bank Buana, Bank Ekspor
Indonesia, Bank NISP, Bank Lippo, serta Bank Niaga. Uji-t kemudian digunakan untuk menilai perbedaan rata-rata sampel untuk tiga kategori: persentase
perubahan positif berarti, kenaikan dalam LTA ratio, persentase perubahan negatif penurunan LTA ratio serta persentase perubahan absolut.
Hasil dari uji-t adalah konsisten dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa perubahan dalam LTA ratio pada bank-bank dengan aset besar
memperlihatkan perubahan yang lebih kecil dibandingkan perubahan dalam LTA ratio
pada bank-bank dengan aset kecil. Untuk persentase perubahan negatif, bank-bank dengan aset besar memperlihatkan penurunan yang lebih kecil dalam
LTA ratio -3.03 versus -5.25 dengan t-statistic sebesar 1.77 didasarkan pada 173 observasi. Dengan demikian, hasil uji-t tersebut menunjukan bahwa bank-
bank dengan aset kecil melakukan penyesuaian yang lebih besar dalam LTA ratio dibandingkan bank-bank dengan aset besar. Hal ini tentu sangat beralasan, bank-
bank dengan aset kecil dengan permodalan yang relatif terbatas akan mengurangi penyaluran kreditnya lebih besar dibandingkan bank-bank dengan aset besar
ketika risiko penyaluran kredit meningkat. Ketidakpastian ekonomi dapat menurunkan kemampuan bank untuk mengevaluasi proyek-proyek yang
menguntungkan maupun memperkirakan kemungkinan terjadinya pinjaman yang gagal bayar sehingga bank-bank beraset kecil akan lebih hati-hati dan selektif
dalam menyalurkan kredit karena sedikit saja terjadi pinjaman yang gagal bayar akan “menggerus” perolehan laba pada bank beraset kecil. Sebaliknya, bank-bank
dengan jumlah aset yang relatif besar akan merespon ketidakpastian ekonomi dengan derajat yang lebih kecil, hal ini disebabkan walaupun terjadi pinjaman
yang gagal bayar maka tidak akan terlalu berpengaruh besar terhadap perolehan laba pada bank beraset besar sehingga penurunan penyaluran kredit pada bank
beraset besar tidak sekonservatif pada bank beraset kecil. Oleh karena itu, perubahan dalam LTA ratio lebih besar terjadi pada bank-bank dengan aset kecil
dibandingkan pada bank-bank dengan aset besar. Untuk persentase perubahan positip maupun persentase perubahan absolut nilai rata-rata untuk bank-bank
dengan aset besar dan bank-bank dengan aset kecil tidak secara signifikan berbeda.
5.3. Hubungan Ketidakpastian Ekonomi dengan Perilaku Kredit Bank