45
6 Diamater batang mm, diamati pada umur 6 MST yang diukur pada batang utama
pada 5 cm dari permukaan tanah. 7
Panjang daun cm, diamati pada umur 6 MST pada daun yang berada pada 13 bagian tanaman, diukur dari pangkal daun hingga ujung daun.
8 Lebar daun cm, diamati pada umur 6 MST pada daun yang berada pada 13 bagian
tanaman, diukur pada bagian daun terlebar. 9
Umur berbunga hst, dihitung setelah 50 populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari berbunga, yaitu apabila bunga ketiga pada tandan kedua mekar
sempurna. 10
Umur panen hst, dihitung setelah 50 populasi tanaman pada bedengan sudah mencapai hari panen, yaitu jika ada satu buah yang sudah berwarna kuning.
11 Panjang buah cm, diukur dari pangkal hingga ujung buah pada bagian tengah buah
yang sama yang dipanen antara panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan.
12 Diameter buah cm,diukur pada bagian tengah buah yang sama yang dipanen antara
panen kedua hingga keempat pada 10 buah setiap bedengan. 13
Ukuran buah mm, diukur dengan rumus menurut Purwati 2008, yaitu : Ukuran buah =
� ℎ+
ℎ
14 Tebal daging buah mm, diukur dengan merata-ratakan bagian terlebar dan tersempit
pada buah yang dibelah secara melintang terhadap 10 buah yang dipanen antara panen kedua hingga keempat setiap bedengan.
15 Jumlah rongga buah lokul, diukur pada 10 buah yang dipanen pada panen kedua
hingga keempat dengan merata-ratakan jumlah lokul yang terbentuk dari setiap buah yang diamati.
16 Kadar Air , diukur dengan mengeringkan buah pada suhu 100
o
C menggunakan oven selama 2 x 24 jam. Buah tomat dipotong menjadi beberapa bagian dan
dimasukkan ke dalam amplop kertas dan ditimbang sebagai berat basah. Setelah dioven, buah tomat kembali ditimbang bersama amplop sebagai berat kering. Kadar
air diitung dengan rumus :
� � �� =
ℎ− �
� ℎ
17 Total padatan terlarut
o
brix, diukur dengan menggunakan handrefraktometer 18
Jumlah buah per tanaman buah, dihitung setiap kali panen dengan merata- ratakan jumlah buah yang dipanen pada setiap tanaman.
19 Bobot per buah g, dihitung dengan menimbang buah satu persatu kemudian dirata-
ratakan. 20
Bobot buah per tanaman g, dihitung setiap kali panen dengan merata-ratakan bobot buah yang dipanen setiap tanaman.
4.2.6 Analisis Data
Untuk memperoleh genotipe tomat tahan terhadap pecah buah, data yang diperoleh dianalisis dengan anova menggunakan fasilitas SASV9. Jika uji F nyata dilakukan uji
lanjut DMRT taraf 5. Selanjutnya dilakukan pendugaan nilai heritabilias dalam arti luas H
2 bs
, serta keeratan hubungan antar karakter menggunakan korelasi fenotipe, korelasi genotipe dan analisis lintasan Path analysis. Metode analisis ini mengikuti metode yang
digunakan pada percobaan 1.
46
4.3 Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis untuk karakter persentase jumlah buah pecah dan bobot buah pecah per tanaman pada Tabel 4. 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ketahanan terhadap
pecah buah pada 30 genotipe yang diuji. Genotipe dengan persentase jumlah buah pecah per tanaman terendah adalah genotipe IPBT4, IPBT56, IPBT60, IPBT64, IPBT83 dan
IPBT85 tetapi tidak berbeda dengan IPBT6, IPBT23, IPBT56, IPBT57, IPBT59, IPBT63, IPBT78, IPBT80, IPBT82 dan IPBT84. Genotipe dengan persentase bobot buah terendah
adalah genotipe IPBT4, IPBT56, IPBT60, IPBT64, IPBT83 dan IPBT85 tetapi tidak berbeda dengan genotipe IPBT6, IPBT23, IPBT56, IPBT57, IPBT59, IPBT78, IPBT80,
IPBT82 dan IPBT84.
Tabel 4. 1 Persentase jumlah buah pecah per tanaman JBP, persentase bobot buah pecah per tanaman BBP, dan indeks pecah buah IPB pada 30 Genotipe tomat.
No. Genotipe
Karakter Kriteria
Ketahanan JBP
BBP IPB
1. IPB T1
23.39
d
23.16
c
86.72 AR
2. IPB T3
32.81
b
27.94
b
68.33 R
3. IPB T4
0.00
k
0.00
k
100 ST
4. IPB T6
1.37
k
1.33
jk
99.70 T
5. IPB T8
4.83
j
5.17
ghi
98.32 T
6. IPB T13
21.34
d
23.63
c
85.59 AR
7. IPB T21
36.92
a
34.75
a
89.05 AR
8. IPB T23
1.61
k
1.02
jk
98.37 T
9. IPB T26
5.97
ij
6.81
fgh
98.74 T
10. IPB T30
9.40
gh
8.00
f
88.29 AR
11. IPB T33
16.00
e
12.31
de
80.84 AR
12. IPB T34
13.30
f
10.49
e
94.35 AT
13. IPB T43
7.61
hi
7.64
fg
94.08 AT
14. IPB T53
6.47
ij
4.83
hi
97.35 T
15. IPB T56
0.00
k
0.00
k
100 ST
16. IPB T57
1.40
k
1.34
jk
99.33 T
17. IPB T58
13.06
f
13.99
d
98.07 T
18. IPB T59
0.82
k
0.85
jk
99.67 T
19. IPB T60
0.00
k
0.00
k
100 ST
20. IPB T63
2.34
k
3.04
ij
99.29 T
21. IPB T64
0.00
k
0.00
k
100 ST
22. IPB T73
29.52
c
29.40
b
83.66 AR
23. IPB T74
10.27
g
12.24
de
98.50 T
24. IPB T78
0.43
k
0.45
jk
99.56 T
25. IPB T80
0.81
k
0.75
jk
99.79 T
26. IPB T82
0.63
k
0.36
jk
99.76 T
27. IPB T83
0.00
k
0.00
k
100 ST
28. IPB T84
0.42
k
0.46
jk
99.84 T
29. IPB T85
0.00
k
0.00
k
100 ST
30. IPB T86
28.29
c
28.87
b
85.51 AR
a-k
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh haruf yang sama tidak berbeda nyata pada α 5 uji
selang berganda Duncan; T: tahan, AT: agak tahan, T: tahan, AR: agak rentan, R: rentan
47
Berdasarkan indeks pecah buah menunjukkan bahwa terdapat lima kelompok ketahanan terhadap pecah buah yaitu sangat tahan, tahan, agak tahan, agak rentan, dan
rentan Tabel 4.1. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman genetik pada genotipe tomat yang diuji, yang menunjukkan ketahanan yang berbeda terhadap pecah buah. Dari
30 genotipe yang diuji terdapat enam genotipe yang tahan yaitu IPBT4, IPBT56, IPBT60, IPBT64, IPBT83 dan IPBT85, dan terdapat satu genotipe yang rentan yaitu genotipe
IPBT3. Tidak ada genotipe yang masuk dalam kriteria sangat rentan. Pada penelitian ini, genotipe yang ahan dan genotipe yang rentan akan digunakan sebagai tetua untuk
persilangan untuk studi pewarisan ketahanan pecah buah yang nantinya akan mempermudah memilih metode seleksi yang tepat untuk memperoleh tanaman yang tahan
terhadap pecah buah.
Tabel 4. 2 Nilai Heritabilitas beberapa karakter tomat Karakter
h
2
bs Kriteria
Karakter h
2
bs Kriteria
Tinggi tanaman 0.76
Tinggi Jumlah rongga
0.97 Tinggi
Panjang daun 0.75
Tinggi Padatan total terlarut
0.35 Sedang
Lebar daun 0.75
Tinggi Kekerasan buah
0.70 Tinggi
Umur berbunga 0.39
Sedang Kadar air buah 0.38
Sedang Umur panen
0.41 Sedang
Jumlah buah per tanaman 0.85
Tinggi Panjang buah
0.92 Tinggi
Bobot per buah 0.93
Tinggi Diameter buah
0.91 Tinggi
Bobot per tanaman 0.62
Tinggi Ukuran buah
0.89 Tinggi
Indeks pecah buah 0.96
Tinggi Tebal daging buah
0.82 Tinggi
h
2 bs
: heritabilitas arti luas
Tabel 4. 3 Nilai korelasi antar karakter terhadap pecah buah tomat dan nilai heritabilitas karakter
Karakter Koreasi fenotipe terhadap
indeks pecah buah IPB Koreasi genotipe terhadap
indeks pecah buah IPB Tinggi tanaman
-0.06
tn
-0.06
tn
Panjang daun 0.40
0.47 Lebar daun
0.32 0.37
Umur berbunga 0.29
0.53 Umur panen
0.38 0.62
Panjang buah 0.60
0.64 Diameter buah
0.07
tn
0.09
tn
Ukuran buah 0.45
0.50 Tebal daging buah
0.58 0.65
Jumlah rongga -0.38
-0.39 Padatan total terlarut
0.28 0.48
Kekerasan buah 0.31
0.36 Kadar air buah
-0.49 -0.80
Jumlah buah per tanaman -0.49
-0.54 Bobot per buah
0.31 0.34
tn
Bobot per tanaman -0.29
-0.35
tn
: nyata pada α 5, : sangat nyata pada α 5,
tn
:tidak nyata pada α 5
48
Kunci keberhasilan suatu seleksi ditentukan oleh kriteria seleksi yang sesuai. Heritabilitas merupakan salah satu peubah yang dapat dijadikan kriteria seleksi karena
dapat memberikan gambaran seberapa jauh penampilan yang teramati fenotipe merupakan refleksi dari pengaruh gen Yunianti et al. 2010. Karakter yang menunjukkan
nilai heritabilitas arti luas yang tinggi yaitu tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, panjang buah, diameter buah, ukuran buah, tebal daging buah, jumlah rongga, kekerasan
buah, jumlah buah per tanaman, bobot per buah, bobot per tanaman dan indeks buah pecah. Sedangkan karakter dengan nilai heritabilitas sedang adalah umur berbunga, umur panen,
karakter padatan total terlarut dan kadar air buah Berdasarkan indeks pecah buah menunjukkan bahwa terdapat lima kelompok ketahanan terhadap pecah buah yaitu sangat
tahan, tahan, agak tahan, agak rentan, dan rentan Tabel 4.1. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman genetik pada genotipe tomat yang diuji, yang menunjukkan ketahanan
yang berbeda terhadap pecah buah. Dari 30 genotipe yang diuji terdapat enam genotipe yang tahan yaitu IPBT4, IPBT56, IPBT60, IPBT64, IPBT83 dan IPBT85, dan terdapat
satu genotipe yang rentan yaitu genotipe IPBT3. Tidak ada genotipe yang masuk dalam kriteria sangat rentan. Pada penelitian ini, genotipe yang ahan dan genotipe yang rentan
akan digunakan sebagai tetua untuk persilangan untuk studi pewarisan ketahanan pecah buah yang nantinya akan mempermudah memilih metode seleksi yang tepat untuk
memperoleh tanaman yang tahan terhadap pecah buah.
Tabel 4. 2 . Karakter yang dijadikan sebagai kriteria seleksi memiliki ciri-ciri yaitu memiliki
nilai duga heritabilitas tinggi dan berkorelasi nyata dengan indeks pecah buah. Nilai duga heritabilitas dapat digunakan untuk memilih karakter yang akan dijadikan kriteria seleksi
Tenaya et al. 2003; Lestari et al. 2006. Nilai duga heritabilitas dengan kriteria tinggi dapat digunakan secara langsung sebagai karakter seleksi pada generasi awal Hadiati et al.
2003; Sudarmadji et al. 2007. Beberapa penelitian lain pada tomat juga menunjukkan nilai heritabilitas yang tinggi pada karakter jumlah bunga per tandan El-Gabry et al. 2014,
jumlah rongga buah Li et al. 2007, dan jumlah buah per tandan Hanson et al. 2002. Heritabilitas arti luas yang tinggi berarti karakter yang diamati lebih banyak dikendalikan
oleh faktor genetik dibanding faktor lingkungan, ragam genetik terekspresi pada penampilan fenotipik tanaman Syukur et al. 2015b
Gambar 4.2 Diagram lintas beberapa karakter terhadap indeks pecah buah
49
Nilai koefisein korelasi yang menunjukkan keeratan hubungan antar karakter dapat dilihat pada Tabel 4.3. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa panjang daun, lebar
daun, umur panen, panjang buah, diameter buah, ukuran buah, tebal daging buah, kekerasan buah dan bobot per tanaman berkorelasi positif dan sangat nyata dengan indeks
pecah buah. Karakter jumlah rongga, kadar air, jumlah buah per tanaman dan bobot per tanaman berkorelasi negatif dan sangat nyata dengan indeks pecah buah. Hal ini
menunjukkan bahwa perbaikan karakter-karakter tersebut akan meningkatkan indeks pecah buah. Karakter yang berkorelasi positif menunjukkan bahwa penambahan karakter
tersebut akan meningkatkan indeks pecah buah dan sebaliknya penambahan karakter yang berkorelasi negatif akan menurunkan indeks pecah buah. Hal ini didukung oleh penelitian
Wahyuni et al. 2014 bahwa karakter panjang daun, lebar daun, umur berbunga, umur panen, dan panjang buah berkorelasi dengan indeks pecah buah.
Korelasi yang tinggi hanya menunjukkan keeratan hubungan antar karakter tetapi tidak dapat menunjukkan hubungan sebab akibat Yunianti et al. 2010. Analisis lintasan
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dan dapat memilahnya menjadi pengaruh langsung dan tidak langsung Roy 2000. Karakter yang diuji dengan
analisis lintasan adalah karakter yang berkorelasi nyata dan sangat nyata terhadap karakter utama yaitu indeks pecah buah. Berdasarkan hasil analisis lintasan Tabel 4.4 karakter
yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap indeks pecah buah adalah lebar daun, panjang buah, tebal daging buah, ukuran buah, jumlah rongga buah, padatan total terlarut,
jumlah buah per tanaman dan bobot per tanaman. Karakter lebar daun, ukuran buah, jumlah buah per tanaman dan bobot per buah memiliki pengaruh langsung yang negatif
yang berarti pengaruh tidak langsung merupakan penyebab adanya korelasi tersebut Singh dan Chaudhary 1979.
Upaya dalam penentuan karakter-karakter yang dapat dijadikan kriteria seleksi yang efektif dapat dilihat dari besarnya pengaruh langsung terhadap indeks pecah buah, korelasi
antar karakter dengan indeks pecah buah dan selisih korelasi antara karakter bebas dengan pengaruh langsung karakter tersebut terhadap indeks pecah buah yang kecil. Jika ketiga hal
tersebut dipenuhi maka karakter tersebut sangat efektif sebagai kriteria seleksi Yunianti et al. 2010. Berdasarkan penentuan tersebut karakter yang memberikan sumbangan
pengaruh langsung terbesar dan total pengaruh tidak langsung kecil adalah jumlah rongga dan tebal daging buah. Skema lintasan hubungan karakter-karakter tersebut dengan bobot
buah per tanaman disajikan pada Gambar 4.2.
Berdasarkan nilai heritabilitas, koefisien korelasi dan koefisien lintas, maka karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk ketahanan terhadap pecah buah adalah
jumlah rongga dan tebal daging buah. Hal ini didukung oleh Peet 1992 yang menyatakan bahwa daging buah yang tipis merupakan karakter buah yang rentan terhadap pecah buah.